Jumat, April 26, 2024

Memutus “Lingkaran Setan” Keluarga dalam Teori Locus of Control

Rahmad Alam
Rahmad Alam
Mahasiswa psikologi UST, senang menulis, membaca dan rebahan.

Perkembangan setiap manusia pastilah memiliki beberapa faktor dalam membentuk kepribadian manusia tersebut. Metode pengasuhan, pemenuhan nutrisi, hingga lingkungan anak tersebut dibesarkan membawa setiap perilaku yang akan dibawa pada masa depannya kelak.

Hingga kita kadang memunculkan opini bahwa seorang yang buruk pasti lahir di keluarga yang buruk dan orang yang baik berasal dari keluarga yang baik pula.

Atau dalam pandangan kesejahteraan ekonomi mengatakan bahwa orang miskin akan melahirkan orang miskin juga dan begitu pula dengan sebaliknya.

Dalam masyarakat kita juga terkadang banyak yang melabeli anak broken home sebagai individu yang tidak akan punya sifat baik karena pengaruh buruk dari keluarganya.

Di pandangan secara personal juga kadang beberapa melakukan beberapa perilaku buruk kepada anak atau orang lain sebagai “pembalasan” atas apa yang telah dilakukan keluarganya dulu dan lantas memberi pembenaran, “Toh bapak-ibu saya juga melakukan hal ini kepada saya dulu”.

Hal tersebut membuat sebuah “lingkaran setan” terus berlangsung dan tidak pernah putus. Namun dalam prespektif teori-teori psikologi, terdapat teori dari Julian Rotter yang bernama Locus of Control dimana dapat memutus lingkaran setan ini.

Bagaimana sebetulnya pandangan “lingkaran setan” dalam keluarga ini dalam prespektif psikologi?, simak ulasannya.

Pandangan Psikologi Lainnya yang Menolak “Lingkaran Setan” dari Keluarga

Sebelum ke teori dari Julian Rotter tentang Locus of Conrol, baiknya kita terlebih dahulu mengetahui beberapa teori asal dan yang jelas menolak “lingkaran setan” yang terjadi pada keluarga. Akan saya runut darimana juga teori dari Julian Rotter ini mendasari konsepnya.

Sebenarnya kita bisa runut dari teori eksistensialisme psikologi dari Rollo May. May percaya bahwa setiap manusia memiliki kebebasan dan beranggapan bahwa kecemasan sendiri merupakan sebuah ketakutan akan ancaman pada nilai yang dianggap penting bagi keberadaan untuk kepribadiannya. May dan teori eksistensialisme-nya sangat percaya akan free will dari setiap individu.

Teori lainnya yang lebih positif yaitu terdapat teori humanisme dari Abraham Maslow. Maslow percaya bahwa setiap individu memiliki kebutuhan dan kebutuhan tersebut berjenjang, maka sering kali konsepnya disebut Hierarchy of Need. Intinya setiap orang memiliki kebutuhan tertinggi yaitu untuk mengaktualisasi dirinya agar lebih baik. (Alwisol, 2019).

Teori Locus of Control dari Julian Rotter

Locus of Control dapat kita runut dari teori eksistensialisme dan juga perpaduan antara teori behaviorisme yang mengandalkan lingkungan dan juga teori kognitif yang mengandalkan pikiran internal sebagai penentu sebuah perilaku. Inti dari teori ini sebenarnya terletak dari interpretasi dari individu tersebut dalam melihat sesuatu.

Dalam pengertiannya, Locus of Control adalah seberapa kuat kontrol dalam seseorang yang menjadikannya perilaku mereka. Seseorang dapat memiliki Locus of Control internal maupun eksternal. Locus of Control eksternal merupakan segala bentuk stimulus dari luar seperti kondisi, stimulus, keberuntungan dan lainnya. Sedangkan Locus of Control internal merupakan segala kemampuan, kapasitas dan juga yang ada dalam diri mereka yang membuat sebuah perilaku.

Orang yang memiliki Locus of Control internal yang tinggi memiliki kebebasan dan juga tanggung jawab yang tinggi akan tindakannya. Pemilik Locus of Control internal yang tinggi juga dapat lebih mengetahui kemampuan dirinya dan juga tidak berpasrah pada kondisi yang ada.

Sedangkan orang yang memiliki Locus of Control eksternal tinggi mungkin memiliki ketergantungan akan situasi dan kondisi yang membentuk tindakannya.

Jika perilaku tersebut menghasilkan sesuatu yang buruk maka dia akan menyalahkan nasib atau hal lain yang berada diluar dirinya. Sedangkan saat mendapat hal baik akan tindakannya ia akan menganggap itu adalah keberuntungan.

Dalam Locus of Control ini menjelaskan bahwa sebenarnya ada kesempatan untuk siapapun yang ingin memutus suatu kebiasaan buruk yang menjadi sebuah lingkaran setan dalam keluarga. Caranya yaitu dengan meningkatkan Locus of Control internal kita dengan mengerti bahwa tindakan kita adalah tanggung jawab kita juga.

Kontrol diri yang berasal dari dalam diri kita harus lebih mengendalikan tingkah laku kita. Segala keburukan seharusnya juga kita pikir dapat berhenti pada generasi kita saja. Berorientasi untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan mengaktualisasi diri seperti teori humanisme Maslow bisa jadi sandaran kita berkembang.

Jangan menjadikan diri kita sebagai pion yang hanya tunduk pada dunia luar saja. Melakukan hal buruk lalu menyalahkan masa lalu kita tidak menjadi pembenaran akan keegoisan kita tersebut.

Selalu ingat bahwa tindakan kita saat ini bukan lagi tanggung jawab masa lalu yang buruk.  Jika ingin menyalahkan masa lalu buruk yang menimpa kita hanya akan meninju angin kosong karena masa lalu tidak pernah muncul di masa sekarang.

Daftar Pustaka

Alwisol. (2019). Psikologi Kepribadian (Edisi Revisi). Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.

Rahmad Alam
Rahmad Alam
Mahasiswa psikologi UST, senang menulis, membaca dan rebahan.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.