Selasa, Mei 7, 2024

Hari al-Quds Internasional, Sebuah Paradigma Kaum Tercerahkan

Syech Bakar
Syech Bakar
Syech Bakar, alumni pesantren YAPI-Bangil

Pada setiap hari jumat terakhir di bulan Ramadhan para pejuang kemanusiaan di seluruh dunia memperingati hari al-Quds. Sebuah hari dimana teriakan keadilan didengungkan sebagai solidaritas masyarakat muslim dunia untuk membebaskan bangsa Palestina dari penindasan dan penjajahan zionis Israel. Para pejuang keadilan biasanya melalukan demonstrasi menyuarakan keadilan di depan kedutaan Amerika Serikat ataupun tempat-tempat penting lainnya.

Hari al-Quds merupakan gagasan dari mendiang pemimpin Iran, Ayatollah Khomeini. Beliau mendeklarasikan hari al Quds pada 1979, beberapa bulan pasca kemenagan revolusi Islam di Iran. Tidak cukup hanya sekedar deklarasi, Iran secara terang-terangan mememberikan dukungan terhadap pejuang kemerdekaan Palestina sperti Hamas.

Yang menjadi pertanyaan ialah, mengapa Iran sedemikan peduli terhadap rakyat Palestina? Jika dilihat dari sudut pandang politik, ia merupakan sebuah wilayah kecil, dan memiliki lokasi yang cukup jauh serta tidak ada kaitan dengan ekonomi Iran. Apa kepentingan Iran untuk bangsa Palestina?

Disini Ayatollah Khomeini melihat apa yang terjadi pada rakyat Iran  yang hidup dalam penderitaan kemiskinan dan ketidakadilan selama pemerintahan Shah Pahlevi, dimana eksploitasi kekayaan Iran oleh negara-negara Imprealis; terutama Inggris dan Amerika Serikat, serta kemakmuran yang hanya dinikmati oleh lingkup kerajaan.

Khomeini melihat bahwa kemerdekaan rakyat Iran untuk mendapatkan kemakmuran bersama harus dilakukan secara massive oleh seluruh elemen masyarakat dan ini tidak akan terjadi tanpa adanya kesadaran dan kepedulian yang tinggi. Menutup mata terhadap ketidakadilan hanya akan memperparah dan memperpanjang penderitaan. Semangat kepedulian ini yang hendak beliau tularkan kepada umat Islam di dunia untuk pembebasan rakyat Palestina dan kepada semua masyarakat terdindas di seluruh dunia.

Disisi lain kekuatan imprealis selalu berusaha untuk mempertahankan pengaruhnya dalam menguasai lahan yang telah mereka caplok. Dalam hal ini paparan dari Dr. Ali Syariati dalam buku “Membangun Masa Depan Islam” terbitan mizan 1989. Beliau menuturkan tentang watak imprealis yang tidak menghendaki sebuah negara untuk bangkit, dan akan terus menggerus kekayaan ekonomi dengan menciptakan status quo terhadap negara-negara tersebut.

Dan hanya orang-orang yang tercerahkan yang mampu menyadari dan melihat slogan-slogan palsu yang didengungkan para imprealis dalam menciptakan status quo sebuah negara. Dalam hal ini Ali Syariati dan Khomeini melihat bahwa Islam bukan hanya sekedar agama ritual, namun sebagai sebuah ideologi yang mampu membawa kesejahteraan sosial.

Kesadaran keislaman saat dihadapkan pada pemandangan ketidakadilan, akan menimbulkan sebuah perlawanan; tidak puas hanya dengan sekedar memberi nasihat kesabaran dalam menerima nasib, namun membakar semangat untuk mengambil hak yang telah tercerabut. Kesadaran ini yang akan mengubah carapandang pragmatis menjadi maslahat, realita menjadi idealita, kehidupan materi duniawi menjadi metafisik akhirat.

Kesadaran inilah yang mendorong dukungan terhadap kemerdekaan bangsa Palestina dan semua bangsa-bangsa tertindas diseluruh dunia.

Pada akhirnya, deklarasi hari al-Quds tidak hanya diperingati oleh kaum muslim saja, banyak elemen masyarakan juga ikut bergabung beberapa kelompok aktivis perdamaian dan hak asasi manusia bahkan kelompok Yahudi Naturei Karta yang anti-zionis juga menyuarakan keadilan untuk bangsa Palestina.

Syech Bakar
Syech Bakar
Syech Bakar, alumni pesantren YAPI-Bangil
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.