Selasa, Oktober 8, 2024

Berdamai dengan Sakit, Selamat Jalan Sahabat Baikku Radhar Panca Dahana

Komaruddin Hidayat
Komaruddin Hidayat
Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII)

Interaksiku dengan Radhar Panca Dahana yang cukup intens belakangan ini, sewaktu kami sama-sama jadi tim panelis membuat pertanyaan debat calon Walikota Tangerang Selatan belum lama ini untuk acara di salah satu stasiun TV, pengganti Airin yang habis masa jabatannya setelah dua periode jadi walikota.

Cukup sering saya ketemu Radhar, baik di rumahku maupun di luar. Saya tahu dia sudah lama mesti rutin melakukan ritus cuci darah, karena penyakit ginjalnya yang akut.
Dari sekian banyak pertemuan, Radhar tak pernah cerita dan mengeluh penyakitnya, kecuali jika ditanya. Menjawabnya pun datar-datar saja.

Kelihatannya, Radhar tidak mau penyakitnya menjadi bagian dari obrolan ketika kumpul dengan teman-teman. Seakan penyakitnya telah menjadi bagian dari kehidupannya yang mesti dia peluk dan terima, layaknya isteri atau anaknya. Tak ada kemarahan dan protes darinya, mengapa dia sakit.

Ketika disinggung tentang agenda rutin cuci darah, dia menjawab sekadarnya, bahkan kadang sambil bercanda. Ketika keluar kota, tidak mudah menemui rumah sakit yang menyediakan darah, dia cerita tanpa emosi.

Sementara itu rokok, kopi dan sakit ginjalnya seakan jadi teman dan amunisi untuk selalu berpikir dan menulis -mungkin dia punya feeling berpacu dengan usia -bagaimana merawat dan membangun kebudayaan maritim yang jadi kekayaan dan jati diri bangsa ini. Dengan baik hati dia senang berbagi buku-buku karangannya pada sahabat-sahabatnya.

Yakin dan berdoa, Radhar tengah memasuki hidup barunya yang serba damai, dengan gelar barunya: almarhum. The blessed one. Hidup dalam limpahan kasih ilahi. Meninggal pada hari malam Jumat di bulan Ramadhan (Kamis 20 April jam 20.00) diyakini banyak orang sebagai petanda orang baik, meninggal dengan husnul khotimah.

Usia kalender memang ada batasnya, tapi umur dan amal yang ditinggalkan tetap abadi, karena kematian itu bukan terminal akhir kehidupan, melainkan sebuah gerbang peziarahan lebih lanjut menuju rumah Tuhan, tempat kita berasal. Kita semua penumpang kapal dengan bendera: Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un.

Selamat jalan sahabat baikku Radhar Panca Dahana. Suatu saat nanti kami pasti akan menyusulmu.

Komaruddin Hidayat
Komaruddin Hidayat
Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII)
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.