Jumat, Mei 3, 2024

Roxana: Senja Kala Kekayaan

Donny Syofyan
Donny Syofyan
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas

Jika penulisan novel dan penulisan romansa di Prancis berasal dari atau kerja-kerja kaum aristokrat, Daniel Defoe menjadikan penulisan novel dalam sastra Inggris sebagai aktivitas kelas menengah para wiraswasta, yang sebagian besar terdiri dari kaum nonkonformis. Keyakinan agama yang mereka anut mendorong terjadinya upaya penyelidikan dan penelitian yang tak bisa dilepaskan dari dorongan hati nurani. Ini adalah sesuatu yang baik bahkan diperlukan.

Kaum nonkonformis adalah pekerja keras, hidup sederhana, dan boleh menjadi kaya sepanjang sesuai dengan hati nurani. Semua novel utama Defoe menunjukkan hubungan yang kompleks antara melakukan dengan baik (doing well) dan berbuat baik (doing good). Tentu saja ini bukan kebetulan mengingat keasyikan para novelis Eropa dengan persoalan kehidupan perempuan. Lewat Roxana (1724), Defoe menganalisis hubungan kewanitaan dengan uang dan seks.

Roxana, sang protagonis, melakukan hubungan terlarang pertama kali dengan dalih suaminya telah meninggalkannya dan kelima anaknya yang kelaparan. Dalam keputusasaan, dia menyodorkan anak-anaknya ke kerabat suaminya yang lebih kaya. Tapi mereka—saudara perempuan suaminya—lebih suka pihak paroki yang merawat anak-anak Roxana. Di sini, Defoe secara terang menceritakan tentang kesulitan yang dihadapi negara kesejahteraan pada abad ke-18. Segera setelah itu, majikan Roxana, seorang tuan tanah yang kaya mulai merayunya. Dia berhasil menggoda Roxana melalui kebijaksanaan, kebaikan, dan, tentu saja dengan memenuhi keinginan Roxana.

Waktu itu Roxana berusia pertengahan hingga akhir dua puluhan. Pada saat ini dia sangat cantik serta dambaam banyak pria. Kekasihnya, seorang pembuat perhiasan, membawanya ke Perancis. Di sana mereka hidup bermewah-mewah hingga kekasihnya ini dibunuh oleh perampok saat mengantarkan beberapa perhiasan ke kliennya, seorang pangeran Jerman. Si pangeran ini mengunjungi Roxana sebagai ekspresi belasungkawa dan jatuh cinta padanya. Roxana tertarik dengan kebaikan, kemurahan hati, dan pangkat pangeran. Roxana menjadi kekasihnya selama beberapa tahun. Si pangeran ini sebetulnya memiliki wanita simpanan lain, tetapi dia mulai percaya bahwa Roxana menjadi favoritnya. Selama ini, dia memiliki bayi dan berubah pikiran, tetapi dia juga mengumpulkan uang dan hidup hemat.

Kurangnya sentimentalitas dan titik fokus pada kemakmuran memberikan pesona utama dan orisinalitas novel ini. Jika setiap novel adalah tentang bagaimana para karakter hidup dan bertindak—bahwa apa yang mereka lakukan mengungkapkan siapa mereka—maka Roxana adalah tentang bagaimana seorang wanita cantik melakukan apa yang sebagian besar dilakukan banyak orang dalam kehidupan mereka—mencari nafkah, memanfaatkan peluang dan peristiwa dalam kehidupan dan sistem sosial yang ditemui, menggunakan kecerdasan, tipu musihat, dan cara-cara lainnya. Ini mengantarkannya melakoni hidup sebagai pelacur. Pembaca juga bisa merasakan bagaimana rasanya menjadi wanita dalam keadaan seperti itu.

Dalam hal ini Roxana berbeda dari hampir banyak protagonis wanita sebelumnya karena kelangsungan hidupnya diciptakannya sendiri dari hal-hal duniawi, seperti tagihan, catatan tentang bunga bank, hadiah-hadiah, perabot rumah tangga, dan barang-barang lainnya yang baru dibeli dan dijual dengan harga lebih tinggi untuk meraup untung. Sepanjang novel, Roxana menyeimbangkan kebebasan dan perasaan—setelah merasakan dampak dari hukum hak milik dan perkawinan dalam pernikahan pertamanya yang membawa malapetaka. Dia menolak pernikahan untuk waktu yang lama terlepas dari kesadarannya akan dosa.

Akhirnya, ia menangkap seruan hati nuraninya. Kembali ke London, dia melanjutkan kesuksesannya. Tetapi seiring bertambahnya usia, meski sekarang dikelilingi banyak sarana dan fasilitas, dia memutuskan untuk menyepi, berbeda dengan gaya hidupnya sebelumnya dengan bantuan seorang pelayan dan orang kepercayaan lamanya, Amy. Dia pindah ke pinggir kota, menempati rumah seorang wanita Quaker.

Setelah bertahun-tahun berlalu sejak Roxana menyerahkan anak-anaknya, tiba-tiba putri sulungnya muncul. Dia mengancam bukan saja akan mengekspos Roxana tetapi juga siapa saja yang mendekatinya selama ini. Putrinya itu dihabisi oleh si pelayan (ada beberapa ambiguitas di sini tentang peran Roxana dalam pembunuhan itu). Lalu Roxana dan pelayannya kehilangan segalanya, meskipun bagian cerita ini tidak dirinci. Novel itu ternyata adalah pengakuan Roxana bahwa harta yang selama ini diimpikan pada akhirnya tidak bisa mengembalikan kesatuan jiwanya yang rapuh dan terpisahnya Roxana dengan anak-anaknya. Inilah senja kala kekayaan.

Pembaca modern mengagumi kegelapan Roxana dan kecerdasan psikologis, sosiologis, dan ekonomi yang ada padanya. Tetapi memang tidak mudah untuk memahami dengan tepat apa maksud Defoe. Di satu sisi, Roxana melakukan dosa yang dia sesali, tetapi kejatuhannya tidak digambarkan secara mendetail, dan kesenangannya dalam mengembangkan pengetahuannya tentang dunia digambarkan dengan kepuasan yang substansial.

Sampai kedatangan putrinya yang sudah dewasa di tempat kejadian, tampak dia tidak menderita—dia amat berhati-hati dalam pilihan pribadinya seperti dalam investasinya. Putrinya mendatangkan dilema yang akhirnya berhasil dipecahkan oleh pelayan yang kejam. Roxana tampak lebih pasif alih-alih bersikap aktif dalam pembunuhan itu.

Unsur-unsur psikologis dan fantasi yang mengerikan dari upaya pengejaran sang putri terhadap ibunya dan rasa bersalah Roxana sebagai seorang ibu bukanlah yang menarik bagi Defoe yang juga mengarang Robinson Crusoe (1719), Moll Flanders (1722), dan The Complete English Tradesman (1726).

Meskipun Defoe sadar novel ini memuat ide menarik, nyatanya Roxana sendiri belum cukup berkembang atau banyak dibaca lebih jauh. Novel ini memperlihatkan bahwa, baik secara teoritis maupun praktik, perempuan nyatanya tidak memiliki kehidupan yang mandiri dan memiliki pemikiran yang bebas. Dalam beberapa hal, Roxana dan Amy adalah contoh bagus dari karakter-karakter yang keluar dari kendali pengarang. Defoe pernah dipermalukan karena tulisan-tulisan politiknya. Lewat Roxana dia masih berani mengambil risiko.

Donny Syofyan
Donny Syofyan
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.