Senin, Mei 6, 2024

Sastra Anak untuk Merayakan Idulfitri

Donny Syofyan
Donny Syofyan
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas

Perayaan Idulfitri, tahun ini pada 1 Syawal 1444 H, adalah perayaan kemenangan dan kehangatan. Di samping kebeningan hati para manusia yang bertakwa sebagai konsekuensi dari ibadah Ramadhan, lebaran ini dipertajam lewat tradisi membaca yang serius dan berkelanjutan.

Dalam konteks Idulfitri, sastra bisa memberikan kejenuhan debat intelektual yang terkadang ruwet dan melelahkan. Dalam tulisan ini, saya mencoba menyuguhkan beberapa naskah kesusastraan—novel dan cerpen—yang berhubungan dengan momen dan pesan-pesan utama yang bisa diperoleh lewat Idul Fitri ini.

Berikut adalah sejumlah karya sastra terkait dengan Idulfitri yang sempat saya baca secara cepat. Buku-buku berikut masuk kategori sastra anak mengingat kebutuhan saya untuk dibacakan atau diceritakan kepada anak-anak saya sendiri.

Pertama, Ramadhan Moon oleh Na’ima B. Robert. Karya sastra anak ini ditulis pada 2015. Bagi saya buku cerita anak ini menarik bukan saja karena gambar-gambarnya yang menginspirasi tapi juga kata dan kalimatnya yang penuh lirik. Buku ini pada dasarnya berbicara tentang kegembiraan yang datang dengan Ramadhan, sebuah topik yang saya sukai. Alih-alih sekadar menjelaskan aktivitas yang terjadi selama bulan penuh berkah –makan suhur, buka puasa bersama, pergi untuk tarawih ke masjid, merayakan Idulfitri, dll) — penulis secara apik mengetengahkan hal-hal yang perlu diantisipasi oleh umat Islam ketika Ramadhan datang.

Ramadhan, bulan puasa, tidak dimulai sekaligus. Ia dimulai dengan bisikan, doa dan harapan. Kaum Muslimin di seluruh dunia merayakan Ramadhan dan hari-hari gembira Idulfitri pada akhir bulan puasa sebagai waktu yang paling istimewa sepanjang tahun. Buku bergambar liris dan inspiratif ini menangkap keajaiban dan kegembiraan acara tahunan ini dari perspektif seorang anak.

Lewat ilustrasi sarat ilham, Ramadhan Moon mengikuti perjalanan bulan dari bulan sabit, bulan purnama dan makin mengecil seiring dengan bulan baru menyongsong Idulfitri. Ditulis dan diilustrasikan oleh seorang Muslim, buku cerita ini cocok untuk semua anak yang merayakan Ramadhan dan bagi siapa pun mereka yang berada di lingkungan masyarakat lebih luas yang hendak memahami hakikat Ramadhan dengan pengalaman khusus dan berharga bagi umat Islam.

Kedua, Nabeel’s New Pants: An Eid Tale (2009), diceritakan kembali oleh Fawzia Gilani-Williams dan diilustrasikan oleh Proiti Roy. Buku ini merupakan kisah konyol tentang pembuat sepatu yang bersiap-siap untuk menghadapi Idulfitri. Ia pergi membeli hadiah untuk istri, ibu dan putrinya dan mendapatkan sepasang celana baru untuk dirinya sendiri. Sayangnya, celananya ini kepanjangan empat jari. Ia tidak punya waktu mencari toko untuk memotong celana tersebut. Tidak juga istrinya, ibunya, ataupun putrinya. Mau tidak mau, ia melakukannya sendiri.

Nabeel lalu pergi mengunjungi orang-orang miskin dan membagikan semua donasinya. Mengetahui tindakannya ini, semua wanita dalam hidupnya — istri, ibu, ataupun putrinya — merasa bersalah. Akhirnya mereka bersusah payah mengulur celana itu untuknya. Untungnya Nabeel memiliki selera humor yang bagus. Ia teryanta punya cukup waktu untuk memperbaiki celana panjang yang agak kepanjangan ini.

