Jumat, April 26, 2024

Saatnya PSI Masuk Kampus

Adi Fauzanto
Adi Fauzanto
Pusat Studi Sosial Demokrasi dan Anti Korupsi

Pergolakan organisasi ekstra kampus, menjadi menarik untuk dibahas. Perjalanan panjang sejarah mahasiswa tidak terlepas dari sejarah perpolitikan nasional. Banyak diantara organisasi mahasiswa yang secara malu-malu berlindung di ketek Partai Politik. Alih-alih tidak mengikuti ‘politik praktis’ nasional, tetapi hubungan dengan kakanda yang berada dipartai terus dekat.

Beberapa organisasi ekstra mahasiswa secara bahasa dan gerakan, dan bahkan ideologi mempunyai kemiripan, atau bahkan sama persis. Bahasa pengkaderan, dengan menggunakan istilah-istilah terntu.

Gerakan-gerakan keorganisasian yang sama, dengan teridentifikasi secara khusus. Ideologi yang dibawa juga sama, yang turun kepada kajian-kajian. Tak ayal beberapa dari berhubungan dekat. Tidak secara struktural, tetapi kultural. Sedikit gambaran, terdapat beberapa seminar yang dilakukan oleh salah satu organisasi ekstra, mengangkat isu-isu yang sama, yang diangkat oleh afiliasinya.

Memang seharusnya kampus dalam hal ini tempat mengkaji keilmuan, tanpa campur tangan politik praktis. Tetapi apa daya, air yang jernih sudah tercampur oleh lumpur. Campur saja sekalian. Kalau meminjam bahasa Soe Hok Gie, “Bagiku sendiri politik adalah barang yang paling kotor.

Lumpur-lumpur yang kotor. Tapi suatu saat dimana  kita tidak dapat menghindari diri lagi, maka terjunlah.” Bahkan seorang Soe Hok Gie, akhirnya terjun kedalam politik bawah tanah Partai Sosialis Indonesia.

Beginilah carut marut dunia mahasiswa. Organisasi seperti HMI, IMM, PMII, GMNI, PMKRI, KAMMI, dan sebagainya, semuanya pasti memiliki afiliasi partai politik, dari mulai DPP Pusat, Daerah, hingga komisariat.

Saya pun mengikuti organisasi dari salah satu yang disebutkan, saya tahu senior-senior saya masuk partai politik, karena memang kesamaan ideologi. Kira saya diawal organisasi ini murni gerakan, ternyata tidak sepenuhnya. Tapi tidak apa-apa, karena air sudah tercampur lumpur akan menjadi keruh.

Saat saya membaca berita, bahwa PSI akan masuk ke kampus.

Dan saatnya lah sekarang PSI menjadi bagian daripada salah satunya. PSI yang saya rasa bisa mengcounter organisasi-organisasi yang berlabel agama, dengan memonopoli nilai agama dengan kebiasaan kelompoknya sendiri. Bukan berarti saya anti agama, tetapi ketika suatu yang berlebihan, maka dari situ akan menimbulkan ketidak seimbangan. Saya rasa PSI bisa menjadi penyeimbangnya.

PSI bisa memulainya dengan membangun ideologi yang kuat, dengan gerakan kultural seperti diskusi, dan kegiatan ilmiah lainya, beserta dengan pengabdian masyarakat. Atau bahkan bisa langsung masuk kepada politik praktis kampus, dan bertarung dengan organisasi ekstra lainya. Ntah, bagaimana caranya, bisa dipertimbangkan nantinya. Yang pasti dunia kampus membutuhkan kalian, karena hegemoni organisasi mahasiswa berbasis agama yang berlebihan.

PSI bisa menjadi wadah mahasiswa yang pemikirannya sesuai dengan apa yang dibawa PSI pada pemilu 2019. Sekaligus membawa nilai-nilai dalam organisasi mahasiswa intra/internal kampus seperti BEM, dan Lembaga Otonom. Saya yakin PSI bisa diterima dilingkungan akademik, karena memang basis PSI merupakan akademisi, dan tidak anti-intelektual.

PSI bisa merekrut mahasiswa-mahasiswa dengan basis gerakan dan intelektual yang kuat, yang siap di tekan dan di hajar oleh organisasi ekstra mahasiswa lama. Kurang lebih sama kondisinya dengan kancah politik nasional. Bukan mahasiswa yang menurut apa kata kakanda nya, dan memanfaatkan kakandanya sebagai ladang mencari link kerja.

Dengan gerakan kultural dalam kehidupan kampus, mahasiswa dengan basis geraka intelektual yang kuat dan didukung juga dengan struktural organisasi mahasiswa internal, saya rasa PSI punya peran besar dan pentingnya nantinya dalam membangun politik nasional 5-10 tahun kedepan, atau bahkan lanjut lagi, dengan nilai-nilai yang dibawa.

Oh iya, saya menulis ini dikarenakan saya tertarik oleh PSI karena membawa angin segar dalam politik nasional. Bahkan saya berpikiran bahwa PSI adalah Oposisi dalam tubuh Petahana, dalam artian PSI mampu mengcounter Partai-Partai Lama yang membawa nilai-nilai usang, baik dalam tubuh petahana, maupun oposisi.

Saya pun juga mengikuti isu-isu korupsi, bahwa memang partai-partai yang bercokol di petahana adalah partai penyumbang terbanyak, saya ragu sebelumnya PSI akan diam saja. Betul saja, PSI berani bersuara dengan keras, walaupun hasil berkata lain, dan memang masyarakat kita belum siap, salut! Teruskan konsitensi idealisme kalian.

Balik lagi kepada topik, saya disini tidak dibayar oleh PSI, saya hanya peduli dengan keadaan dinamika politik kampus yang saya rasa tidak sehat. Dan bagi kalian yang membaca tidak usah munafik kalau organisasi ekstra kalian memiliki kesamaan tertentu dengan salah satu partai politik, karena saya pun juga begitu.

Mohon maaf jika tulisan saya berantakan, tidak terstuktur, tidak ada refrensi, tidak ilmiah. Karena memang saya tidak ingin menulis ilmiah, saya hanya menyampaikan isi dari kepala saya, yang mungkin masih abstrak. Kepada PSI anda menerima atau tidak tulisan ini, saya tidak tahu, saya yakin pasti anda membacanya. Kepada Partai Politik lain, dan organisasi yang catutkan didalam tulisan ini, mohon maaf jika terjadi salah-salah kata.

Adi Fauzanto
Adi Fauzanto
Pusat Studi Sosial Demokrasi dan Anti Korupsi
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.