Kamis, Maret 28, 2024

Mengenal Toxic Productivity Melalui Karakter dalam Drakor

Aisyah Rachmadini
Aisyah Rachmadini
Mahasiswi Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Siapa sih anak muda yang nggak punya rasa semangat yang tinggi? Sebagai anak muda pastinya kita memiliki semangat yang tinggi, dong? Dengan rasa semangat yang menggebu-gebu serta dengan berbagai goals yang ingin dicapai pastinya anak muda zaman now akan melakukan berbagai kegiatan ataupun pekerjaan yang menurutnya sangat penting untuk dilakukan.

Mereka berlomba-lomba untuk menjadi produktif tentunya. Bahkan saking banyaknya pekerjaan yang harus dilakukan, tidak jarang juga pekerjaan yang satu akan bertabrakan dengan pekerjaan yang lainnya. Menjadi anak muda yang produktif tentu saja merupakan hal yang baik. Tetapi, tidak selamanya menjadi produktif itu merupakan hal yang positif. Menjadi produktif juga dapat memunculkan dampak yang negatif, loh!

Kok bisa ya menjadi produktif memunculkan dampak yang negatif? Bukannya malah bagus kalau kita menjadi pribadi yang produktif? 

Pengertian Toxic Productivity

Tentu saja menjadi produktif itu merupakan suatu hal yang baik. Tetapi, segala sesuatu yang berlebihan tentunya memiliki dampak yang buruk. Jika kita terlalu banyak melakukan kegiatan dalam waktu yang berdekatan tentunya kita akan mengalami burnout. Bahkan hal tersebut juga dapat menyebabkan gangguan dalam kesehatan mental. Produktivitas yang terlalu berlebihan atau yang biasa dikenal dengan istilah Toxic Productivity. Toxic Productivity merupakan saat dimana seseorang tidak merasa cukup atas apa yang dikerjakannya.

Biasanya orang yang mengalami Toxic Productivity akan merasa bersalah jika tidak melakukan apa-apa atau jika sudah menyelesaikan pekerjaannya, Ia akan merasa pekerjaannya tersebut tidak cukup maksimal hasilnya. Menurut Dr. Julie Smith dalam paparannya, Toxic Productivity adalah sebuah obsesi untuk mengembangkan diri dan merasa selalu bersalah jika tidak bisa melakukan banyak hal.

Toxic Productivity ini kayaknya lumayan populer. Tau gak sih? Beberapa drakor bahkan menyelipkan soal Toxic Productivity ini melalui karakter di dalam ceritanya, loh. Drakor apa aja dan siapa aja karakternya, ya?

1. Lee Shin Ah dalam drakor Crazy Love

Lee Shin Ah dalam drakor Crazy Love
http://instagram.com/vousmevoyez

Lee Shin Ah yang diperankan oleh Krystal Jung di dalam dramanya yang berjudul “Crazy Love” memiliki karakter yang gigih dan sungguh-sungguh. Untuk menggapai impiannya, Ia membuang kebahagiaannya terlebih dahulu. Bahkan Ia mengidap penyakit karena stress yang dipicu oleh kelelahan bekerja.

2. Ha Eun Byeol dalam drakor Penthouse

Ha Eun Byeol dalam drakor Penthouse
http://instagram.com/yebin__

Ha Eun Byeol yang diperankan oleh Choi Ye Bin di dalam dramanya yang berjudul “Penthouse” diceritakan sebagai seorang anak yang selalu dituntut untuk menjadi sempurna dan terbaik di sekolah oleh orangtuanya. Untuk mememuhi tuntutannya, Ha Eun Byeol menjadi keras dengan dirinya sendiri. Ia akan belajar terus-menerus dan sangat memaksakan dirinya untuk bisa menjadi yang terbaik.

3. Yoo Ja Seong dalam drakor Monthly Magazine Home

Yoo Ja Seong dalam drakor Monthly Magazine Home
http://instagram.com/kimjiseok16

Sama halnya dengan karakter Lee Shin Ah dalam drama “Crazy Love“, karakter Yoo Ja Seong yang diperankan oleh Kim Ji Seok ini juga mengalami Toxic Productivity yang dikarenakan fokusnya dalam mengejar karir.

4. Ko Moo Chi dalam drakor Mouse

4. Ko Moo Chi dalam drakor Mouse
http://instagram.com/lee.hee.jun

Ko Moo Chi yang diperankan oleh Lee Hee Joon dalam serial thrillerMouse” merupakan karakter yang gigih dan pantang menyerah. Koo Moo Chi merupakan seorang detektif yang sangat bekerja keras untuk dapat mengungkap kasus-kasus pembunuhan yang terjadi di lingkungannya. Suatu ketika, Sang kakak menjadi korban dan itu membuatnya bekerja lebih keras lagi untuk menemukan pembunuhnya. Bahkan Ia sampai lupa untuk sekadar beristirahat.