Buku ini terdiri dari 32 halaman. Bila dibaca dengan suara lantang, lengkap dengan gambar-gambar sederhana namun penuh warna, buku ini bisa dilihat dan dinikmati oleh anak paling kecil sekalipun. Ceritanya sederhana, dan mungkin memiliki lebih banyak relevansi dengan masyarakat pembaca Muslim daripada yang non-Muslim.

Idulfitri tidak dijelaskan secara mendetail, selain pemberian hadiah, pembagian acara amal, pakaian baru dan pelbagai makanan. Kata-kata Islam memang tidak disebut tapi etosnya dihadirkan. Secara budaya, tokoh yang muncul berasal dari anak benua India dilihat dari ragam makanan yang disajilkan. Beberapa wanita menutupi aurat secara utuh, sebagian menutup separo dan ada yang sama sekali tidak berhijab. Hal yang menarik, Nabeel bisa menjahit celananya sendiri.

Ketiga, The Best Eid Ever! (2007). Sang penulis, Asma Mobin Uddin, adalah seorang dokter, seorang ibu, dan seorang penulis yang luar biasa! Ia juga telah menulis My Name is Bilal dan Party in Ramada. Secara ringkas, buku ini berkisah seorang anak bernama Aneesa, yang seharusnya bahagia di hari raya Idulfitri. Tetapi orang tuanya berada ribuan mil jauhnya untuk menunaikan naik haji. Untuk menghiburnya, neneknya memberinya hadiah pakaian yang indah, satu pakaian untuk masing-masing hari dari tiga hari lebaran.

Di sebuah rungan shalat, Aneesa bertemu dua anak perempuan yang mengenakan pakaian yang tidak pas untuk Ied. Aneesa mendapati bahwa gadis-gadis itu adalah pengungsi. Aneesa tidak bisa berhenti memikirkan seperti apa dan bagaimana Idulfitri buat mereka. Lalu ia membuat rencana untuk membantu mereka menikmati Idulfitri terbaik yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya.

Berikut salah satu kutipan yang sangat menyentuh:

Through the leaves, Aneesa could see the man’s stern features and firmly set chin coming toward them. Hidden behind thick eyebrows were soft, gentle eyes. In these eyes, Aneesa recognized the same look of tenderness she often saw in her own father’s face. Aneesa and the man looked at each other for a long moment. Then abruptly, he turned around and walked back to his daughters.

(Melalui dedaunan, Aneesa bisa melihat rupa tegas pria itu, dan dengan tegas mengarahkan dagu ke arah mereka. Tersembunyi di balik alis tebal adalah mata yang lembut. Di mata ini, Aneesa mengenali ekspresi kelembutan yang sama dengan yang sering dilihatnya di wajah ayahnya sendiri. Aneesa dan lelaki itu saling memandang untuk waktu yang lama. Lalu tiba-tiba, ia berbalik dan berjalan kembali ke putrinya).

Saya juga menemukan ungkapan dahsyat, menyentuh hati lainnta dalam buku cerita ini.

“Papa, there’s more food than we need here,” she said, small fingers gently touching his cheek. “Why don’t we share it with the neighbors?” (“Papa, di sini banyak makanan melebihi apa yang kita butuhkan,” katanya, jari-jari kecil menyentuh pipinya dengan lembut. “Kenapa kita tidak membaginya dengan tetangga?”)

Keempat, My Eid Mubarak Story Book (2017) oleh Omer Naqi. Buku cerita ini menekankan kebersamaan dan bagaimana menikmati serta merayakan festival bersama sebagai sebuah keluarga. Penulis ingin menjangkau orang tua di seluruh dunia untuk terhubung dengan anak-anak mereka sambil menikmati cerita pengantar tidur yang baik.

Untuk orang yang merayakan Idulfitri dan untuk mereka yang tidak tahu apa-apa tentang hal itu. Buku ini berfokus pada apa yang menyatukan kita, bukan apa yang memisahkan kita. Ia bercerita tentang Idulfitri, liburan yang menggembirakan, berkumpulnya orang-orang untuk merayakan kehidupan. Belajar tentang budaya yang berbeda dan mengajar anak-anak untuk berpikiran terbuka terhadap pengalaman yang beragam adalah apa yang dibutuhkan dalam masyarakat saat ini.

