Rabu, April 24, 2024

Menjadi Penulis Berkompeten

Rohmatulloh
Rohmatulloh
Dosen Universitas Islam An Nur Lampung

Pertama kali belajar menulis, saya masih ingat betul selalu membaca tulisan almarhum Gus Dur dan Cak Nur karena memang tulisannya begitu populer sehingga mudah memahami gagasan yang disampaikannya. Bukunya berjudul Muslim di Tengah Pergumulan, dan Islam Kemodernan dan Keindonesiaan masih tersimpan baik di koleksi perpustakaan saya.

Tentu saja banyak  sekali karya penulis hebat lainnya yang tidak perlu disebutkan satu persatu dalam tulisan kolom terbatas ini. Singkatnya, penulis tersebut sebagai sosok penulis yang baik, hebat, atau berkompeten.

Bekompeten artinya karakteristik personal yang dimiliki seseorang karena mempunyai kinerja yang unggul atau superior. Kompeten merupakan hasil karena orang tersebut memiliki kompetensi yang terdiri dari seperangkat pengetahuan, sikap, dan perilaku atau psikomotor, serta faktor lainnya yang memungkinkan berhasil apabila menjalankan pekerjaan dan tugasnya, misalnya dalam menulis. Semua komponen tersebut saling terintegrasi dan tidak bisa hanya satu atau beberapa saja yang digunakan.

Dari aspek pengetahuan, penulis harus memahami atau memiliki pengetahuan deklaratif, prosedural, dan kondisional dalam menulis. Misalnya pengetahuan tentang teknik mengidentifikasi topik dan isu yang menarik dan paham kapan pengetahuan tersebut harus ditulis yang sesuai momentum, alur kerangka tulisan, menyunting, dan proses pasca tulisan hingga pahama cara memublikasikannya sebagai bentuk komunikasi kepada masyarakat luas. Namun, ini saja belum menjadikan penulis yang baik.

Pengetahuan ini harus selaras menjadi sebuah sikap yang positif, yakni mencintai pekerjaannya menulis. Begitu sikap cintanya sudah tumbuh maka penulis akan selalu meningkatkan mutu tulisannya dengan berbagai data isu terkini dan mudah dipahami masyarakat awam untuk mencari kepuasan terhadap karyanya. Apakah ini sudah cukup menjadi penulis yang baik? Tentu saja belum cukup.

Jika hanya sikap artinya masih berbentuk perilaku potensial sehingga perlu diwujudkan menjadi perilaku aktual yang dapat dibuktikan. Penulis menggunakan keterampilannya membuat tulisan,  menyunting, menggunakan kata pembuka dan penutup tulisan dengan berbagai gaya yang menarik sehingga tidak monoton atau itu-itu saja gayanya, membangun argumennya secara rasional dan logis berdasarkan perspektif ilmu Ketuhanan atau teologis, filsafat (akal), dan sains (empiris), serta mampu menyiapkan untuk dipublikasikan. Ternyata, keterampilan ini pun belum membuatnya juga menjadi penulis yang baik.

Padahal banyak orang memahami kompetensi hanya dimensi pengetahuan, sikap, dan perilaku saja atau populer dengan kependekan KSA (knowledge, skill, attitude). Ada faktor lainnya yang penting yang disebut sebagai kompetensi.

Penulis dalam menulis melakukan koordinasi tangan-mata yang baik, ketajaman hati, penalaran dan visual dalam merangkai kata dan paragraf, kesabaran dalam menulis, passion atau gairah yang besar dalam menulis, dan penilaian yang memungkinkan penulis menjadi mahir atau kompeten. Kesuksesan dalam menulis atau pun pekerjaan lainnya maka seseorang harus memiliki beberapa kompetensi.

Sudahkah kita menerapkan berbagai dimensi kompetensi agar dapat menjadi penulis yang baik atau berkompeten? Mari kita terus belajar, Insya Alloh menjadi penulis hebat.

Rohmatulloh
Rohmatulloh
Dosen Universitas Islam An Nur Lampung
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.