Debat cawapres 22 Desember 2023 bukan sekadar adu argumen dan program antar pasangan calon presiden dan wakil presiden. Di panggung itulah, publik menyaksikan kemunculan figur-figur baru dengan gagasan segar, salah satunya Gibran Rakabuming Raka.
Nama yang sebelumnya lebih akrab di telinga sebagai putra sulung Presiden Joko Widodo kini menjadi sorotan nasional sebagai pendamping Prabowo Subianto dalam kontestasi Pilpres 2024. Penampilannya yang meyakinkan, lugas, dan sarat gagasan meninggalkan kesan mendalam, bahkan dapat membuktikan bahwa prespektif public yang negatif tentangnya selama ini salah.
Momentum debat ini bagi Gibran bukan sekadar pengenalan diri, melainkan manifesto untuk menuju Indonesia Emas 2045. Dari balik tutur kata dan raut wajahnya terbaca jelas hasrat untuk membawa Indonesia keluar dari kebuntuan pembangunan, tak segan-segan menyodorkan solusi tak biasa.
Nilai Tambah
Indonesia, meski mengalami kemajuan ekonomi, masih terjebak dalam apa yang disebut “middle income trap” atau jebakan negara berpendapatan menengah. Produktivitas stagnan, pertumbuhan ekonomi melambat, dan ketimpangan kian lebar. Gibran, berbeda dengan calon lain, mendiagnosis penyakit ini tepat pada akarnya: rendahnya nilai tambah industri nasional. Ketergantungan pada ekspor bahan mentah dan impor barang jadi menghambat inovasi, menyerap lapangan kerja, dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Solusi Gibran tak sekedar slogan. Ia mengusung kebijakan peningkatan nilai tambah dalam negeri secara sistematis. Penguatan infrastruktur dasar, riset dan pengembangan, serta insentif bagi industri hilir menjadi tulang punggung strateginya.
Bayangan Gibran adalah Indonesia yang tak lagi sekadar mengekspor sawit mentah, melainkan produk olahan seperti kosmetik dan biofuel. Tak cuma komoditas, ia mendorong hilirisasi sektor manufaktur, dari tekstil hingga elektronik, menciptakan rantai nilai yang menyerap tenaga kerja dan menggerakkan ekonomi lokal.
Reformasi Birokrasi
Birokrasi yang lamban dan berbelit-belit, di mata Gibran, tak ubahnya benalu yang menghambat laju pembangunan. Pengusaha dicekik prosedur tak berujung, investor asing enggan datang, dan potensi ekonomi terkubur di bawah tumpukan regulasi. Ia mengusung reformasi birokrasi sebagai agenda prioritas. Digitalisasi birokrasi, pemangkasan regulasi yang tak perlu, dan penguatan akuntabilitas menjadi trilogi perubahannya.
Ia bermimpi tentang kemudahan perizinan usaha, layanan publik yang responsif, dan aparatur sipil negara yang profesional. Gibran tak segan menyebut contoh konkret, seperti menggandeng platform e-commerce untuk perizinan UMKM agar cepat dan transparan. Lewat gebrakan birokrasi yang bersih dan efisien, ia yakin iklim investasi akan membaik, lapangan kerja baru tercipta, dan roda ekonomi berputar kencang.
Membangun Masa Depan
Gagasan Gibran tak berhenti pada sektor produksi. Ia menyadari pentingnya investasi sumber daya manusia (SDM) berkualitas untuk menopang perubahan. Peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan kerja menjadi fokus utama. Ia mengusung konsep pendidikan vokasi yang relevan dengan kebutuhan industri, serta mendorong pengembangan keterampilan kewirausahaan sejak dini.
Tak ketinggalan, Gibran melihat urgensi transisi ekonomi hijau. Indonesia, kaya sumber daya alam terbarukan, berpeluang menjadi pemain utama dalam ekonomi global yang kian ramah lingkungan. Ia mengusung pengembangan energi terbarukan, pembangunan infrastruktur hijau, dan konservasi lingkungan sebagai pilar penting pembangunan berkelanjutan.
Generasi Baru, Politik Baru
Kemunculan Gibran tak luput dari skeptisisme. Latar belakangnya sebagai pengusaha muda dan anak presiden memicu prasangka tentang ketergantungan dinasti politik. Kritikus mempertanyakan pengalaman politiknya yang minim dan khawatir momentum popularitasnya memudar cepat. Namun, di balik skeptisisme itu, tampak pula secercah harapan.
Penampilan Gibran di panggung debat menunjukkan kematangan politik yang melebihi usianya. Kemampuannya menanggapi pertanyaan kritis, mengartikulasikan gagasan, dan berdebat dengan lawan politik membuktikan kapasitas intelektual dan keberaniannya. Gaya komunikasinya yang lugas dan tak bertele-tele pun mendapat apresiasi publik, terutama generasi muda yang mendambakan pemimpin yang tak terjebak dalam retorika politik usang.
Momentum Emas
Momentum yang diciptakan Gibran di debat cawapres 2024 merupakan angin segar bagi demokrasi Indonesia. Ia telah menunjukkan bahwa generasi muda memiliki potensi untuk memimpin bangsa ini dengan gagasan-gagasan baru dan segar.
Namun, untuk mewujudkan perubahan yang ia cita-citakan, Gibran perlu membuktikan kapasitasnya di lapangan. Ia harus mampu bekerja keras dan menunjukkan kegigihan dalam menghadapi tantangan. Ia juga perlu membangun kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk generasi muda, pelaku usaha, dan akademisi, untuk mewujudkan visi dan misinya.
Jika Gibran mampu melakukannya, maka ia akan menjadi pemimpin yang membawa perubahan positif bagi Indonesia. Ia akan menjadi simbol harapan bagi generasi muda yang mendambakan Indonesia yang lebih baik.
Berikut adalah beberapa langkah yang dapat dilakukan Gibran untuk mewujudkan Indonesia Emas Tahun 2045:
- Membentuk tim kerja yang kompeten dan berpengalaman. Gibran perlu membentuk tim kerja yang terdiri dari orang-orang yang memiliki kompetensi dan pengalaman di bidangnya masing-masing. Tim ini akan menjadi mitra kerja Gibran dalam mewujudkan visi dan misinya.
- Membangun kolaborasi dengan berbagai pihak. Gibran perlu membangun kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk generasi muda, pelaku usaha, dan akademisi. Kolaborasi ini akan membantu Gibran dalam mendapatkan dukungan dan masukan dari berbagai pihak.
- Melakukan komunikasi yang efektif. Gibran perlu melakukan komunikasi yang efektif dengan masyarakat. Komunikasi yang efektif akan membantu Gibran dalam menyampaikan visi dan misinya, serta membangun kepercayaan masyarakat.
Jika Gibran mampu melakukan langkah-langkah tersebut, maka ia akan memiliki peluang yang lebih besar untuk mewujudkan Indonesia Emas Tahun 2045.