Putri-putrinya—Emaan (7) dan Inaaya (3)—menganggap buku itu benar-benar “keren” karena mereka hadir dalam cerita  Mereka berpikir sebagai selebritas! Sebagai catatan serius, penulis merasa puas mengetahui bahwa anak-anaknya menikmati buku itu.

Mengamati keadaan putri-putrinya, penulis memahami bagaimana anak-anak belajar dengan cara yang berbeda-beda. Emaan, putri tertuanya, lebih suka memegang buku yang sebenarnya. Ia suka bau buku. Adiknya Inaaya lebih menyukai versi digital. Ia suka menggunakan perangkat pintar dengan menggesek halaman gawai. Itulah sebabnya mengapa buku ini tersedia sebagai hardcover, paperback, eBook dan sekarang juga tersedia dalam bentuk audiobook.

Omer percaya bahwa menjadi penulis sarat tantangan. Ia melakoni banyak peran—seorang ayah yang bangga akan tiga putri cantik, seorang bankir di siang hari, dan penggemar kebugaran di akhir pekan. Ia juga suka menghabiskan waktu dengan banyak orang— keluarga, teman, kolega, bahkan rekan sesamanya berolahraga.

Baginya, hidup adalah disiplin dan menindaklanjuti komitmen. Jadi, begitu berkomitmen pada diri sendiri bahwa ia ingin menulis buku ini, ia tidak berhenti begitu saja. Keadaan menjadi sangat sibuk dan penuh tekanan, tetapi semuanya datang bersama di akhir aktivitas menulis.

Omer bersama istrinya, Naima, membesarkan semua anak mereka di Kanada. Ia menganggap penting untuk membangun hubungan baik dengan asal usul dan identitas mereka seraya pada saat yang sama berkontribusi dan menjadi bagian dari masyarakat Kanada yang beragam.

Omer yakin bahwa anak-anak perempuannya tumbuh dengan menciptakan kenangan Idulfitri yang sama seperti yang ia lakukan. Itulah mengapa bagi semua putrinya, perayaan Idulfitri sama istimewanya jika mereka tumbuh di tempat lain di dunia. Idulfitri adalah masalah besar dalam rumah tangga. Ada makanan, pakaian, gelang, teman yang berkunjung. Mereka semua sama-sama senang menghabiskan Idulfitri.

Bagi saya hal menarik dari buku ini bahwa ia tidak sekadar menceritakan sesuatu tetapi juga melibatkan pembaca. Ketika saya memberikan buku ini kepada putri saya, ia membaca buku ini dengan antusias. Saya dapat melihat bagaimana ia menikmati bagian-bagian interaktif. Putri saya menghitung dan menjawab pertanyaan tentang pakaian favoritnya, cemilan, dan lain-lain. Bahkan putri saya tidak hanya senang membaca buku untuk adiknya tetapi juga belajar tentang tradisi.

Cerita-cerita dalam buku ini tidak sekadar mengajarkan anak-anak tentang tradisi Idulfitri di manca negara, tetapi juga mengajarkan mereka untuk bertanggung jawab dengan uang dan melakukan amal. Sebagai misal, tokoh Emaan dan Inaaya sangat tertarik dengan pakaian baru dan melalui ilustrasi kita dapat membantu mereka memilih pakaian berdasarkan warna favorit mereka. Ibrahim menerima uang pada Idulfitri. Kita belajar bagaimana ia membagi uangnya menjadi tiga bagian; sebagian dibelanjakan dan sebagian lainnya untuk amal dan sedikit ditabung.

Untuk para pembaca non-Muslim, buku ini adalah alat yang sempurna untuk belajar tentang budaya yang berbeda dan mengajarkan anak-anak untuk berpikiran terbuka ke beragam pengalaman di dunia modern saat ini.

Donny Syofyan
Donny Syofyan
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.