Dalam kehidupan normal kehadiran anak merupakan dambaan setiap keluarga. Kelahiran merupakan peristiwa penting yang membahagiakan. Banyak harapan dan impian yang ingin diraih. Oleh karena itu, orang tua perlu mempersiapkan diri dalam upaya mewujudkan harapan dan impian tersebut, diantaranya dengan memberikan kesehatan dan gizi anak terbaik.
Tidak ada yang memungkiri bahwa masa depan bangsa tergantung pada anak di masa sekarang. SDM yang berkualitas dengan produktivitas yang tinggi diawali dari tingkat kesehatan dan gizi anak yang baik. Kesehatan memegang peranan penting dalam proses pembangunan suatu negara. Bangsa yang kuat didukung oleh SDM yang sehat dan cerdas.
Sudah menjadi tanggung jawab kita bersama untuk melindungi dan menjadikan anak yang sehat dan bergizi menuju Indonesia emas 2045. Pengertian anak di sini adalah yang belum berusia delapan belas tahun. Pada masa inilah anak harus mendapat asupan gizi yang baik dan mencukupi. Jangan sia-siakan masa anak-anak yang merupakan masa emas mereka.
Potret Kesehatan Anak
Sehat merupakan nikmat dan anugerah yang harus disyukuri. Dengan kesehatan seseorang akan mudah dan bersemangat untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Kelompok anak-anak biasanya rentan terhadap penyakit. Menjaga dan memelihara kesehatan anak sangat penting, karena berpengaruh terhadap tumbuh kembang mereka.
Salah satu potret kesehatan anak tergambar dari angka kesakitan. Seorang anak dikatakan sakit jika mempunyai keluhan kesehatan dan berdampak pada aktivitasnya, yang disebut dengan angka kesakitan. Pada tahun 2022 angka kesakitan anak sebesar 13,55 persen. Dengan kata lain terdapat 13 anak dari 100 anak Indonesia yang mengalami sakit.
Diantara anak usia 0-17 tahun, yang paling rentan terhadap penyakit adalah anak usia 0-4 tahun. Pada usia ini, biasanya orang tua mempunyai perhatian lebih terhadap anaknya. Angka kesakitan pada usia tersebut sebesar 16,10 persen. Artinya ada 16 dari 100 anak usia 4 tahun ke bawah yang mengalami sakit sehingga terganggu aktivitasnya.
Semakin bertambahnya usia, daya tahan tubuh anak semakin membaik. Hal ini ditunjukkan dengan angka kesakitan yang semakin menurun. Angka kesakitan anak usia 7 – 12 tahun sebesar 13,42 persen dan anak usia 13 – 17 tahun sekitar 10 persen. Lebih rendah dari angka kesakitan anak 0-4 tahun.
Upaya pengobatan anak yang sakit, tergantung dari jenis penyakit dan tingkat keparahannya. Sebagian besar orang tua berupaya mengobati sendiri. Bisa jadi karena penyakit yang diderita tidak terlalu parah, atau sebagai upaya awal mengatasi keluhan kesehatan. Sebagian yang lain berupaya untuk berobat jalan ke fasilitas kesehatan yang tersedia.
Upaya mengobati sendiri dilakukan misalnya melalui minum obat yang dibeli sendiri di warung atau apotek tanpa resep dokter, minum jamu, kerokan, dan sebagainya. Pada tahun 2022, sebanyak 81,67 persen anak yang mengalami gangguan kesehatan pernah mengobati sendiri. Sedangkan yang berobat jalan sebesar 44,84 persen.
Kecukupan Gizi Anak
ASI merupakan asupan gizi terbaik bayi di bawah dua tahun. Banyak sekali manfaat ASI yang sudah menjadi rahasia umum, tidak diragukan lagi. Oleh karena itu, pemberian ASI merupakan kunci untuk memenuhi kebutuhan gizi dan menjaga kesehatan bayi, tidak dapat ditawar lagi. Salah satu manfaatnya adalah meningkatkan daya tahan tubuh dan kecerdasannya.
Secara umum pemberian ASI pada bayi dibagi menjadi dua tahapan. Pertama ASI eksklusif diberikan pada bayi berumur 0 sampai kurang dari 6 bulan. Kemudian dilanjutkan dengan makanan tambahan yang lebih beragam sampai usia 2 tahun yang disebut dengan Minimum Dietary Diversity (MDD).
Pada tahun 2022, BPS mencatat sebesar 72,04 persen bayi yang berusia kurang dari 6 bulan mendapatkan ASI eksklusif dari ibunya. Selanjutnya, seiring bertambah usia, bertambah pula kebutuhan asupan makanannya. Sang bayi pun semakin aktif sehingga lebih banyak membutuhkan energi. Pada saat itulah diperlukan makanan tambahan MDD.
Bayi berusia 6 – 23 bulan yang mendapatkan MDD sebesar 58,04 persen. Dengan pemberian ASI eksklusif dilanjutkan dengan MDD, dapat menjadi modal anak untuk tumbuh sehat dan kuat. Bayi yang tidak diberikan ASI mempunyai risiko kekurangan gizi lebih tinggi.
Pemberian ASI eksklusif memang sudah lebih dari 70 persen, suatu capaian yang relatif baik. Namun, itu bukan hanya sekedar angka, melainkan tentang generasi penerus bangsa. Di tangan merekalah nasib masa depan bangsa dipertaruhkan. Oleh karena itu, perlu mendapat perhatian serius dari semua pihak agar pemberian ASI dapat ditingkatkan.
Para pemangku kepentingan perlu lebih agresif lagi dalam mensosialisasikan pentingnya ASI eksklusif bagi bayi. Sosialisasi bukan hanya kepada para ibu dan calon ibu, tapi juga kepada masyarakat umum agar memberikan dukungan untuk meningkatkan pemberian ASI eksklusif dan MDD. Hal ini dimaksudkan agar pemberian ASI eksklusif sukses diberikan.
Demi masa depan bangsa yang lebih baik menuju Indoensia emas 2045, kesehatan dan gizi anak perlu mendapat perhatian serius. Upaya-upaya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dan kemudahan akses ke fasilitas kesehatan terus dilakukan.
Pemberian ASI eksklusif dan MDD juga harus menjadi perhatian. Selain itu, perbaikan ekonomi masyarakat terutama daerah perdesaan perlu ditingkatkan. Semoga hari esok lebih baik dari hari ini.