Minggu, November 10, 2024

Saatnya Dialog, Hamas Tak Bisa Dikalahkan

Donny Syofyan
Donny Syofyan
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
- Advertisement -

Israel tidak akan memenangkan perang kali ini. Di tiga keadaan penting dan kritis Hamas, diikuti oleh Hizbullah, berhasil menetapkan aturan permainan, dan semakin lama perang mendatangkan implikasi yang semakin buruk bagi Israel.

Yang pertama adalah preseden yang diciptakan Hamas dan Hizbullah di sepanjang perbatasan dengan Jalur Gaza dan di utara. Setelah pembantaian peristiwa 7 Oktober, sekitar 120.000 orang Israel meninggalkan rumah mereka di Negev barat dan utara. Mereka merasa menjadi orang yang dipaksa pindah di negara sendiri.

Sementara itu, banyak yang meragukan apakah tujuan menghancurkan Hamas dapat dicapai. Pada saat yang sama, Hizbullah terus dan punya kemampuan membalas tembakan dan mencoba menyusup ke perbatasan. Selama pertempuran berlanjut, banyak orang Israel tidak akan dapat kembali ke rumah mereka.

Yang kedua adalah pukulan terhadap upaya Israel untuk melakukan normalisasi dengan negara-negara Arab, terutama dan terpenting dengan Arab Saudi. Di ambang penandatanganan perjanjian bersejarah di antara Amerika Serikat, Arab Saudi dan Israel, Hamas mengembalikan masalah Palestina ke pusat agenda regional dan internasional.

Semakin Israel melanjutkan perang brutalnya di Jalur Gaza, semakin banyak tekanan akan diberikan pada negara-negara Arab untuk mengambil sikap tegas terhadap Israel. Ini tentu akan memiliki konsekuensi yang berjangka lama. Ini bakal merusak harapan Israel untuk pengembangan hubungan perdagangan dan bisnis serta aspirasinya terhadap legitimasi vis-a-vis Arab Saudi dan sekutunya.

Yang ketiga adalah sandera. Pertukaran yang telah dibuat sejauh ini telah memaksa Israel untuk berkompromi dengan Hamas dan untuk menyetujui banyak kepentingan Hamas. Adalah masuk akal untuk berasumsi bahwa setelah selesainya kesepakatan saat ini, tekanan domestik akan tumbuh untuk menegosiasikan lebih lanjut dengan imbalan adanya gencatan senjata yang lebih lama dan untuk pelepasan tahanan Palestina yang “bernilai tinggi”.

Jika Israel menolak, sama saja Israel mengorbankan tentara dalam perang yang tidak mungkin  menang. Ini akan menyebabkan lebih sedikitnya sandera dilepaskan hidup-hidup. Bila ini terjadi, ketegangan dalam masyarakat Israel akan meningkat.

Tetapi Netanyahu masih memegang skenario optimis bahwa Israel akan mampu mengalahkan Hamas. Dia percaya dalam beberapa bulan ini akan menyebabkan pemerintahan Hamas di Gaza jatuh. Namun, dalam realitas baru, tanggung jawab untuk memerintah kantong dan rakyatnya akan jatuh pada Israel. Mustahil pergolakan kekerasan ini akan membawa keamanan. Sebaliknya ini dapat melanggengkan keadaan perang kronis dan kerugian melebihi suasana Jalur Gaza sebelum 2005 dan dari Lebanon selatan sebelum 2000.

Oleh karena itu, saatnya Bibi menyadari bahwa kemenangan tidak akan tercapai terlepas berapa banyak serangan kejam yang Israel lakukan terhadap Gaza dan waragnya yang sudah menderita. Kebenaran yang pahit adalah bahwa Hamas dan Hizbullah telah menyeret Israel ke dalam perang yang mereka mulai dan Isarel gagal untuk mencegah. Namun demikian, operasi militer tidak akan berhasil dalam mengubah realitas politik yang telah diciptakan.

Apa yang bisa dilakukan? Pertama, berusaha untuk melanjutkan gencatan senjata, untuk mendapatkan perjanjian komprehensif untuk pelepasan semua sandera dan untuk menyelesaikan perkara dengan semua orang yang memikul tanggung jawab atas bencana tersebut. Setelah itu, Israel harus berkomitmen pada pembentukan negara Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza dengan imbalan gencatan senjata jangka permanen.

- Advertisement -

Proposal semacam itu akan memenangkan dukungan dari Barat, Dunia Arab dan Otoritas Palestina. Hamas tidak akan keberatan bergabung dengan inisiatif ini. Ini mirip dengan yang diusulkan oleh pemimpin Hamas sendiri di masa lalu. Bangsa Palestina tidak ke mana-mana, dan satu-satunya cara untuk tinggal di sini adalah dengan menciptakan keamanan dan mengakui hak-hak dan tuntutannya yang sah untuk kemerdekaan.

Donny Syofyan
Donny Syofyan
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.