Kamis, April 25, 2024

Propaganda dan Penyebaran Ideologi Terorisme ala Bahrun Naim

Fajar Aditya
Fajar Aditya
A student.

Kegunaan internet sebagai sarana komunikasi dan informasi terus mengalami perkembangan dalam kehidupan masyarakat. Internet semula dibuat untuk kemudahan komunikasi antara kalangan akademik dan militer yang terhubung dalam jaringan The Advanced Research Projects.

The Advanced Research Projects (ARPANET) berdiri pada tahun 1969. Kemudian berkembang sebagai layanan publik yang bebas digunakan untuk berkomunikasi. Namun, hal ini mengalami pergeseran, internet disalahgunakan untuk tujuan kriminal. Selain kejahatan, internet juga digunakan untuk tujuan terorisme (internet use for terrorist pusposes). Selain itu, penyalahgunaan internet yang cukup banyak ditemui adalah penggunaan situs internet sebagai sarana propaganda dan penyebaran ideologi terorisme.

Data Kementerian Kominfo, menunjukkan selama tahun 2018, sudah dilakukan pemblokiran konten yang mengandung radikalisme dan terorisme sebanyak 10.499 konten. Terdiri dari 7.160 konten di Facebook dan Instagram, 1.316 konten di Twitter, 677 konten di Youtube, 502 konten di Telegram, 502 konten di filesharing, dan 292 konten di situs website.

Ada banyak alasan mengapa internet menjadi ruang berskala global yang dinilai aman untuk melakukan serangkaian aksi bahkan perekrutan anggota. Di antaranya karena internet menawarkan akses yang relatif sederhana dan kini jangkauannya sudah sangat luas global.

Anonimitas, menyembunyikan identitas, sangat mungkin untuk dilakukan dan hal itu menjadi keuntungan besar bagi organisasi teroris untuk melindungi dirinya. Biaya akses internet yang dari waktu ke waktu semakin murah dan terjangkau membuat para teroris juga bisa bergerak dengan dana terbatas. Sekelompok teroris dapat mengatur kampanye propaganda yang efisien tanpa harus mengeluarkan biaya yang terlampaui besar.

Kondisi ini harus menjadi perhatian serius pemerintah untuk mengantisipasi propaganda dan penyebaran ideologi terorisme agar tidak semakin berkembang di Indonesia.

Terdapat prinsip penting dalam mengindentifikasi propaganda seperti, adanya upaya untuk mengubah pandangan publik. Pengubahan pandangan dilakukan dengan mempengaruhi aspek emosional dari individu secara massal. Tujuan propaganda adalah terbentuknya kesamaan kepercayaan, perilaku dan kebiasaan massa yang menjadi sasaran propaganda.

Bahrun Naim

Penggunaan internet untuk tujuan terorisme banyak digunakan oleh kelompok teroris yang salah satunya adalah Bahrun Naim yang bergabung dengan kelompok terorisme ISIS yang ada di Suriah.

Muhammad Bahrun Naim Anggih Tamtomo atau Bahrun Naim merupakan dalang serangan teror bom di kawasan Sarinah.

Pria kelahiran Pekalongan, 6 September 1983, itu merupakan lulusan program D-3 Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sebelas Maret. Naim juga diketahui membuka bisnis warung internet atau warnet. Dan bisnis online pernak-pernik Islam.

Dia merupakan eks narapidana kepemilikan senjata api dan bahan peledak dan ditangkap Datasemen Khusus 88 Antiteror Polri pada November 2010.

Namun, dalam proses penyidikan, kepolisian tidak menemukan adanya keterkaitan dirinya dengan tindakan terorisme.

Akhirnya, majelis hakim menjatuhkan hukuman penjara 2 tahun 6 bulan bagi Naim karena melanggar Undang- Undang Nomor 12 Tahun 1951 tentang Kepemilikan Senjata Api dan Bahan Peledak.

Bebas tahun 2012, nama Bahrun kembali tersangkut dengan terorisme setelah dianggap sebagai otak teror serangan bom Thamrin pada awal 2016.

