Yunani mengambil jalan demokrasi untuk menentukan nasib rakyatnya. Pada siaran langsung pidato setelah pengumuman hasil referendum, Perdana Menteri Yunani, Alexis Tsipras ,(6/7), memuji hasil referendum sebagai “kemenangan demokrasi”.
Tercatat 60,1% penduduk Yunani memilih tidak tunduk pada tawaran kreditor. Hal ini menunjukkan perbedaan sikap antara pemerintahan Syriza dengan rezim sebelumnya, yang memilih tunduk kepada kreditor.
Sebelum dikuasai partai kiri, Syriza, Yunani berada di bawah bayang Perdana Menteri Antonis Samaras yang berasal dari Partai New Democracy. Selama pemerintahan Samaras, Yunani menerima kebijakan pinjaman uang dari kreditor, seperti International Monetary Fund (IMF). Yunani menerima pinjaman uang untuk menjalankan roda ekonomi yang terimbas krisis Eropa pada tahun 2008.
Keadaan ekonomi Yunani semakin parah karena secara terus menerus menjalankan negara mengandalkan suntikan dana pinjaman, yang berarti hutang semakin menumpuk. Pada tahun 2015, IMF menyatakan Yunani butuh uang sebesar 50 miliar euro untuk menjalankan ekonomi nasionalnya selama tiga tahun ke depan.
Akan tetapi, pemilihan umum pada Januari 2015 memberikan arah baru bagi Yunani. Partai berhaluan kiri, Syriza, yang dipimpin Alexis Tsipras meraih kemenangan. Hasil pemilu tersebut menujukkan, Syriza memenangkan mayoritas kursi parlemen. Syriza yang mengedepankan program pro-rakyat, meraih 149 kursi, mengalahkan partai penguasa sebelumnya, yakni Partai Demokrasi Baru yang mendapatkan 76 kursi. Syriza berhasil meraih simpati rakyat Yunani, yang sedang dilema menghadapi prasyarat pinjaman para kreditor. Prasyarat para kreditor mengharuskan Yunani melakukan pengetatan anggaran, mulai dari sektor gaji karyawan, dana pensiun, dan sektor publik.
Kemenangan Syriza dan Tsipras menunjukkan contoh kepemimpinan baru Eropa. Tsipras dikenal pemberontak sejak masih di sekolah. Pada usia 17 tahun, ia bersama teman-temannya berjuang untuk dapat menentukan haknya sebagai murid untuk masuk kelas atau boleh membolos. Laki-laki yang lahir pada tahun 1974 ini mulai masuk arena politik pada awal 1990-an. Tsipras pun bergabung dengan Partai Pemuda Komunis.
Karier politik Tsipras mulai bersinar saat menjadi salah satu kandidat walikota Athena pada tahun 2006. Walaupun tidak terpilih menjadi walikota Athena, Tsipras yang saat itu menjabat ketua sayap pemuda partai diangkat menjadi pemimpin partai di tahun 2008. Tsipras sukses memimpin Syriza memenangkan pemilihan umum Yunani 2015 dan naik menjadi perdana menteri.
Selain Tsipras, sosok menonjol yang menjadi perhatian selama berjalannya perundingan antara Yunani dengan para kreditor adalah sang mantan menteri keuangan, Yanis Faroufakis. Varoufakis yang juga seorang dosen ekonomi di Universitas Texas ini, berhenti mengemban jabatannya sebagai menteri keungan Yunani sesaat setelah hasil referendum pinjaman dana talangan diumumkan.
Varoufakis merupakan pemikir ekonomi. Varoufakis mengkritik ekonomi global lewat buku-buku yang ditulisnya. Salah satu buku yang pernah ditulisnya, yakni The Global Minotaur, mengkritik program Global Plan rancangan Amerika Serikat semasa perang dunia kedua untuk membantu keuangan dunia.
Varoufakis menyimbolkan program bantuan Global Plan sebagai Minotaur , yakni mahkluk dalam mitologi Yunani yang digambarkan setengah manusia, setengah banteng yang memakan daging manusia. Di buku tersebut, Varoufakis mengkritik kegagalan Global Plan berbuntut pada krisis ekonomi 2008, yang mana saat itu Amerika Serikat tidak dapat mengontrol mata uang dolar Amerika Serikat yang beredar global.
Varoufakis menumpahkan alasannya pengunduran diri setelah referendum melalui blog pribadinya. Dalam sebuah tulisan di blognya yang berjudul “Minister No More!”, Varoufakis memilih mundur dari jabatannya dengan alasan tidak ingin menyusahkan Tsipras dengan keberadaannya pada perundingan-perundingan berikutnya. “Dan aku mengemban rasa benci para kreditor dengan bangga,” tulis Varoufakis di blog pribadinya.
Dua pemimpin Yunani, yakni Tsipras dan Varoufakis menjadi aktor penting di balik keputusan rakyat Yunani untuk memilih tidak pada pinjaman. Hal tersebut menjadi pembeda, setelah pada kepimpimpinan sebelumnya di bawah Samaras, krisis Yunani tidak kunjung usai karena terus menerima pinjaman.
Pada bulan Juni 2015, Tsipras mengajukan ide agar Yunani mengadakan referendum untuk menentukan masa depannya. Pada pidato yang disiarkan langsung, Tsipras menyatakan bahwa langkah pengetatan yang disyaratkan para kreditor merupakan hal memalukan. Pada pidato tersebut, Tsipras menghimbau rakyat Yunani untuk menentukan pilihan akan menerima pinjaman atau tidak.
“ Demokrasi butuh dorongan terkait isu Euro. Biarkan rakyat memilih”, kata Varoufakis lewat akun Twitternya, terkait keputusan pemerintah Yunani yang membiarkan rakyat menentukan masa depannya lewat referendum.