Jumat, April 26, 2024

Perempuan dalam Web Series “Layangan Putus”

Rizka Rahmah
Rizka Rahmah
Mahasiwa Universitas Ahmad Dahlan

Sejak pandemi melanda ke seluruh dunia, masyarakat diharuskan untuk melakukan kegiatan sehari-harinya di rumah untuk mencegah penularan virus Covid-19. Di Indonesia sendiri, sempat terdapat Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang memberlakukan penutupan berbagai tempat umum selain sektor kesehatan dan pemerintahan, sehingga masyarakat Indonesia benar-benar membatasi kegiatannya di luar rumah. Walaupun saat ini lonjakan penyebaran Covid-19 sudah sangat menurun, namun berbagai sektor masih diberlakukan pembatasan jumlah pengunjung.

Dengan dibatasinya berbagai sektor di Indonesia termasuk sektor hiburan seperti bioskop, para pelaku industri kreatif khususnya industri film memutar otak agar tetap dapat hidup di masa pandemi.

Salah satu ‘tren’ yang marak di industri film baru-baru ini yaitu penayangan film melalui platform digital (aplikasi) dengan sistem penayangan streaming online.  Hal ini juga menjadi berita baik bagi masyarakat, di mana masyarakat dapat mendapatkan hiburan berupa film walaupun hanya di dalam rumah.

Salah satu film series Indonesia yang sedang ramai diperbincangkan di berbagai social media yakni series berjudul “Layangan Putus” yang disutradarai oleh Benni Setiawan. Film ini diproduksi oleh MD Entertainment dan ditayangkan secara online melalui aplikasi WE TV. Jumlah episode pada series ini adalah 10 episode, namun episode sedang berlangsung dan saat artikel ini ditulis, telah rilis hingga episode ke-7.

Series “Layangan Putus” merupakan adaptasi dari kisah nyata yang sempat viral di media massa yang kemudian ditulis kembali ke dalam novel dengan judul yang sama yaitu “Layangan Putus” oleh Mommy ASF. Series ini bercerita tentang kehidupan rumah tangga yang erat dengan konflik perselingkuhan.

Kinan, seorang perempuan yang sudah menikah, memiliki 1 anak perempuan Bernama Raya dan calon anak yang sedang dikandungnya Bernama Reno. Ia memiliki suami bernama Aris, seorang direktur di sebuah perusahaan. Keluarga kecil ini merupakan keluarga yang berlatar ekonomi golongan atas, dan terlihat tampak harmonis. Namun suatu hari, kinan mencurigai Aris berselingkuh dengan perempuan lain karena sifat dan perilaku Aris berubah. Semakin hari, kecurigaan Kinan terus meningkat seiring dengan terkumpulnya bukti-bukti perselingkuhan Aris.

Dalam karya tulis ilmiah berjudul “Film dan Konstruksi Sosial”, Eriyanti Nurmala Dewi mengatakan bahwa film bukan hanya sekadar tontonan penghibur, namun juga memotret realitas sosial yang ditampilkan secara simbolik. Film ini menampilkan realitas kondisi perempuan yang ada di masyarakat Indonesia.

Bagaimana persepsi masyarakat terhadap perempuan dan budaya yang mempengaruhi peran perempuan dalam masyarakat. Di episode awal diceritakan Kinan menjalani kegiatan sehari-harinya sebagai Ibu Rumah Tangga. Setiap pagi, Kinan selalu menyiapkan makanan maupun bekal untuk Mas Aris dan Raya dibantu oleh kedua asisten rumah tangga. Hal ini sebagai penggambaran perempuan yang bertanggung jawab terhadap urusan dapur di rumah tangganya.

https://assets.pikiran-rakyat.com/crop/0x0:0x0/x/photo/2021/12/11/1407176028.jpg

Penggambaran perempuan dalam rumah tangga yang berperan sebagai sosok yang harus bertanggung-jawab terhadap anak adalah ketika Ibu Mary, tetangga Kinan keheranan saat Arislah yang mengantarkan Raya ke Sekolah, bukan Kinan. Kinan selalu membacakan Raya dongeng sebelum tidur, mengajak Raya jalan-jalan, menemani mengerjakan PR hingga merawat Raya.

