Dalam biologi manusia termasuk diurnal atau hewan yang aktif di siang hari (lawan nokturnal). Jadi, Allah menciptakan malam untuk istirahat, dan siang untuk beraktivitas. Al-Qur’an sendiri menjelaskan bahwa tidur itu perlu dan penting, utamanya untuk kesehatan (QS. 78: 9).
Artinya begadang merupakan jalan yang sistematis, terstruktur, dan massif untuk melemahkan system imun dalam diri kita. Nabi pun sehabis shalat isya, seluruh aktivitasnya dihentikan, langsung tidur. Beliau cenderung membenci begadang kalau tiada artinya.
Apa yang dilakukan oleh Nabi tidur di awal malam mungkin gambaran umum masyarakat global yang jauh sebelum ditemukannya teknologi lampu listrik. Misalnya seorang pria asal Granada yang hidup pada abad keduabelas mungkin akan dengan mudah meniru Nabi tidur sehabis shalat isya.
Tidak ada jam lembur, dia tinggal mematikan obor, komat-kamit baca doa tidur, menutup mata, dan tidur pun pulas. Tidak butuh konsentrasi dan perjuangan ekstrem untuk sampai pada tahap ngorok. Sehingga dia mungkin bisa melaksanakan shalat malam dan shalat subuh.
Ilustrasi di atas mungkin berbeda dengan masyarakat yang sudah menemukan lampu listrik sekitar akhir abad 19. Lampu listrik merupakan salah satu penemuan terbesar sejarah manusia.
Kita patut berbangga dengan capaian ini lantaran manusia menang dalam perang melawan gelap malam yang sudah berlangsung selama berabad-abad melalui berbagai tahapan yang harganya tidak murah. Dari cahaya bulan ke obor, dari obor ke lampu minyak, dari lampu minyak ke lampu gas, dan sekarang lampu listrik.
Penemuan lampu dianggap sebagai biang kerok dari perubahan manusia dalam memandang waktu. Lampu membuat jam kerja manusia menjadi lebih panjang. Toko buka lebih lama, pabrik juga jadi buka lebih lama. Meski malam hari manusia jadi lebih produktif, tapi perlu kita renungkan ungkapan Matthew Walker bahwa kemajuan peradaban telah merampas waktu tidur manusia modern.
Misalnya seorang pria asal Granada yang hidup pada abad keduapuluh mungkin akan sulit melaksanakan sunah Nabi yang tidur setelah shalat isya. Dia benar-benar harus merasakan kantuk terlebih dahulu untuk sampai pada tahap ngorok.
Mungkin dia akan mengerjakan PR, kemudian baca buku, mengisi teka teki silang, menghitung jumlah domba imajiner, menjelang tengah malam baru mematikan lampu dan tidur. Sehingga shalat malam terlewat, tapi mungkin shalat subuh masih bisa diperjuangkan.
Sekarang kita memasuki abad ke-21. Dulu saat mekanisasi menggantikan kerja-kerja otot manusia, semua orang mulai meramal di awal abad 21 manusia akan hidup berdampingan dengan robot-robot canggih. Imajinasi kita terfasilitasi dengan kemunculan anime Astro Boy yang bercerita tentang robot berhati manusia pada tahun 1952. Beberapa dari ramalan ini terwujud. Di sisi lain, tak seorang pun meramalkan internet!
Kehadiran internet benar-benar telah mengubah secara drastis hubungan manusia dengan gelap malam. Dalam sebuah penelitian mengungkapkan bahwa koneksi internet broadband merupakan faktor utama yang mengganggu pola tidur manusia modern. Selain kurang tidur, orang-orang ini pun cenderung tidak puas dengan kualitas tidur mereka. Bisa saja tidur selepas shalat isya, tapi butuh konsentrasi yang tinggi dan perjuangan yang ekstrem agar tidak tergoda mengecek DM di Instagram dan jumlah like di facebook.
Misalnya seorang pria asal Granada yang hidup di abad ke-21 mungkin akan benar-benar sulit meniru Nabi yang tidur setelah shalat isya. Dia sadar malam setelah isya merupakan waktu terfavorit untuk membuat status di facebook, ngetwit di twitter, upload foto di Instagram, dan debat di grup Whatsapp.
Menjelang tengah malam selain menambah kalori dengan menyantap indomie mungkin waktu yang bagus untuk main PUBG bersama kolega. Menjelang subuh akhirnya kantuk datang, menutup mata dan kemudian ngorok. Sehingga shalat malam otomatis terlewat, dan shalat subuh mustahil untuk diperjuangkan.
Ilustrasi di atas di kalangan anak muda sudah menjadi aktivitas mainstream. Jika dulu cahaya lampu hanya mengganggu mata manusia dari tidur, maka kemunculan internet masuk lebih dalam menganggu pikiran manusia dari terlelap.
Sejak datangnya internet, tanggapan orang lain tentang status kita di facebook, twit kita di twitter, dan foto kita di Instagram, menjadi pemain utama dalam teater pikiran manusia. Benar kata ibu saya, kalau mau tidur dengan kualitas premium jauhkan badan dari segala jenis gadget.
Hehehe kalau boleh sok-sokan meramal masa depan—meskipun ini agak gegabah, tapi gak apa-apa semoga fayreul—dengan melihat perkembangan teknologi yang semakin moncer, dan ditinjau dari pola tidur dari masa ke masa, manusia semakin bergerak menjadi makhluk malam hari, hewan nokturnal.
Coba bayangkan aktivitas kita sekarang: pagi tidur, siang ngantuk, sore nonton senja, malam sulit tidur, dini hari sampai pagi tidur. Jadi sekarang ini, sore sudah seperti pagi, malam sudah seperti siang. Kalau saja tidak terikat oleh persoalan administrasi, mungkin manusia akan lebih cepat berevolusi jadi hewan nokturnal.
Kalau memang ramalan manusia semakin bergerak menjadi makhluk nokturnal itu benar, akan berapa banyak shalat yang harus dikorbankan yaksss?