Olimpiade Tokyo saat ini tengah bergulir. Bagi atlet yang bertanding, ini menjadi bentuk pembuktian. Bukan terkait kalah menang tapi semangat mengharumkan nama negara menjadi hal utama.
Masih ingat kemenangan Gracia Polli dan Apriyani Rahayu yang melaju ke babak final. Ini menjadi kebanggan, dimana dalam sejarah badminton Indonesia ganda putri sampai tembus sampai partai akhir.
Jika merujuk data, kontingen Indonesia hanya meloloskan 28 atlet ke Olimpiade Tokyo 2020. Ke-28 atlet ini merupakan Pahlawan-Pahlawan Bangsa yang siap mengharumkan nama Indonesia.
Tidak ada kata kalah untuk menjadi yang terbaik. Perjuangan Indonesia di ajang Olimpiade bukan pada kali ini saja. Sejak tahun 1952 di Helsinski, Finlandia, Indonesia untuk pertama kali mengikuti Olimpiade. Torehan para pejuang olahraga dari tahun ke tahun bisa menjadi cambuk. Mempertahankan konsistensi prestasi di Olimpiade 2020 Tokyo, Jepang menjadi tantangan.
Atlet-atlet muda tanah air semestinya juga terlecut dengan semangat para pendahulu. Masih ingat bagaimana kegigihan Susi Susanti yang waktu itu bermain di tunggal putri dan Alan Budikusoma di tunggal putra yang berhasil menyabet medali emas pertama bagi Indonesia di Olimpiade Barcelona.
Contoh-contoh mereka yang membawa bangga nama Indonesia dikanca dunia ini bisa menjadi motivasi. Tentunya tidak hanya dari bulu tangkis, ajang lainnya baik angkat besi, panahan namun ajang lainnya harus bisa menunjukkan eksistensi bahwa “Indoneia Bisa”.
Memang Indonesia di ajang Olimpiade hingga kini masih menduduki peringkat 44. Masih ada waktu untuk menambah peringkat. Selain jam terbang dalam bertanding, menumbuhkan rasa percaya diri menjadi hal utama.
Atlet-atlet lainnya dari berbagai negara sebenarnya bukanlah suatu ancaman. Mereka sama. Tinggal kita bertanding sportif untuk melakukan perlawanan, urusan kalah hak itu bisa menjadi pengalaman untuk berbuat lebih baik untuk kedepan.
Iming-Iming Hadiah
Tentunya komitmen untuk mewujudkan menjadi yang terbaik diajang olimpiade menjadi usaha bersama bagi atlet. Pemerintah juga tidak tinggal diam atas hasil yang diraih. Berbagai negara juga memberikan iming-iming bonusbnagi mereka yang berprestasi. Baik itu bentuk uang tunai hingga properti, bahkan ada yang mendapatkan jatah makan seumur hidup, seperti yang diberikan banyak gerai F&B kepada atlet angkat besi Filipina yang berhasil meraih medali emas.
Untuk Indonesia sendiri, Pemerintah melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) akan memberikan uang tunai sebesar Rp 5 miliar kepada para atlet yang berhasil meraih medali emas di Olimpiade Tokyo 2020.
Lalu, atlet yang berhasil meraih medali perak akan diberikan uang tunai sebesar Rp 2 miliar dan medali perunggu sebesar Rp 1 miliar. Memang Iming-iming hadiah yang diberikan pemerintah ini barang tentu menggiurkan tapi bagi atlet bukan itu saja, tapi yakni bagaimanabbendera Merah Putih dikibarkan dan lagu Indoneia Raya berkumandang.
Sekarang, di 2021 seluruh atlet tengah bertarung. Dalam pertandingan juga harus siap kalah siap menang. Bagi yang kalah apa yang dilakukan saat ini bisa menjadi pembelajaran untuk lebih banyak lagi mendulang prestasi di Olimpiade 2024 di Paris, Prancis.
Bagi yang menang tentunya juga jangan jumawa. Menjadi yang terbaik merupakan kebanggan. Tapi yang perlu perhatian, mempertahankan prestasi merupakan hal yang sulit. Dibutuhkan komitmen bagi diri sendiri termasuk yang utama komitmen.