Aris juga mempunyai teman perempuan bernama Miranda yang juga memiliki anak. Miranda sering terlihat bersama Kinan mengantarkan anaknya ke sekolah yang sama. Saat scene dengan latar sekolah dan klinik psikologi didominasi dengan ibu-ibu yang menemani anaknya juga menjadi faktor penegasan bahwa, urusan anak merupakan tanggung jawab istri. Sedangkan laki-laki sebagai suami berperan sebagai pencari nafkah.

Penggambaran perempuan dalam menjalankan perannya sebagai istri lainya yaitu penggambaran bahwa perilaku perempuan berbanding lurus dengan perilaku suaminya. Seperti pepatah dalam dialog yang diucapkan Bu Mary kepada kinan yang mengatakan bahwa, ketika suami berpenampilan baik, itu disebabkan karena ada istri yang merawatnya. Sehingga dapat dikatakan pula bahwa ketika laki-laki berpenampilan tidak baik, maka hal itu disebabkan karena sang istri tidak merawatnya.

Perempuan juga digambarkan melalui dialog Ibu Mary kepada Kinan untuk selalu tampil cantik agar suaminya tidak berpaling, dapat dikatakan bahwa presepsi masyarakat ketika laki-laki sebagai pasangan berpaling dengan perempuan lain, maka kesalahannya terletak pada istrinya karena tidak dapat menjaga dan merawat dirinya sehingga kalah cantik di banding dengan perempuan lain.

https://assets.promediateknologi.com/crop/0x0:0x0/x/photo/2021/12/17/2479783485.jpg

Dalam series Layangan Putus ini, memperlihatkan bahwa stigma perempuan harus dirumah dan menjadi ibu rumah tangga saat ini sudah bergeser, sebagaimana ditampilkan bahwa kini perempuan juga dapat mengejar karir yang tinggi seperti Miranda yang menjadi orang penting dalam perusahaan, Dita yang menjadi Dokter Umum di sebuah rumah sakit, Lydia sebagai psikolog anak, Lola yang menjadi pengacara, guru dan kepala sekolah di sekolah Raya yang juga perempuan.

Perempuan digambarkan dalam series ini sebagai sosok yang erat dengan “naluri”. Setiap karakter perempuan pada series ini memiliki scene yang menunjukan bahwa naluri atau insting perempuan sangatlah kuat. Kinan sebagai istri memiliki insting bahwa Mas Aris selingkuh dengan perempuan lain, dan buktinya berangsur-angsur terkumpul.

Insting Miranda, Dita dan Lola juga merasa bahwa Aris memiliki perempuan selingkuhan. Insting Lola juga mengatakan bahwa yang sedang menyelidiki nomor asing tersebut adalah Kinan, bukan sahabat Kinan. Ibu Kinan juga merasakan naluri bahwa ada yang tidak beres dan curiga dengan Aris bahkan sejak Aris melamar Kinan. Ibu Kinan juga memiliki naluri bahwa anaknya sepertinya sedang tidak baik-baik saja sehingga Ibu Kinan segera menelepon Kinan untuk menanyakan kabar.

Sayangnya, penggambaran perempuan sebagai objek seksual/penghibur laki-laki masih melekat di masyarakat. Hal ini ditampilkan dalam scene Ketika Aris diajak oleh teman-temannya, Alif dan Irfan untuk menghibur diri di tempat hiburan malam. Alif dan Irfan mendatangkan beberapa perempuan untuk menemani mereka di dalam kelab malam tersebut. Alif dan Irfan juga memberikan Aris “Jatah” satu perempuan khusus untuk menemani Aris mengobrol.

Kondisi perempuan digambarkan sebagai sosok yang berada dibawah kendali laki-laki seperti Lydia Danira dalam menjalin hubungan dengan Mas Aris sebagai “kekasih gelap”. Lydia sebagai peasanagan seakan tidak memiliki wewenang dalam mengatur hubungan. Mas Aris sebagai laki-laki memiliki power yang lebih kuat untuk mengatur hubungannya ketimbang Lydia. Semua cara permainan perselingkuhan dibuat oleh Mas Aris, sedangkan Lydia tinggal mengikutinya.

Beberapa temuan penggambaran perempuan pada tulisan di atas merupakan sebatas perspektif dari penulis yang juga sebagai perempuan saja. Bukan berdasarkan apa yang ingin penulis naskah, dan sutradara sampaikan ke masyarakat. Dan pastinya, tulisan ini jauh dari kata sempurna. So, thank you for reading.

Rizka Rahmah
Rizka Rahmah
Mahasiwa Universitas Ahmad Dahlan
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.