Hanya dalam hitungan jam setelah teror bom Thamrin/Sarinah di Jakarta, Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) merilis pernyataan bertanggung jawab atas kejadian tersebut. Rilis tersebut sangat mungkin memang dikeluarkan oleh ISIS. Namun, bagaimana cara memverifikasi keaslian isi rilis itu memang dikeluarkan ISIS yang berpusat di Suriah? Sementara tak ada pelaku teror yang tertangkap hidup-hidup.
Media yang pertama kali mempublikasikan pernyataan ISIS adalah kantor berita Aamaaq. Jika kita mengetik Aamaaq menggunakan teks Arab di kanal Youtube, kita akan disuguhi puluhan video ISIS di berbagai garis depan pertempuran di Irak dan Suriah yang mustahil dilakukan oleh awak media arus utama.
Bedanya, konten video yang diunggah Aamaaq tentang ISIS tidak ada adegan sadis. Di situ, misalnya, hanya ada berita aktifitas pasukan ISIS dalam situasi perang, sehingga terbilang aman dari pemblokiran. Aamaaq sering menjadi media yang selalu terdepan dan pertama kali dalam mengabarkan aktifitas ISIS, karena itu tak ada satu pun pihak yang sampai saat ini meragukan bahwa Aamaaq terhubung dengan ISIS. Bahkan sejumlah pengamat konflik Timur Tengah meyakini Aamaaq dijalankan oleh anggota ISIS.
Kemudian penggunaan istilah kosakata yang dipilih dalam penyampaian pesan ISIS tersebut. Misalnya kosakata “Junud Khilafah” yang maksudnya adalah anggota ISIS. Lalu mengobral kata “Salibis” bagi musuhnya, adalah kosakata yang sangat kental dalam kamus bahasa yang sering dipakai ISIS.
ISIS lebih suka menyebut pengikutnya sebagai “junud khilafah” dibanding “mujahidin”. Karena kata “mujahidin” sudah terlalu umum; “junud khilafah” secara harfiah artinya tentara khilafah.
Ketika Aamaaq mempublikasikan melalui channel akun telegram pernyataan ISIS tentang bom Jakarta (Thamrin), akun-akun twitter pendukung ISIS di Timur Tengah dalam sekejap menyebarluaskan rilisan tersebut dibubuhi tagar “breaking news”, “kabar khilafah”, dan “Indonesia” dalam bahasa Arab yang kemudian diamini dan diramaikan oleh akun-akun pendukung ISIS di Indonesia.
Berdasarkan uraian di atas, rilisan pernyataan ISIS atas bom Thamrin memang benar-benar asli dikeluarkan oleh ISIS di Timur Tengah, dan ini baru pertama kali terjadi di Indonesia. Lantas bagaimana dengan isi pernyataan ISIS yang ada perbedaan dengan rilisan versi pemerintah mengenai jumlah korban dan teroris. Ini adalah bagian dari propaganda yang biasa ISIS lakukan, yakni menggandakan korban musuh yang tewas dan di pihaknya diklaim hanya sedikit yang tewas.
Namun yang jadi pertanyaan adalah, apakah aksi teror di Jakarta ini memang merupakan perintah langsung dari ISIS di Suriah atau semata-mata inisiatif pengikut ISIS di Indonesia yang kemudian direstui oleh ISIS?
Kemungkinan besar adalah yang terakhir. Sebab, mayoritas teror yang diklaim ISIS merupakan inisiatif pengikut ISIS yang terpanggil dan terinspirasi seruan resmi ISIS di Suriah yang pernah menyerukan serangan membunuh siapa pun yang dipandang menghalang-halangi gerakan ISIS. Namun, tak bisa dipungkiri, dukungan jarak jauh jihadis Indonesia yang bergabung dengan ISIS di Suriah pada teror Jakarta tentu ada, bisa berupa dana atau arahan.
Kalaupun dalang teror Jakarta ini dari jihadis ISIS di Suriah, bukan berarti pengungkapan teror ini selesai sampai di sini. Aparat harus mengungkap segala kemungkinan keterlibatan orang-orang yang telah terdeteksi sebagai pendukung ISIS. Sebagian dari mereka bisa saja sebagai penyandang dana, penghubung, pemasok senjata atau perekrut pelaku teror.
Memang, aksi teror ini tidak sedahsyat yang pernah terjadi di era 2000-an. Tapi untuk sebuah aksi yang pertama kali oleh pengikut ISIS ini terbilang cukup menggetarkan Indonesia. Padahal sebelumnya sudah banyak pengikut ISIS yang digerebek. Apalagi aksi ini dilakukan di jantung kota Jakarta dengan modal senjata pas-pasan. Dari awal pelaku sudah mempersiapkan diri bahwa ini adalah aksi bunuh diri.
Kini bukan saatnya saling menyalahkan, apalagi mengait-kaitkan dengan teori konspirasi bahwa ini pengalihan isu. Yang pasti, serangan teror sudah terjadi dan jatuh korban jiwa. Ada ISIS atau tidak, ancaman terorisme tidak akan pernah usai di Republik ini.