Jumat, Maret 29, 2024

Perjuangan Punk Dari London Hingga Gedung DPR

Ahmad Ashim Muttaqin
Ahmad Ashim Muttaqin
Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang.

Istilah “punk” sering digunakan sesuai sifatnya yang merujuk pada suatu tingkatan aktivitas. Analisis-analisis akademis tentang fenomena punk kini menunjukkan pula perluasan kajiannya, sehingga lahir istilah-istilah: politik punk, jurnalisme punk, fashion punk, puisi punk, seni punk bahkan etiket punk.

Akar gerakan punk bisa kita tarik sesuka kita. Termasuk ketika ada yang bilang Elvis Presley itu seorang punk. Setiap generasi memang memiliki subkulturnya sendiri, mereka berusaha menantang tatanan mapan dan ketidak-adilan.

Dan seperti kita tahu, punk mulai tumbuh pada awal tahun 1970-an di London, Inggris dan menyebar ke belahan dunia seiring luasnya pengaruh band Sex Pistols dan The Ramones. Fashion sebagai salah satu elemen penting di komunitas Punk sudah dapat ditemukan pada periode pra-Punk ini. Dandanan Punk dengan menggunakan jaket ala The Ramones sudah terlihat.

Fenomena punk masuk ke Indonesia pada akhir tahun 1980-an dan masih berpusat di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung dan Malang. Masuknya Punk ke Indonesia tidak lepas dari pemberitaan media mainstream. Di Indonesia, subkultur Punk dikenal pertama kali sebagai bentuk musikal dan fashionstatement.

Subkultur Punk telah hadir tanpa substansi sejak awal. Punk tidak hadir sebagai respon keterasingan dalam masyarakat modern, melainkan dari sebuah kerinduan akan sebuah bentuk representasi baru saat tak ada hal lama yang dapat merepresentasikan diri remaja lagi.

Pada hakekatnya, punk tidak hanya sebatas fashion, melainkan lebih mendalam lagi sebagai the way of life. Ideologi yang diusung oleh para punker adalah anarkisme. Anarkisme yang diikuti para anak punk tidak sebatas di pemikiran, namun juga di-implementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Yakni hidup tanpa ada aturan yang mengekang. Meski begitu, mereka memahami batas apa saja yang tidak boleh dilanggar. Hal-hal seperti ini sering mereka sebut sebagai punk etika atau dalam bahasa lain dikenal sebagai D.I.Y. (Do It Yourself).

Namun saat ini, anarkisme sering disalah-artikan sebagai pemikiran yang mengedepankan kekerasan dan perusakan. Sehingga persepsi yang muncul di benak masyarakat ketika melihat anak punk adalah preman, berandalan, kriminal dan stigma negatif lainnya. Padahal menurut para pencetusnya, yaitu William Godwin, Pierre-Joseph Proudhon, dan Mikhail Bakunin, anarkisme adalah sebuah ideologi yang menghendaki terbentuknya masyarakat tanpa negara, dengan asumsi bahwa negara adalah sebuah bentuk kediktatoran legal yang harus diakhiri.

Kenyataan yang terjadi saat ini, para anak punk ini menjadi benteng terakhir dari berbagai permasalahan yang terjadi di Indonesia. Dengan komunitasnya, mereka berjuang membela keadilan dan hak-hak rakyat tertindas. Contoh nyatanya: mulai dari Bali Tolak Reklamasi, Penolakan NYIA, Penolakan pabrik semen Rembang  hingga pembelaannya terhadap aktivis-aktivis yang dikriminalisasi.

Siapakah motor dari gerakan tersebut? Tidak lain tidak bukan adalah anak-anak punk yang sadar akan ideologinya. Mereka didominasi oleh seniman yang menyampaikan aspirasinya lewat karya-karya kreatif baik musik, puisi maupun lukisan. Secara tidak langsung, gerakan ini menyebar dengan cepat dan perlahan masyarakat mulai memahami tujuan dari gerakan-gerakan yang digaungkan oleh anak punk tersebut.

Seperti hal menarik yang terjadi kemarin ini di Gedung DPR, Jakarta. Dalam acara peringatan 20 Tahun Reformasi itu pihak penyelenggara mengundang band punk Marjinal dan frontman dari band Superman Is Dead: Jerinx. Sudah bukan rahasia lagi, bahwa mereka berdua adalah salah satu figur yang sangat lantang mengkritik pemerintah karena beberapa kebijakannya yang merugikan rakyat.

Uniknya lagi, mereka perform didepan para pejabat negara, mulai dari ketua DPR, ketua MPR hingga beberapa menteri kabinet kerja. Lagu yang dibawakan pun tidak sembarangan, ada lagu Buruh Tani, Darah Juang, Hukum Rimba, Jadilah Legenda bahkan lagu Bali Tolak Reklamasi. Nada yang terdengar di lagu-lagu itu ada dua yang terdengar, pertama nada yang mengajak para kita untuk mempunyai kepedulian dan mempunyai empati terhadap kondisi sosial yang sekarang ini mengalami krisis.

Dan nada yang kedua merupakan mengkritik. Kritikan ini hadir sebagai wujud dari kekesalan Marjinal terhadap situasi dan kondisi yang saat ini terjadi. Marjinal seperti membaca bahwa kebanyakan masyarakat Indonesia sudah kehilangan rasa peka dan kepedulian akan sesama.

Kritikan ini juga ditujukan kepada para penguasa di negeri ini. Pesan yang ingin disampaikan dari lagu itu adalah sebuah pesan ajakan kepada kita untuk kembali lagi pada prinsip kemanusian yang selama ini telah hilang terbawa arus zaman. Indonesia dulu dikenal sebagai bangsa yang ramah dan mempunyai jiwa sosial yang tinggi dan sangat menoleransi perbedaan tetapi semua telah berubah.

Mereka dengan gagah berani menyanyikan lagu yang secara gamblang mengkritik penguasa dengan keras. Mereka tidak takut akan aparat yang berada di sekeliling-nya. Mereka sangat yakin akan ideologi punk-nya. Mereka ingin menunjukan bahwa setiap manusia yang hidup memiliki hak dan kewajiban yang sama. Karena bagi mereka, punk hadir sebagai salah satu kekuatan penyeimbang berjalannya suatu negara.

Jika ada kebijakan yang tepat dan pro rakyat, mereka akan mendukung. Akan tetapi jika ada kebijakan yang merugikan rakyat, dengan lantang mereka akan menolaknya. Seperti lirik lagu Hukum Rimba yang kemarin malam dinyanyikan Mike Marjinal di gedung DPR:

Maling-maling kecil!

Ditelanjangi!

Maling besar!

Dipakaikan dasi!

Ahmad Ashim Muttaqin
Ahmad Ashim Muttaqin
Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.