Jumat, April 19, 2024

Soal Golputers, Biarkan Saja! [Colek MUI dan Romo Magnis]

Wawan Kuswandi
Wawan Kuswandi
Pemerhati Komunikasi Massa

Fatwa haram Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk golputers serta pernyataan Romo Franz Magnis Suseno yang menyebutkan bahwa golput melemahkan demokrasi (Tempo.id 30/3/2019), boleh-boleh saja disampaikan.

Tapi, itu bukan sebuah kewajiban bagi golputers untuk mengikuti kehendak MUI dan Romo Magnis. Bagi saya, fatwa MUI maupun pendapat Romo Magnis tak akan bisa mengubah sikap dan perilaku politik golputers secara signifikan. Mengapa ini bisa terjadi? Jawabannya sederhana saja karena golputers itu memiliki karakter obstinate audience (khalayak berkepala batu).

Jujur saja, tak ada yang istimewa dengan golputers. Kalau mereka ditarik-tarik terus untuk bersikap politik (ikut nyoblos), maka dapat dipastikan mereka akan ge-er banget.

Tak perlu ada kekhawatiran berlebihan soal golputers. Membicarakan golputers di ruang diskusi publik, media massa dan sosial media cuma buang-buang energi dan tidak ada manfaatnya setitikpun bagi masa depan negara.

Sosial media, media mainstream, tokoh politik dan lembaga sekelas MUI semestinya mengindari menjadi subjek ‘korban politik’ hanya karena terjebak oleh sikap golputers yang notabene sangat tidak penting bagi bangsa ini, baik untuk sekarang maupun untuk 100 tahun mendatang.

Miskin Integritas

Biarkan golputers hidup dengan dunianya yang terlihat ambisius, idealis dan abu-abu. Lepaskan golputers dalam ruang lingkup cara berpikir rasional. Bebaskan golputers dari kungkungan moralitas kolektif dalam sebuah bangsa yang beradab. Toh, negara ini bukan berdiri tegak oleh keberadaan golputers. Ada atau tidak ada golputers, bangsa ini tetap akan menapaki masa depan yang masih panjang di tengah-tengah membludaknya arus tantangan dan hambatan, baik dalam tataran lokal maupun global.

Mempolemikkan golputers dalam dialog ilmiah maupun obrolan santai warung kopi hanya akan membuat golputers merasa paling hebat, paling cerdas dan paling dibutuhkan. Mereka menjadi semakin populer. Padahal, bagi saya golputers tidak lebih dari sekedar simbol yang miskin moralitas, miskin intelektualitas, miskin integritas, miskin loyalitas dan miskin rasionalitas. Jadi, untuk apa lagi kita ngotot membujuk, merayu atau memaksa golputers untuk ikut nyoblos dalam pilpres dan pileg 2019, tak akan ada gunanya. Sekali lagi saya tegaskan golputers tidak akan membawa manfaat positif bagi negeri ini.

Toh, kalau pilpres dan pileg 2019 berlalu siapapun yang akan menjadi presiden, negara ini tetap berjalan sesuai irama zaman. Persoalan apakah sosok presiden terpilih itu bermoral bejad atau baik, itu semua akan tergerus oleh perjalanan waktu dan daya kritis publik. Di sini golputers tidak punya hak apalagi kewajiban untuk mengeritik, mengomentari, mengusulkan atau mengecam presiden terpilih karena mereka secara tegas telah mengambil sikap dan perilaku tidak memilih.

Latar Belakang Golput

Jadi, seandainya ada seseorang atau sekelompok golputers mengecam kebijakan ekonomi, politik, sosial, budaya dan iptek yang dikeluarkan oleh presiden terpilih, itu namanya golputers goblok dan tidak tahu diri plus tidak tahu malu.

Golputers telah mengambil sikap untuk hidup terasing dalam sebuah negara. Mereka tidak peduli lagi dengan dinamika kehidupan berbangsa, maka sangatlah wajar apabila negara beserta seluruh komponen bangsa ini tidak usah lagi peduli dengan nasib dan masa golputers. Biarkan mereka hidup dan mati sebagai golputers.

Menurut saya ada tiga sifat mendasar yang melatarbelakangi mengapa seseorang mengambil sikap dan perilaku golputers,

Pertama seseorang atau sekelompok golputers biasanya memiliki sifat mentalitas oportunistik yaitu sikap dan perilaku mereka akan dituntun oleh persoalan untung dan rugi, baik dalam sisi ekonomi maupun politik. Padahal, politik itu tidak melulu mementingkan untung dan rugi dalam tataran kehidupan berbangsa. Kalau seseorang berani berpartisipasi dalam politik, maka dia sudah harus siap dengan segala risikonya.

Kedua seseorang atau sekelompok golputers percaya total dengan kebenaran analisis egoistiknya terhadap situasi politik yang sedang berkembang. Mereka menolak menerima pendapat pihak lain yang bersifat kolektif sesuai dengan norma hukum atau norma politik yang berlaku di masyarakat. Mereka menganggap dirinyalah yang paling benar dan rasional bila menganalisis persoalan politik, baik secara praktis maupun teoritis.

Ketiga seseorang atau sekelompok golputers memegang teguh nilai-nilai politik yang bersifat subjektivitas eksklusif. Artinya, kepentingan politik mereka sangat eksklusif atau tidak boleh disentuh pihak lain. Dalam artian, mereka menolak ide, saran, imbauan dan harapan apapun dari pihak lain yang dinilainya bisa merusak nilai-nilai kebenaran politik eksklusifnya.

Nah, dari ketiga poin di atas, saya berharap siapapun tidak lagi ngebahas soal golputers. Lebih baik para kontestan pilpres maupun pileg fokus saja dengan menunjukkan sikap dan perilaku yang bermanfaat bagi rakyat. Itu saja titik. Salam seruput wedang jahenya bro…

Wawan Kuswandi
Wawan Kuswandi
Pemerhati Komunikasi Massa
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.