Senin, Mei 13, 2024

Generasi Strawberry: Faktor dan Solusi

Halida Alkaf
Halida Alkaf
Ilma Halida Alkaf mahasiswi Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

“Sedikit-sedikit pergi healing, pergi ke psikolog, butuh obat dari psikiater, mau resign.” Terasa ga asing bukan? Ini kenapa para gen-Z sering disebut generasi strawberry. Sifat lembek dan mudah hancur itulah yang menyerupai buah strawberry, meskipun begitu ternyata gen-Z memiliki ide dan kreativitas luar biasa.

Gen-Z Sama Dengan Generasi Strawberry

Generasi strawberry, istilah keren ini awalnya muncul di Taiwan dan lalu menyebar ke negara-negara lain, termasuk Indonesia. Generasi strawberry yang dijadikan sebagai julukan untuk para Gen-Z bukan tanpa sebab, pada buku berjudul Strawberry Generation oleh Rhenald Kasali disebutkan generasi strawberry memiliki pribadi yang unik namun mudah disakiti. Layaknya buah strawberry yang luarnya begitu indah dan menawan namun sangat rapuh dan mudah hancur.

Generasi muda indonesia atau gen-Z hidup di era teknologi modern dan globalisasi budaya. Berkembang tersebut menjadikan Gen-Z tumbuh dengan cepat, kemudahan dalam belajar dan mencari Informasi menjadi modal utama bagi para Gen-Z maka tidak heran bila Gen-Z memiliki pola fikir kritis, kreatif dan inovatif, terbuka, dan liar dibanding generasi lain. Inovasi modern yang saat ini kita nikmati juga merupakan hasil karya dari Gen-Z yang sering sikatakan generasi strawberry. Namun, dibalik keunggulan itu Gen-Z memiliki sifat yang mudah menyerah, mudah galau, mudah depresi, dan terkenal manja.

Kenapa Gen-Z disebut generasi strawberry?

Faktor utama mengapa anak muda Indonesia disebut generasi strawberry adalah sistem parenting yang didapati. Sistem parenting terhadap anak kelahiran kurang lebih tahun 1996-2010 ini memiliki sifat yang berbeda dengan didikan orang tua sebelumnya. Pada jurnal penelitian yang dilakukan oleh Aulia, S., Meilani, T., & Nabillah, Z. (2022). Didikan yang diperoleh sehingga menyebabkan gen-z menjadi generasi strawberry, seperti:

1. Terlalu dimanja

Anak-anak muda atau Gen-Z yang termasuk dalam generasi strawberry sering kali diperlakukan dengan penuh kenyamanan oleh orang tua mereka. Mereka sering kali diberikan semua yang mereka inginkan tanpa harus bersusah payah. Dampaknya, kebanyakan dari mereka menjadi kurang terbiasa menghadapi masalah dan kurang memiliki keberanian.

2. Kurang memiliki waktu bersama orang tua

Orang tua dari generasi strawberry biasanya sibuk dengan pekerjaan mereka. Akibatnya, Gen-Z kurang memiliki waktu dan berinteraksi bersama, atau bahkan sekadar main bersama dengan orang tua. Situasi ini bisa membuat anak-anak merasa kurang diperhatikan dan kurang mencintai orang tua mereka.

3. Memberikan narasi negatif kepada anak

Orang tua generasi strawberry sering kali dengan atau tanpa sengaja memberikan narasi negatif kepada anak-anak mereka. Misalnya, mengatakan “Kamu itu bodoh” atau “Kamu itu tidak bisa apa-apa”. Hal ini dapat membuat anak-anak merasa rendah diri dan tidak percaya diri.

4. Terlalu melidungi (Overprotective)

Orang tua generasi strawberry sering kali berusaha keras untuk melindungi anak-anak mereka dari segala macam kesulitan. Namun, hal ini bisa membuat anak-anak menjadi kurang mandiri dan tidak terbiasa mengatasi tantangan.

5. Terlalu Memaksa dan menuntut

Orang tua generasi strawberry kerap kali memaksa dan menuntut anak-anak mereka untuk selalu menjadi yang terbaik. Dampaknya, anak-anak merasa tertekan dan tidak merasakan kebahagiaan.

Solusi Agar Anak Tidak Menjadi Genersi Strawberry

Untuk mencegah anak menjadi generasi strawberry, orang tua perlu memberikan pengasuhan yang tepat. Berikut adalah beberapa solusi yang dapat dilakukan:

1. Membangun mental anak

Mental yang kuat adalah salah satu kunci penting untuk menghadapi tantangan dan kesulitan dalam hidup. Orang tua perlu mengajarkan anak untuk menghadapi tantangan dan kesulitan sejak dini. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan anak kesempatan untuk mencoba, memberikan dukungan dan motivasi ketika anak mengalami kesulitan, dan memberikan contoh ynag baik kepada anak.

2. Membangun kepercayaan kepada anak

Orang tua perlu membangun kepercayaan kepada anak agar mereka merasa dicintai dan dihargai. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan perhatian dan dukungan kepada anak, berkata jujur kepada anak, dan tepati janji kepada anak.

3. Melatih anak mengambil keputusan

Kemampuan untuk mengambil keputusan adalah keterampilan penting yang perlu dimiliki oleh setiap orang. Orang tua perlu melatih anak untuk mengambil keputusan sejak dini. Hal ini dapat dilakukan dengan cara Berikan kesempatan kepada anak untuk membuat keputusan sendiri, Dengarkan pendapat anak dan berikan penjelasan yang sesuai, Berikan dukungan kepada anak ketika mereka membuat keputusan yang salah.

4. Memahami anak

Setiap anak memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Orang tua perlu memahami anak agar mereka dapat memberikan pengasuhan yang sesuai dengan kebutuhan anak. Hal ini dapat dilakukan dengan cara berkomunikasi dengan anak secar rutin, antusias mendengarkan pendapat dan cerita anak, dan memberi kesempatan kepada anak untuk mengekspresikan diri.

Generasi strawberry yang memiliki potensi besar untuk menjadi generasi yang kreatif dan inovatif. Namun, generasi strawberry juga memiliki tantangan yang harus dihadapi. Dengan dukungan dari orang tua, guru, dan pemerintah, generasi strawberry dapat tumbuh menjadi generasi yang tangguh dan mandiri, serta dapat berkontribusi bagi kemajuan bangsa.

Halida Alkaf
Halida Alkaf
Ilma Halida Alkaf mahasiswi Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.