Sabtu, April 27, 2024

Solidaritas Menghadapi Wabah Virus Corona

Endang Tirtana
Endang Tirtana
Peneliti Senior MAARIF Institute dan Komisaris Independen PT. Kereta Api Indonesia

Di tengah mendunianya virus corona, pemerintah akhirnya mengumumkan 2 orang positif di Tanah Air. Sebelumnya sejumlah warga negara Indonesia yang berada di luar negeri telah dinyatakan positif corona. Hal tersebut menggugurkan klaim sejumlah pihak bahwa orang Indonesia dan iklim tropis tidak memungkinkan virus corona masuk dan berkembang.

Dunia internasional juga sempat menyoroti mengapa kasus corona tidak kunjung muncul di Indonesia. Pemerintah dituding tidak serius atau bahkan tidak mempunyai kapasitas untuk mendeteksi keberadaan virus. Penelitian Harvard berbasis pada data kunjungan wisatawan dari Wuhan menunjukkan peluang kasus corona sudah masuk tanpa terdeteksi.

Sejak awal merebaknya kasus corona di Wuhan China, pemerintah sudah bertindak cepat dengan mengawasi lalu-lintas di berbagai pintu masuk internasional. Kebijakan standar pemeriksaan suhu badan dengan menggunakan thermal scanner sudah diterapkan. Dari awal penerbangan dari dan menuju ke Wuhan serta China telah dihentikan atau dikurangi.

Terkait tenaga kerja asing (TKA) asal China di berbagai proyek dalam negeri juga dilakukan pemeriksaan dan karantina. Dengan menyebarnya pusat-pusat baru wabah, pemerintah juga telah membatasi kunjungan dari negara-negara Korea Selatan, Italia, dan Iran. Kritik memang sempat muncul bahwa pemeriksaan yang dilakukan tidak seketat seperti dilakukan di negara-negara lain.

Indikasi lolosnya pemeriksaan ditunjukkan dari pemberitaan media-media internasional, bahwa warga dari sejumlah negara seperti Jepang dan China yang terinfeksi corona memiliki riwayat perjalanan ke Indonesia. Pemerintah juga dituding tidak memiliki alat pendeteksi corona, yang segera dibantah bahwa reagent dan test kit standar WHO sudah dimiliki Indonesia.

Menyusul evakuasi yang dilakukan oleh berbagai negara terhadap warganya yang terjebak di Wuhan, pemerintah Indonesia juga mengambil langkah serupa. Keputusan cepat untuk memulangkan para mahasiswa dari Wuhan sempat menimbulkan gesekan koordinasi dengan pemerintah daerah dan masyarakat di Natuna sebagai wilayah yang diputuskan untuk karantina.

Demikian pula dengan WNI yang menjadi anak buah kapal (ABK) kapal pesiar Diamond Princess di Jepang. Pemerintah memutuskan menjemput seluruh WNI yang dinyatakan oleh otoritas Jepang tidak terinfeksi virus. Saat ini mahasiswa dari Wuhan sudah selesai menjalankan observasi, sedangkan WNI dari Diamond Princess dan kapal World Dream masih dikarantina di Pulau Sebaru.

Lebih jauh lagi, pemerintah tengah mempertimbangkan dibangunnya rumah sakit khusus di Pulau Galang untuk menangani berbagai jenis penyakit menular khusus, termasuk COVID-19 (penyakit yang disebabkan oleh virus corona baru). RS akan dibangun dengan cepat, meniru kebijakan darurat pemerintah China membangun sejumlah fasilitas kesehatan baru di Wuhan dan provinsi Hubei.

Apresiasi patut diberikan kepada pemerintah atas ketegasan sikap untuk melindungi warga negara dari ancaman virus corona, baik yang berada di luar negeri maupun di dalam negeri. Meskipun demikian, sejumlah langkah nampak belum cukup untuk antisipasi jangka panjang. Penyebaran virus diprediksi masih akan terus berlangsung sampai datang musim panas, bahkan mungkin lebih.

