Senin, April 29, 2024

Sikap Apatis Pemicu Lunturnya Nasionalis

Agustinus Felix
Agustinus Felix
Keep Positive Mind

Dalam Nationality in History and Politics, Dr. Hertz menjelaskan 4 unsur Nasionalisme, yakni keinginan untuk meraih kehormatan bangsa, keinginan untuk bersatu, keinginan untuk membawa kultur asli, dan keinginan untuk merdeka.

Tujuh puluh tahun lalu ketika berperang melawan penjajah untuk mencapai keempat hasrat tersebut, para pahlawan menggunakan bambu runcing dan berani mati sebagai bentuk nasionalisme mereka. Namun setelah kemerdekaan hingga saat ini bagaimana kah kita berperang untuk mencapai keempat unsur nasionalisme tersebut?

Generasi muda tentunya realistis dalam memandang kepahlawanan. Tetapi dengan cara yang realistis juga generasi muda tidak boleh pasrah pada kondisi seperti apa adanya. Untuk menjadi nasionalis, kita bisa memulainya dari membuang sampah pada tempatnya, menggunakan produk dalam negeri, bahkan Nasionalis seorang ibu bisa juga terepresentasi dari merelakan anaknya menuntut pendidikan jauh untuk lembaga pendidikan yang berkualitas. Tentu kita tidak bisa menutup mata bahwasannya dihari-hari ini banyak orang-orang Indonesia cenderung apatis.

Pemicu Sikap Apatis

Sikap apatis dapat menjadi pemicu lunturnya nasionalisme. Hal ini terlihat dari beberapa faktor yang mempengaruhi, seperti perkembangan teknologi dan era digital, egoisme, dan apatisme. Fenomena lunturnya nasionalisme juga terlihat dari persoalan yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini.

Sikap apatis merujuk pada ketidakpedulian atau keengganan seseorang untuk terlibat dalam urusan politik atau masalah-masalah sosial yang memengaruhi negaranya. Hal ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti ketidakpercayaan terhadap pemerintah, kelelahan politik, kurangnya pemahaman tentang isu-isu politik, atau ketidakpedulian terhadap masalah-masalah yang tidak langsung memengaruhi kehidupan sehari-hari individu tersebut.

Dampak dari sikap apatis

Salah satu dampak utama dari sikap apatis adalah penurunan partisipasi politik dalam suatu negara. Ketika warga negara tidak berpartisipasi dalam pemilihan umum atau tidak aktif dalam proses politik, maka pemilihan umum akan menjadi representatif yang kurang akurat dari keinginan dan pandangan rakyat.

Hal ini dapat mengarah pada terpilihnya pemimpin yang tidak sesuai dengan aspirasi mayoritas atau kepentingan nasional. Dalam konteks nasionalisme, pemimpin yang tidak memiliki dukungan kuat dari warganya cenderung kurang efektif dalam mempromosikan nilai-nilai nasionalisme dan memelihara persatuan dalam masyarakat.

Selain itu, sikap apatis juga dapat mengakibatkan kurangnya kesadaran tentang isu-isu nasional dan kurangnya partisipasi dalam upaya-upaya untuk memajukan negara. Ketika individu tidak peduli dengan masalah-masalah yang memengaruhi negara mereka, mereka cenderung tidak aktif dalam upaya untuk memperbaiki masalah-masalah tersebut. Ini dapat menghambat perkembangan sosial, ekonomi, dan politik suatu negara.

Sikap apatis juga bisa merusak persatuan dan identitas nasional. Nasionalisme adalah tentang menciptakan ikatan emosional dan psikologis antara individu dan negaranya. Ini mencakup cinta dan kebanggaan terhadap budaya, sejarah, dan nilai-nilai bersama.

Ketika banyak individu menjadi apatis terhadap negara mereka, ini dapat mengakibatkan hilangnya identitas nasional yang kuat. Ketika orang tidak merasa terhubung dengan negara mereka, mereka mungkin lebih cenderung mengidentifikasi diri dengan kelompok-kelompok kecil atau komunitas lokal, yang dapat mengarah pada perpecahan dan ketegangan dalam masyarakat.

Lebih lanjut, sikap apatis dapat memberi ruang bagi pengaruh eksternal yang merusak. Negara-negara seringkali berusaha memanfaatkan ketidakpedulian warganya terhadap urusan politik dan nasional untuk mempromosikan agenda mereka sendiri. Ini dapat mencakup upaya-upaya untuk mempengaruhi pemilihan umum, memicu ketegangan antar-kelompok dalam masyarakat, atau bahkan melibatkan diri dalam subversi politik. Dalam hal ini, sikap apatis dapat menjadi pemicu lunturnya nasionalisme karena mendorong intervensi eksternal yang dapat merusak stabilitas dan persatuan nasional.

Untuk mengatasi dampak negatif sikap apatis pada nasionalisme, perlu ada upaya yang serius untuk meningkatkan kesadaran politik dan keterlibatan warga negara dalam proses politik. Ini dapat mencakup pendidikan politik yang lebih baik, peningkatan transparansi pemerintah, dan upaya untuk menghubungkan isu-isu politik dengan kehidupan sehari-hari individu.

Selain itu, penting untuk mempromosikan nilai-nilai nasionalisme yang positif, seperti cinta terhadap budaya dan sejarah nasional, kebanggaan terhadap prestasi bangsa, dan kesadaran akan peran penting individu dalam membangun masa depan negara.

Kesimpulannya, sikap apatis adalah pemicu potensial lunturnya nasionalisme karena dapat mengakibatkan penurunan partisipasi politik, kurangnya kesadaran tentang isu-isu nasional, perpecahan dalam masyarakat, dan pengaruh eksternal yang merusak.

Untuk mempertahankan nasionalisme yang kuat, penting untuk mengatasi sikap apatis dengan meningkatkan kesadaran politik, mendorong partisipasi aktif warga negara, dan mempromosikan nilai-nilai nasionalisme yang positif. Dengan demikian, negara dapat memperkuat identitas nasionalnya dan memajukan kepentingan bersama warganya.

Agustinus Felix
Agustinus Felix
Keep Positive Mind
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.