5. Kang Ye Seo dalam drakor Sky Castle

Kang Ye Seo dalam drakor Sky Castle
http://instagram.com/hye_yoon1110

Kang Ye seo yang diperankan oleh Kim Hye Yoon merupakan seorang anak dari keluarga elite. Ayahnya merupakan seorang dokter. Hal itu membuat Kang Ye Seo harus bisa mengikuti jejak sang ayah untuk menjadi dokter dan berkuliah di universitas ternama. Kang Ye Seo belajar terus-menerus untuk bisa menjadi yang terbaik. Menurutnya, belajar lebih penting dari apapun.

Nah, gimana? Ada yang kalian tau gak? Atau udah kalian tonton semua? By the way, dari kelima karakter di atas, ada yang relate sama kalian gak? Atau masih bingung, nih? Gimana kalau sekarang kita bahas ciri-cirinya lebih dalam lagi? let’s go!!

Ciri-Ciri Toxic Productivity

1. Berlebihan Dalam Melakukan Pekerjaan

Seperti yang udah kita bahas tadi, produktif itu memang hal yang positif. Tapi, ingat! kalau berlebihan bisa menjadi hal yang negatif. Karena ingin bekerja terus-menerus biasanya juga akan mengesampingkan tentang istirahat. Padahal, istirahat juga merupakan hal yang penting, loh!

2. Merasa Bersalah Jika Tidak Melakukan Apapun

Saat mengalami Toxic Productivity, orang-orang cenderung nggak memperhatikan pola makan dan istirahatnya. Saat beristirahat atau nggak ngelakuin apa-apa, mereka akan merasa sangat bersalah dan gelisah.

3. Selalu Merasa Kurang

Mereka akan selalu merasa tidak puas terhadap apa yang udah mereka kerjakan. Padahal apa yang mereka kerjakan itu sudah lebih dari cukup.

Gimana? Udah lebih jelas, kan? Ada nggak ciri-ciri Toxic Productivity di atas yang kamu rasain?

Dampak Toxic Productivity

Tau nggak sih? Toxic Productivity juga berdampak buat kesehatan mental kita, loh. Karena Toxic Productivity biasanya akan membuat penderitanya lebih mudah stress. Dan stress tersebut akan membuatnya menjadi depresi. Selain itu, Toxic Productivity juga membuat penderitanya mengalami kecemasan yang berlebihan. Toxic Productivity dapat membuat penderitanya burnout yang mengakibatkkan hilangnya motivasi serta membuat produktivitas menurun.

Kayak yang udah kita lihat dari karakter-karakter dalam drakor di atas, Toxic Productivity selain berdampak pada kesehatan mental, juga dapat bedampak pada kesehatan tubuh kita. Penderita Toxic Productivity, mereka mempertaruhkan kesehatan agar menjadi produktif. Mereka mengesampingkan istirahat, makan, dan minum untuk dapat menekan produktivitasnya. Sehingga hal tersebut dapat menyebabkan masalah dalam kesehatannya.

Serem, ya? Eitsss, tenang dulu. Toxic Productivity ini juga bisa kita atasi kok! kira-kira gimana ya caranya? let’s check it out!

Cara Mengatasi Toxic Productivity

1. Batasi Diri

Iya. Batasi diri kalian. Know ur limit. Bikin aturan, kayak belajar atau bekerja dari jam sekian sampai jam sekian, mulai jam 9 malam jauhkan gadget atau apapun yang berkaitan dengan pekerjaan, menetapkan waktu istirahat, dan lain-lain.

2. Istirahat

Simpel banget gak sih? Iya, istirahat. Dengan menyelipkan istirahat di sela-sela kesibukan itu bisa bikin kita lebih vit, loh. Dijamin deh, kerjaannya bakal bisa dikerjain dengan lebih efisien. Istirahat itu penting, bukan yang penting istirahat!

3. Buat Goals

Yuk, mulai bikin goals yang realistis dan kompatibel buat diri kalian sendiri. Inget, goalsnya harus se-fleksibel mungkin, ya!

Punya keinginan buat bisa berkembang ke arah yang lebih baik dengan cara produktif itu hal yang baik. Tapi, harus tetap ingat dengan batasannya. Semua itu udah ada porsinya masing-masing, ya! jangan sampai apa yang seharusnya berdampak positif pada kita malah jadi sebaliknya.

Aisyah Rachmadini
Aisyah Rachmadini
Mahasiswi Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.