Sabtu, April 27, 2024

Film Horor dan Psikologi Kita

Rony K. Pratama
Rony K. Pratama
Peneliti Pendidikan Literasi Yogyakarta

Pertanyaan mendasar kenapa film bergenre horor masih digandrungi khalayak masih relevan diteroka lebih lanjut. Kawula muda menjadi pihak yang dominan bertahan di pososi ini. Ia acap gayung bersambut dengan film horor, sekalipun baru dirilis jauh hari.

Alasan cukup sederhana kerap dituturkan: film horor mampu membangkitkan antusias dengan kecemasan dan ketakutan yang saling silang.

Tahun lalu, film horor bertajuk Pengabdi Setan, dilihat dari animo dan ulasan di media cetak maupun daring, menunjukan betapa ia masih mendapat tempat di masyarakat. Jumlah penonton yang didominasi anak muda—rentang SMA hingga perguruan tinggi—berduyun-duyun mengerubungi bioskop terdekat.

Kebanyakan dari mereka bermodal hasrat kuat karena pengaruh tutur tinular. Media sosial seolah tak sepi dari buah bibir ketakjuban itu.

Menyajikan sinematografi apik membuat Pengabdi Setan laksana antitesis terhadap film horor sebelumnya. Asumsi publik terhadap genre horor di tanah air, sebelum film itu mengemuka, masih tak beranjak dari eksploitasi tubuh perempuan.

Hantu dan seks seperti satu paket lengkap yang terbungkus rapi. Anggapan lazim ini menunjukan garapan film horor di Indonesia dianggap kurang bermutu bagi sebagian kritikus. Tapi pesimis ini ditampik oleh Pengabdi Setan.

Sekalipun direspons positif, Pengabdi Setan bukan berarti tanpa cacat. Skema, plot, alur, dan penokohan masih jelas dipengaruhi horor garapan Barat. Nuansa film Insidious dan The Conjuring terasa pekat.

Berlokasi di sebuah rumah kuno, sepi, dan di kelilingi rerimbunan mencekam mempertautkan Pengabdi Setan dan film Barat tersebut. Demikian pula bangunan tokoh dan penokohan yang intrik dengan gejolak batin masing-masing serta hentakan alur pada tiap adegan. Hal itu membangun keutuhan ceritera yang apik dan intertekstual.

Gejala antara pengaruh dan dipengaruhi lazim di jagat perfilman. Yang jadi soal bukan siapa mencontoh siapa, melainkan apa berpengaruh bagaimana. Inspirasi film satu dan yang lain memang suatu keniscayaan dalam dunia senimatografi.

Bahkan, ia juga berlaku bagi jenis kesenian lain seperti dalam karya sastra, koreografi, musik, dan rupa. Sekali lagi, titik simpul demikian bukan persoalan pelik.

Konstruksi Imajiner

Efek horor yang ditimbulkan Pengabdi Setan relatif berbeda. Benang merahnya terletak pada konteks tempat dan suasana yang dibangun. Penonton, terutama orang Indonesia, bisa teraduk-aduk perasaannya karena latar sosial mereka tersentuh.

Pengabdi Setan menawarkan cakupan budaya horor yang berangkat dari keadaan budaya masyarakat setempat. Tipe penampakan, penampilan tokoh, perabot penunjang, dan citra-citra lain dikontekstualisasikan dengan keadaan sosial di tanah air.

Sebagai contoh, tokoh lelembut yang muncul dalam Pengabdi Setan. Ia dipoles agar mirip Kuntilanak yang dalam persepsi orang Indonesia dibayangkan sedemikian rupa. Baju putih agak lusuh, rambut terurai sebahu, dan wajah pucat langsat ditampilkan dengan efek musik klasik.

Begitu juga dengan sudut kamera yang menyorot tokoh itu ditempatkan pada titik tertentu sehingga membuat kaget pemirsa. Komposisi ini dibangun berulang-ulang pada setiap alur Pengabdi Setan.

Terdapat pertanyaan menarik yang mesti dikemukakan di sini. Apakah efek horor itu dimunculkan oleh tokoh atau kemunculan sorot kamera yang tiba-tiba. Yang terakhir ini sepertinya lebih dominan ketimbang yang pertama.

Alsan utama sepele, yakni corongan visual dari mata kamera mampu melejitkan adrenalin penonton. Suasana mengagetkan di sini dibuat dalam rangka menimbulkan efek horor. Baru kemudian efek ini ditambah oleh sosok mencekam yang bergerak diam-diam.

Psikologi Manusia

Ketakutan seseorang akan makhluk astral sebetulnya disebabkan oleh konstruksi media. Dalam hal ini media mampu membangun persepsi para penonton dengan menyuguhkan tokoh-tokoh hantu yang menakutkan.

Wujud nyata hantu yang selama ini ditakutkan itu sedikit-banyak merupakan hasil dari penjajahan film horor. Ironinya mereka tetap menonton, meski kadang mata disipitkan dan ditutup dengan telapak tangan. Tapi ia masih mengintip dari celah kecil kelopak mata maupun sela-sela jemari.

Takut tapi antusias serupa paradoks psikologis manusia. Keadaan ini sering dituturkan sebagian besar orang kenapa masih doyan menonton film horor. Efek jangka panjang dari geliat ini berpengaruh dalam kehidupan mereka.

Manakala sendirian di kamar, keluar rumah, di kampus, dan tempat-tempat sepi lain mereka kemudian mengimajinasikan sosok hantu di sekitarnya. Keadaan ini membuktikan bahwa persepsi membawa efek tertentu. Kata Sigmund Freud, “Ketakutan akan sesuatu ditimbulkan dari prasangka-prasangka yang dibuat pikiran sendiri.”

Film Pengabdi Setan memperoleh atensi dari khalayak Indonesia karena ia menawarkan konstruksi horor yang sesuai dengan persepsi kebanyakan. Pantas bila film itu ditengarai berhasil membuat penonton menjerit ketakutan.

Gejolak ini ternyata juga permanen dirasakan usai menonton. Imajinasi-imajinasi yang dibangun menghujam kuat di benak mereka. Impresi semacam itu tentu berlaku pula bagi genre film lain.

Sosok penampakan yang acap dialami sebagian orang dengan citra visual tertentu boleh jadi merupakan efek psikologis yang dikatakan Freud. Pernyataan ini masih simpang-siur di antara paranormal dan ilmuan akademik.

Pasalnya, apakah wujud penampakan itu adalah pantulan dari persepsi individu atau bentuk riil dari sosok astral. Dalam perspektif ilmiah keadaan ini mesti diteliti secara metodologis agar mendapatkan kesimpulan empiris.

Yang rasional dan yang irasional serupa dua sisi uang koin yang bertolak belakang. Dikotomi ini dianggap topik polemik panjang yang tak kunjung usai hingga kini. Namun, terlepas dari hal itu, keduanya saling melengkapi dalam konstelasi wacana keilmuan yang makin menarik diperbincangkan.

Rony K. Pratama
Rony K. Pratama
Peneliti Pendidikan Literasi Yogyakarta
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.