Berbagai negara telah membatalkan banyak event internasional terkait virus corona. Termasuk kebijakan pemerintah Arab Saudi untuk menutup sementara kedatangan jemaah umrah. Sektor pariwisata dan penerbangan mengalami pukulan paling telak. Pemerintah telah mengumumkan rencana stimulus ekonomi, yang kemudian menimbulkan pro dan kontra.

Tidak bisa dihindarkan bahwa perekonomian dunia akan sangat terdampak oleh kasus corona. Pertumbuhan ekonomi bisa dipastikan akan terkoreksi, tetapi recovery juga pasti akan terjadi. Pengalaman dari kasus SARS, MERS, dan flu burung menunjukkan kemampuan dunia untuk bangkit dari ancaman wabah berskala pandemi.

Terkoneksinya masyarat dunia dalam proses globalisasi makin mempercepat penyebaran penyakit. Yang tidak kalah penting untuk diwaspadai adalah merebaknya kabar-kabar hoaks dan informasi palsu seiring booming media sosial. Pidato PM Singapura bahwa kepanikan dan ketakutan jauh lebih berbahaya dari virus menyadarkan kita atas problem sosial yang tercipta dari ancaman wabah.

Presiden Jokowi juga mengungkapkan hal serupa, perlunya pemahaman atas fakta-fakta yang benar dan pentingnya membangun solidaritas dan gotong-royong. Di titik ini saluran komunikasi dan koordinasi menjadi hal sangat strategis untuk mencegah terjadinya panic buying hingga kelangkaan masker. Pemerintah pusat dan daerah harus bersinergi, tidak berlomba saling mendahului.

Mestinya ada narasi dan langkah yang sama dari pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota untuk memberikan informasi dan pengetahuan untuk mencegah agar tidak terjangkit corona. Seperti sosialisasi preventif untuk menjaga kebersihan, cuci tangan, pengunaan masker, sensitif terhadap orang sekitar, dan berobat ke fasilitas kesehatan terdekat.

Pemerintah tampak kurang baik dan mengalami kegagapan dalam menyikapi kepanikan masyarakat. Berbagai pihak mempertanyakan kesanggupan pemerintah menangani aksi borong bahan pangan. Padahal seharusnya pemerintah bisa menggunakan media atau bekerja sama dengan televisi dan perangkat pemerintah lain untuk melakukan sosialisasi.

Belakangan pemerintah menunjuk juru bicara khusus dari direktorat Kementerian Kesehatan dan menyusun protocol komunikasi. Pemerintah menolak usulan membentuk struktur baru meniru Center of Disease dan Control (CDC) di Amerika dan negara lain. Meskipun demikian, perlu kiranya para pemangku kepentingan untuk mengevaluasi regulasi dan kelembagaan ke depan terkait wabah.

Dari sisi teknis, keputusan pemerintah untuk meningkatkan pengujian sampel dengan menunjuk lebih banyak laboratorium di daerah selain Balitbangkes menjadi indikasi keseriusan mengatasi masalah corona. Begitu pula dengan kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan dan kesehatan perlu didorong oleh pemerintah dan berbagai kalangan lainnya.

Dalam beberapa waktu ke depan, tampaknya kita harus bersiap-siap menghadapi “situasi normal” baru, yaitu hidup bersama virus corona. Sejauh ini pemerintah belum memutuskan kemungkinan untuk melakukan karantina wilayah seperti dilakukan negara-negara yang menderita parah. Tetapi UU membolehkan pemerintah mengambil langkah drastis itu jika wabah makin tidak terkendali.

Solidaritas dan gotong-royong menjadi kata kunci untuk menguji sejauh mana sebuah masyarakat tanggap menghadapi bencana dan wabah. Indonesia patut banyak belajar, baik dari pengalaman negara-negara lain maupun dari negeri sendiri. Juga dari sejarah, betapa bencana dan wabah adalah kenyataan yang mengiringi perjalanan umat manusia di muka bumi.

Endang Tirtana
Endang Tirtana
Peneliti Senior MAARIF Institute dan Komisaris Independen PT. Kereta Api Indonesia
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.