Jumat, April 26, 2024

Perombakan Kabinet Jilid II Tersandera Partai Politik

Tito Dirhantoro
Tito Dirhantoro
Reporter GeoTIMES.
Presiden Joko Widodo (kiri) didampingi Wapres Jusuf Kalla (kanan) memimpin Sidang Kabinet Paripurna bersama Menteri Kabinet Kerja di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Senin (2/11). Dalam sidang tersebut dibahas evaluasi kinerja menteri, rencana paket kebijakan ekonomi keenam, persiapan pilkada serentak 2015 serta APBN 2016. ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma/ama/15
Presiden Joko Widodo didampingi Wakil Presiden Jusuf Kalla saat memimpin Sidang Kabinet Paripurna bersama Menteri Kabinet Kerja di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Senin (2/11). ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma/ama/15

Desakan publik kepada Presiden Joko Widodo untuk merombak kembali Kabinet Kerja kembali mencuat. Itu karena publik menilai masih ada pembantu presiden yang tidak bekerja secara maksimal. Akibatnya, hingga kini tak ada perubahan signifikan yang diraih pemerintahan Joko Widodo selama setahun menjabat.

Mantan Menteri Keuangan Fuad Bawazier mengatakan pemerintahan saat ini lahir dari proses politik. Pasangan Joko Widodo dan Jusuf Kalla yang kala itu mencalonkan diri sebagai presiden dan wakil presiden tergolong nekat dan berani. Mengingat keduanya tidak memiliki kendaraan secara penuh, sehingga mereka harus meminjam.

“Karena itu, ini akan sulit jika Presiden ingin merombak kendaraan yang dipinjamnya. Sebab, mereka harus meminta izin pemiliknya. Pemeritahan saat ini sedang tersandera oleh partai politik dan pihak-pihak tertentu yang mendanai pencalonan mereka dulu,” kata Fuad berdasarkan keterangan resminya di Jakarta, Kamis (5/11).

Menurut Fuad, terkait isu perombakan kabinet jilid II, Presiden Joko Widodo harus mampu bernegosiasi dengan partai pendukungnya bila ingin mendapatkan menteri yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan negara. Sebab, selama ini sosok yang diajukan oleh partai pendukungya tidak begitu kompeten.

“Mereka yang diajukan oleh partai pada umumnya hanya karena telah berjasa terhadap internal partai. Bukan karena menguasai bidang yang akan dipimpinnya kelak,” tuturnya.

Sementara itu, pakar hukum tata negara Refly Harun mengatakan untuk saat ini tak mudah bagi presiden yang berkuasa, baik Jokowi maupun siapa saja, untuk merombak pembantunya di era peralihan saat ini. Sebab, kekuatan partai politik sangat dominan dan hal tersebut kerap menjadi kendala utama bagi siapa pun presiden yang menjabat jika ingin merombak jajaran kabinetnya.

“Karena itu, hal ini menjadi tantangan bagi pemerintahan Jokowi, apakah dapat bertahan sampai lima tahun. Mengingat partai politik pendukungnya di level legislatif kerap menjadi permasalahan bagi pemerintahannya,” ujar Refly.

Namun demikian, kata dia, jika memang Presiden Jokowi akan kembali melakukan perombakan kabinet, sektor hukum merupakan yang sangat perlu diperhatikan. Pasalnya, kinerja menteri hukum setahun ini belum terlihat maksimal. Meski secara kualitas bagus, kepemimpinannya tidak netral sehingga justru turut menjadi bagian dari permasalahan.

Refly menyebut dua partai politik yang kini berseteru, yaitu Golkar dan PPP. Adanya dualisme kepemimpinan di partai-partai politik tersebut karena menteri hukum dan HAM tidak netral dan tegas. Dia cenderung berpihak ke salah satu kubu. Selain itu, menteri hukum saat ini juga cenderung mudah memberikan remisi kepada para koruptor.

Tito Dirhantoro
Tito Dirhantoro
Reporter GeoTIMES.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.