Dalam kehidupan kota yang sibuk dan penuh dengan kegiatan, sering kali kita terbuai oleh hiruk-pikuk aktivitas manusia. Namun, di balik kesibukan yang itu, terdapat persoalan serius yang tidak bisa diabaikan seperti emisi karbon.
Peningkatan suhu global sebagai dampak dari emisi karbon menjadi ancaman serius bagi keberlangsungan hidup bumi. Menurut laporan dari WMO, suhu bumi telah meningkat sekitar 1,06 °C hingga 1,26 °C di atas tingkat pra-industri (1850–1900). Laporan dari IPCC, (2021) menunjukkan bahwa dampak perubahan iklim akan dirasakan di seluruh penjuru dunia tanpa terkecuali.
Indonesia sendiri telah berkomitmen untuk mengurangi emisi karbon sebesar 29% melalui upaya internal dan 41% melalui kerja sama internasional hingga tahun 2030 (Firdaus dkk., 2024).
Tanaman adalah solusi efektif dalam menghadapi tantangan emisi karbon. Jenis tanaman dengan kemampuan penyerapan karbon tinggi menjadi kunci dalam menjaga keseimbangan lingkungan.
Pemahaman mendalam tentang jenis-jenis tanaman ini memungkinkan perancangan strategi penghijauan yang efektif di perkotaan, mendukung keberlanjutan lingkungan. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi peran besar tanaman dalam menyerap karbon di wilayah perkotaan serta mempelajari beragam jenis tanaman yang efektif dalam menangkap karbon.
Peran Vegetasi dalam Penyerapan Emisi Karbon di Wilayah Perkotaan
Adanya urbanisasi yang cepat, masalah emisi karbon menjadi semakin mendesak untuk diatasi. Vegetasi memainkan peran penting dalam penyerapan emisi karbon melalui proses fotosintesis.
Dalam fotosintesis, tanaman menggunakan karbon dioksida (CO2) dari udara dan energi matahari untuk menghasilkan oksigen. Proses ini mengubah karbon dioksida yang ada di atmosfer menjadi bentuk organik, yang kemudian disimpan dalam jaringan tanaman. Di wilayah perkotaan, vegetasi memberikan kontribusi signifikan dalam menyerap emisi karbon dari kendaraan bermotor, industri, dan aktivitas manusia lainnya.
Jenis-Jenis Vegetasi yang Efektif dalam Penyerapan Karbon
Menurut hasil penelitian Dahlan, (2008) terdapat daftar pohon dengan kemampuan penyerapan karbon sangat tingi rerata penyerapan karbon per pohon per tahun adalah sebesar 643,77 kg CO2. Jenis-jenis tanaman ini mencakup:
Pohon Beringin (F. benjamina)
Tanaman ini lebih dikenal dengan mitos mistisnya. Akar gantung yang menjulur dari cabang-cabangnya hingga menyentuh permukaan tanah turut menambahkan kesan yang menakutkan dari pohon ini. Pohon beringin sudah lama menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya Indonesia. Contohnya, pohon beringin yang berada di alun-alun Keraton Yogyakarta dan Keraton Surakarta memiliki makna filosofis tentang perlindungan, keadilan, dan keabadian. Meskipun dikenal mistis pohon beringin memiliki kemampuan serapan emisi karbon sangat tinggi.
Pohon Kopal (Trachylobium verrucossum)
Pohon yang ini memiliki kemampuan dalam menyerap emisi karbon yang besar karena memiliki daun yang lebat dan akar gantung yang menjulur ke tanah sehingga membantu dalam proses penyerapan karbon dioksida dari udara. Kemampuan adaptasinya yang baik terhadap lingkungan membuat pohon kopal menjadi salah satu pilihan dalam upaya mengurangi emisi karbon.
Pohon Pingku (Diospyros excelsum)
Pohon pingku dikenal sebagai penyerap emisi karbon yang baik. Berasal dari Selandia Baru, pohon ini dengan bentuk yang unik mirip payung telah terbukti mampu secara efektif menyerap karbon dioksida dari udara. Pohon pingku dapat mengurangi emisi karbon membuatnya menjadi pilihan yang menarik dalam perlindungan lingkungan.
