Teknologi digital saat ini sangat berkembang dan maju. Perkembangan yang terjadi tidak akan terlepas dari yang namanya sejarah, revolusi industri sangat berperan besar dan bahkan hingga berjilid-jilid yang dimulai dari revolusi industri 1.0, 2.0, 3.0, dan 4.0.
Revolusi 1.0 diawali dengan ditemukannya mesin uap sehingga terjadi perubahan secara besar-besaran dalam bidang manufaktur, pertambangan, pertanian, teknologi, dan transportasi. Tenaga manusia dan hewan mulai digantikan dengan mesin-mesin yang digerakan oleh tenaga uap yang menghasilkan keuntungan berkali-kali lipat.
Revolusi 2.0 terjadi pada awal abad ke-19 hingga abad ke-20, seabad setelah revolusi 1.0 yaitu pada abad ke-17 hingga abad ke-18. Revolusi ini dikenal sebagai revolusi teknologi dengan ditandai yakni munculnya listrik sehingga menjadi solusi yang lebih efektif dan efisien dibandingkan dengan tenaga uap. Selain penemuan pembangkit listrik, motor pembakaran pun memicu munculnya teknologi baru, seperti mobil, pesawat terbang, telepon, serta teknologi lain yang mempengaruhi kemajuan dunia.
Revolusi 3.0 ditandai dengan munculnya teknologi yang bisa berpikir dan bergerak secara otomatis seperti komputer dan robot. Penemuan komputer semakin mempermudah pekerjaan manusia, jika dulunya masih dikendalikan oleh manusia maka pada revolusi ini sudah digantikan oleh sistem komputer. Revolusi ini dikenal juga sebagai revolusi digital, dengan sistem komunikasi yang berubah dalam bentuk digital serta penemuan transistor, semi konduktor, chip, dan lain-lain.
Saat ini adalah masa revolusi industri 4.0 yaittu sebuah tren di dunia industri yang menggabungkan teknologi otomatisasi dengan teknologi cyber. Terdapat perdebatan disini, ada yang menganggap bahwa saat ini sudah memasuki 5.0, akan tetapi beberapa wilayah lain masih berada di 4.0. Pastinya hal ini menjadi pembicaraan masyarakat umum, revolusi ini dintandai dengan berkembangnya teknologi berkelanjutan, seperti internet, microchip, internet of thing, machine learning, dan artificial intelligence (AI).
AI juga disebut sebagai kecerdasan buatan, dulu diidentikkan dengan robot yang dapat disaksikan melalui film-film seperti Terminator atau Robocop, pada saat itu mungkin hanya sebatas mimpi ataupun imajinisasi, akan tetapi saat ini akhirnya mulai menjadi kenyataan. Beberapa negara maju berlomba-lomba untuk menciptakan robot dengan sistem AI, negara Jepang terutama yang sangat maju dalam hal teknologi sudah menciptakan robot dan mulai digunakan dalam kehidupan sehari-hari terkhusus dalam dunia industri.
AI selain menjadi faktor pendukung, bisa juga menjadi ancaman seperti revolusi industri 1.0 yang dimana banyak peran manusia yang digantikan mesin sehingga menimbulkan pengangguran dan sama halnya dengan adanya robot pun akan menggantikan peran manusia. Menurut Youval Noah Harari, bahwa ketika peran manusia digantikan oleh robot maka akan terciptalah suatu kelas baru yang dinamakan useless class atau kumpulan orang-orang yang tidak berguna.
Dalam konteks keagamaan pun menjadi ancaman juga, seperti yang terjadi di Jepang. Terdapat sebuah kuil di Kyoto yang dimana pendeta di tempat tersebut adalah sebuah robot yang dibentuk menyerupai dewa pengampunan dalam ajaran Buddha. Robot ini dapat bergerak dan mampu berbicara layaknya manusia, kelebihan yang lain yaitu dapat berbicara dengan berbagai bahasa.
Bukan tidak mungkin jika ke depannya akan ada Ustadz AI dalam bentuk robot yang menguasai berbagai ilmu dan bahkan hafal Al-Qur’an. Apakah ke depannya AI akan menggantikan peran pemuka agama? Dalam Islam sendiri, apakah AI akan menggantikan peran Ustadz atau Ustadzah?.
Perlu kita pahami bahwa dalam Islam terdapat jenis-jenis ibadah yang dimana disitu terdapat perasaan atau aktivitas hati seperti kekhusyukan dalam sholat serta ibadah yang lain, tapi juga terdapat juga yang tidak memerlukan hati seperti proses zakat dalam hal ini pengambilan atau pembagian zakat dan ibadah yang serupa.
Bisa dilihat bahwa robot mungkin bisa menggantikan beberapa peran menggantikan peran amil zakat ke depannya, atau bisa menggantikan peran pemandu haji, tapi juga tidak bisa menggantikan peran imam dalam memimpin sholat karena disitu diperlukan kekhusyukan dari hati yang tidak dimiliki oleh robot.
Melihat pembawa berita di sebuah TV swasta yang disampaikan oleh AI, mungkin bisa saja menggantikan peran Ustadz dalam berdakwah, akan tetapi manusia masih jauh lebih unggul karena penyampaian yang disampaikan terdapat interaksi sosial, dimensi empati, dan juga pemahaman konteks sosial.
Dari sekarang memang harus dikaji AI dalam kacamata agama karena pastinya akan menimbulkan beberapa masalah, sehingga diperlukan hukum mengenai hal ini. AI memang bisa menjadi ancaman tapi juga bisa memberikan manfaat seperti pendahulunya yaitu mesin, semua tergantung penggunanya.
AI bisa membantu pekerjaan manusia, bisa membantu para pemuka agama ataupun ormas Islam untuk memberikan informasi dan mendakwahkan Islam kepada seluruh umat manusia, terutama kaum gen-z dan alpha yang sangat paham terkait hal ini. Umat Islam pun harus beradaptasi dengan perkembangan teknologi ini dan jangan sampai ketinggalan zaman, karena Islam shalihun li kulli zaman wa makan (sesuai dengan perkembangan situasi dan kondisi zaman).