Menurut Kapolri, Jenderal Badrodin Haiti, Naim merupakan orang yang mentransfer dana yang digunakan dalam pengembangan dan aksi pada Serangan Jakarta 2016. Hal ini terungkap setelah Mabes Polri menangkap sosok yang menerima dana transfer dari Naim. Penangkapan ini dilakukan Kepolisian dalam aksi perburuan teroris sesaat setelah aksi teror di Jakarta dilakukan.

Dilaporkan, Bahrun Naim pergi ke Suriah untuk bergabung dengan NIIS pada tahun 2014. Penyebaran pesan propaganda dilakukan oleh Bahrun Naim menggunakan media internet dan media sosial yang mudah dilihat oleh masyarakat pemakai internet. Bahrun Naim menggunakan blog atas namanya sendiri yaitu www.bahrunnaim.co, www.bahrunnaim.site dan www.bahrunnaim.space.

Selain menggunakan blog, Bahrun Naim juga menggunakan media sosial seperti Facebook dalam mengajarkan cara membuat bom kepada kelompok Kelompok Kitabah Gigih Rahmat (KGR) di Batam dan media sosial Telegram yang digunakan memberikan petunjuk kepada Dian Yulia Novi untuk melakukan bom bunuh diri ke Istana Negara. Dampak/efek yang terjadi pada komunikan (penerima) setelah menerima pesan dari sumber,seperti perubahan sikap, bertambahnya pengetahuan, dan lain-lain.

Dampak nya Bagi Indonesia

Dampak/efek dari propaganda dan penyebaran ujaran kebencian yang disampaikan Bahrun Naim melalui media internet adalah tumbuhnya gerakan radikal yang melakukan teror di Indonesia.

Beberapa kejadian terror yang terjadi dengan adanya propaganda oleh Bahrun Naim antara lain Bom Sarinah Jakarta yang menyebabkan delapan orang (empat pelaku penyerangan dan empat warga sipil) dilaporkan tewas dan 24 lainnya luka-luka, bom bunuh diri di Polresta Solo, rencara peluncuran roket ke Marina Bay, Singapura oleh Kelompok Kitabah Gigih Rahmat (KGR), rencana aksi bom bunuh diri Dian Yulia Novi ke Istana Negara, dan bom bunuh diri di Kampung Melayu, Jakarta Timur yang menewaskan tiga orang anggota kepolisian.

Propaganda dan Penyebaran ideologi terorisme di internet terus berlangsung karena regulasi dan penegakan hukum di Indonesia hingga saat ini baru bisa melakukan penindakan terhadap serangan teroris dan pendanaan terorisme. Masih terdapat celah atau kekosongan hukum berkaitan dengan penggunaan internet untuk tujuan teroris seperti propaganda dan perekrutan teroris sehingga pelaku propaganda dan penyebaran ideologi terorisme belum dapat dijerat dengan menggunakan regulasi aturan hukum terorisme yang ada saat ini.

Sumber:

Rozika, W. (2017). Propaganda dan Penyebaran Ideologi Terorisme Melalui Media Internet (Studi Kasus Pelaku Cyber Terorisme oleh Bahrun Naim). Jurnal Ilmu Kepolisian | Edisi 089| Agustus – Oktober 2017. Diakses 19 Maret 2022, dari http://www.jurnalptik.id/index.php/JIK/article/view/89

https://id.wikipedia.org/wiki/Serangan_Jakarta_2016. Diakses tanggal 21 Maret 2022

https://www.kominfo.go.id/content/detail/18602/bnpt-internet-jadi-media-penyebarluasan-terorisme/0/berita_satker. Diakses tanggal 21 Maret 2022

https://tirto.id/betapa-strategisnya-internet-bagi-para-teroris-cwz1. Diakses tanggal 21 Maret 2022

https://nasional.kompas.com/read/2017/05/25/12370871/kronologi.ledakan.bom.bunuh.diri.di.kampung.melayu. Diakses tanggal 21 Maret 2022

https://id.wikipedia.org/wiki/Bahrun_Naim. Diakses tanggal 21 Maret 2022

https://www.suara.com/news/2017/12/05/135928/bahrun-naim-jalan-sunyi-seorang-teroris. Diakses tanggal 21 Maret 2022

Fajar Aditya
Fajar Aditya
A student.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.