Bunga Kenanga (Cananga odoratum)
Bunga kenanga dikenal karena memiliki bunga yang harum, tanaman ini juga mampu menyerap karbon dioksida dari udara dengan baik. Kemampuannya yang luar biasa dalam mengurangi emisi karbon menjadikannya sebagai pilihan menarik baik ditanam di pekarangan maupun di sekitar jalan.
Meskipun tantangan seperti keterbatasan lahan dan persaingan dengan infrastruktur perkotaan menghambat penanaman vegetasi, langkah-langkah inovatif seperti penggunaan vertical garden dapat menjadi solusi dalam menjaga keberlanjutan lingkungan perkotaan.
Cara Menanam Vegetasi dalam Lahan Sempit di Perkotaan
Di tengah kesibukan perkotaan yang padat, penanaman vegetasi dalam lahan sempit menjadi tantangan yang harus diatasi. Namun, dengan adanya teknologi dan inovasi, kita dapat mengubah ruang sempit tersebut menjadi area hijau yang menyegarkan dengan memanfaatkan teknik seperti vertical garden.
Sebagian besar tanaman melakukan proses fotosintesis di siang hari, di mana mereka menyerap karbon dioksida dan menghasilkan oksigen. Namun, menurut artikel yang diterbitkan di Balcony Garden Web, (2022) beberapa tanaman, terutama tanaman hias, memiliki kemampuan menyerap karbon dioksida. Teknik vertical garden atau living wall memungkinkan kita untuk menanam tanaman secara vertikal di dinding bangunan atau pagar. Beberapa tanaman yang cocok untuk vertical garden seperti:
Paku sarang burung (Asplenium nidus L.)
Tanaman ini mampu mengurangi konsentrasi karbon dioksida dari 2.000 ppm menjadi 800 ppm, yang merupakan tingkat aman, dengan tingkat penurunan rata-rata sebesar 1.984 ppm·h−1 per pot. Tanaman ini juga efektif dalam mengurangi kadar HCHO dari 2 ppm menjadi tingkat aman 0,1 ppm, dengan tingkat penurunan rata-rata sebesar 0,003 ppm·h−1 per pot.
Tanaman Lidah Mertua (Sansevieria trifasciata)
Tanaman ini tidak hanya menarik secara visual, tetapi juga memiliki kemampuan untuk menyerap karbon dioksida di malam hari. Hasil penelitian dari Naresuan University, Thailand, menunjukkan bahwa tanaman lidah mertua mampu mengurangi konsentrasi CO2 sebanyak 0,49 ppm per meter kubik di dalam ruangan. Hal ini menandakan efektivitas tanaman lidah mertua dalam mengurangi kadar karbon dioksida di udara dalam maupun diluar ruangan.
Tanaman Sirih Gading (Epipremnum aureum)
Tanaman ini cocok ditanam dalam vertical garden karena kemampuannya yang mudah tumbuh dan merambat. Tanaman penghijau yang mudah dipelihara ini efektif dalam menyerap karbon dioksida, seperti yang diungkapkan dalam sebuah studi di Malaysia yang dapat menyerap polutan udara yang baik.
Dengan menerapkan teknologi terbaru seperti vertical garden, lahan terbatas di kota dapat dimaksimalkan untuk menanam tanaman yang efisien dalam menyerap karbon. Hal ini bukan hanya langkah untuk mengurangi dampak emisi karbon, tetapi juga cara untuk meningkatkan kualitas hidup kita dan meninggalkan lingkungan yang lebih baik bagi generasi mendatang.
Daftar Pustaka
Dahlan, E. N. (2008). Jumlah Emisi Gas Co2 Dan Pemilihan Jenis Tanaman Berdaya Rosot Sangat Tinggi: Studi Kasus Di Kota Bogor (the Amount of CO2 Gasses Emission and Selection of Plant Species with Height Carbon Sink Capability: Case Study in Bogor Municipality). Media Konservasi, 13(2).
Firdaus, M. I., Syarifuddin, H., & Zuhdi, M. (2024). Analisis Emisi Karbon di Kesatuan Hidrologi Gambut Sungai Mendahara-Sungai Batanghari. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi. 24(1): 626-631.
IPCC (Intergovermental Panel on Climate Change). 2006. IPCC Guideline for National Green House Gass Inventories. Volume 4 Agriculture, Forestry and Other Land Use. National Green House Gass Inventories Programme. IGES. Japan