Kamis, Desember 5, 2024

Transformasi Politik Demokrasi Menuju Pemilu 2024

Arsi Kurniawan
Arsi Kurniawan
Minat isu Agraria, Pembangunan, Gerakan Masyarakat Sipil, dan Politik Lokal
- Advertisement -

Riuh-rendah gelanggang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 sudah sangat terasa. Meskipun boleh dibilang rentang waktu penyelenggaraan Pemilu masih lama, namun tensi politik di ruang publik mulai mengemuka. Hal ini ditandai dengan berbagai manuver politik partai yang setidaknya menggambarkan peta politik 2024 nanti.

Disamping itu, pengenalan figur dari masing-masing Partai Politik (Parpol) mulai mengudara di berbagai media sosial serta terpampang sangat jelas disepanjang bahu jalan. Ini menandakan bahwa, politik demokrasi di Indonesia menjelang Pemilu 2024 sangat berwarna dan menghadirkan berbagai ceruk politik yang berbeda-beda.

Bukan tidak mungkin ini juga mewakili karakter demokrasi, bahwa, dari masing-masing parpol harus berani menyuguhkan gagasan kritis-progresif melakukan perubahan dengan tetap berpegang teguh pada nilai-nilai Pancasila. Karena itu, menjadi penting bagi setiap Parpol untuk selalu melakukan transformasi politik demokrasi yang berpijak pada kepentingan masyarakat.

Disinilah letak masalahnya. Beberapa catatan menunjukan watak politik demokrasi Pemilu pasca reformasi tidak cukup signifikan bagi partai politik untuk melakukan transformasi politik demokrasi sesuai yang diharapkan. Malah jika kita baca dan kritisi beberapa pengalaman Pilpres dari 2004 sampai 2019, parpol kurang antusias memperdebatkan gagasan perbaikan tatanan politik demokrasi, ekonomi, pemberantasan korupsi, rule of law dan berbagai aspek-aspek lain yang lebih fundamental.

Sebaliknya yang terlihat justru sangat menjenuhkan, Parpol lebih berorientasi pada keuntungan elektoral dengan berbagai macam strategi politik. Hasilnya yang tampil ke publik ialah suatu citra Parpol yang dimaknai sebagai “kendaraan” dalam Pemilu. Ini sebetulnya sangat logis dari hasil konsekuensi dari buruknya mesin partai mendesain suatu ide bagi kepentingan rakyat, alih-alih tampak dengan watak pragmatis-oportunis.

Lebih parahnya lagi, parpol malah ikut terjebak dalam lingkaran politik identitas. Pemilu 2014 dan 2019 cukup menggambarkan kondisi riil bagaimana politik demokrasi Indonesia akhirnya ‘kolaps’ dihadapan politik identitas. Parpol sebagai pilar demokrasi tidak tampil sebagai corong yang menyatukan masyarakat yang terbelah akibat politik identitas. Yang tampak, jika kita baca, Parpol malah terjerat juga didalam isu-isu permainan identitas. Meskipun, bagi sebagian orang menganggap bahwa Parpol juga turut menggembosi politik demokrasi dengan terus memompa narasi identitas ke seluruh ruang-ruang publik.

Kita melihat sekaligus merasakannya ditengah lanskap politik demokrasi Indonesia yang kian membawa bangsa ini rapuh didalam merawat nilai-nilai perbedaan, sebab politik identitas telah merasuki seluruh segmen masyarakat kita saat ini. Hasilnya, setiap kali gelanggang Pilpres, narasi perpecahan sangat nampak dan membagi masyarakat kedalam kutub-kutub politik sesuai dengan identitas yang telah dinarasikan oleh beberapa politisi dan Parpol.

Pembenahan

Sudah saatnya Parpol harus berbenah diri. Evaluasi diri adalah pilihan yang paling bijak sekaligus cara terbaik merawat iklim politik demokrasi yang selama ini pengap dengan politik identitas. Pilihannnya Parpol harus berani mengambil jalan tengah, yakni berjalan didalam nilai-nilai Pancasila.

Pengalaman dan catatan buruk sepanjang diadakannya Pemilu di Indonesia harus menjadi bahan evaluasi diri demi penataan demokrasi. Tidak hanya itu, momentum Pilpres harus betul-betul diisi dengan berbagai pertarungan gagasan dan ide-ide perbaikan. Sebab, dari sinilah kualitas Parpol itu dinilai.

Pentingnya Transformasi 

Transformasi sangat penting, apalagi dalam suatu tatanan politik demokrasi yang seperti kehilangan arah. Karena itu, transformasi politik demokrasi harus menjadi perhatian parpol. Ini tugas Parpol dan harus menjadi kesadaran dalam memperjuangkannya.

- Advertisement -

Tanpa transformasi politik demokrasi, Pemilu hanyalah panggung yang diisi oleh berbagai pertarungan yang oportinis dan pragmatis belaka. Sebab, tidak punya akar yang kokoh untuk menancapkan diri, dan ketika angin datang dia akan mudah tumbang. Kita tidak ingin Pemilu menjadi seperti demikian.

Saya percaya, Parpol punya kesadaran soal ini. Membangun konsolidasi bersama berbagai elemen masyarakat merupakan pilihan yang tepat. Perbaikan politik demokrasi harus menjadi perhatian kita bersama.

Arsi Kurniawan
Arsi Kurniawan
Minat isu Agraria, Pembangunan, Gerakan Masyarakat Sipil, dan Politik Lokal
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.