Sabtu, Juli 27, 2024

Pendidikan Perempuan dalam Pandangan Rohana Kudus

Ahmad Basid
Ahmad Basid
Mahasiswa Universitas Nurul Jadid Paiton Probolinggo. CEO Kedai Jintu

Sejarah perjalanan manusia tidak akan perna lepas dari pendidikan, karena pendidikan merupakan salah satu wadah atau wahana yang dapat merubah pola pikir dan stratifikasi sosial lebih baik yang itu bisa dienyam oleh semua warga negara.

Tetapi, sepanjang perjalanan manusia. Pendidikan acap kali menjadi momok bagi sebagian orang terutama kaum wanita. Hal itu, dapat kita lihat pra sejarah berdirinya bangsa ini, pendidikan hanya boleh dicicipi oleh kaum-kaum ningrat, bangsawan tarutama kaum laki-laki, perempuan hanya dijadikan sebagai pemuas nafsu dan budak pada masa itu. Banyak dari kaum perempuan yang teralienasi dari pendidikan itu sendiri.

Perempuan kala itu sedang berada dalam rana marjinal yang berlebihan, hal itu disebabkan oleh beberapa faktor Pertama, akibat konstruksi budaya. Artinya perempuan sering dipetakan atau dipolakan sebagai kaum yang memiliki rana kerja yang sentrallistiknya domestik yang sering dianekdotkan dengan sumur, kasur dan dapur”.

Kedua, akibat pemberdayaan perempuan yang belum merata. Pemberdayaan ini sangat erat kaitanya dengan pendidikan, sebab keterbelakangan perempuan dominan disebabkan oleh rendahnya pendidikan yang dimiliki oleh kaum perempuan.

Mendidik perempuan melalui surat kabar

Dimasa kecil, rohana sudah terbiasa membaca dan berhadapan dengan media dan surat kabar. Dari kedekatan itulah menjadikan dunia baru baginya dan membawanya menjadi jurnalis perempuan pertama di nusantara, sekaligus pelopor media massa perempuan dengan didirikanya surat kabar sunting melayu pada 10 juli 1912.

Dimana berita dan tulisan-tulisanya berkenaan dengan perempuan, ia selalu menampakan perjuanganya sebagai perempuan yang perduli terhadap kaumnya, tulisanya seakan-akan mendobrak dunia kelam, perempuan yang tengah dipermainkan oleh realita yang tidak adil. Disinilah keberanian rohana, ia mampu memformulasikan perjuangan dan gerakanya dalam suasana yang sulit direkayasa. Disini pula letak pentingnya kerja pres ketika dunia masih terkepung dalam pembagian kerja seksual, ia mendobrak dengan kemampuan yang dimiliki sehingga menjadikan pers sebagai komonitas ditenga dominanya laki-laki.

Perempuan Rohana kudus yang memberontak

Rohana Kudus, lahir di Koto Gadang Bukit tinggi, Sumatra Barat pada tanggal 12 Desember tahun 1884. Dari pasangan Muhammad Rasyad Maharaja Sutan dan Kiam, yang ayahnya merupakan seorang jurnalis dan ibunya sebagai perempuan biasa. Rohana Kudus merupakan saudara sebapak dengan Sutan Syahrir (Pimpinan Partai Sosialis Indonesia). dan pada umur 24 tahun Rohana Kudus menikah denan Abdul Kudus pemucak sutan yang memiliki jiwa sosial dan aktif di partai politik.

Kebiasaan membaca buku merupakan karakteristik dari Rohana Kudus sehingga tidak heran jika kemudian, ketika masih berumur 6-8 tahun buku yang ada dirumahnya habis dibaca, karena rajin membaca itulah ia mudah memahami keadaan sosial kala itu, gerakan yang dilakukan Rohana Kudus menjadi seorang guru bagi teman-temanya, ia mengajarkan teman-temanya pentingnya membaca.

Dengan dibekali keterampilan ilmu, ia mengajar teman-teman sebayanya dengan suka rela dan senang hati, dalam sejarah pendidikan di indonesia tidak ada perempuan berumur 10 tahun dimasa itu yang memiliki sekolah terbuka seperti yang dilakukan Rohana, hanya ialah yang membuka sekolah di umur 10 tahun.

KAS pendidikan perempuan dari Rohana Kudus

Rohana sang pendidik ototidak itu sangat akrab dengan situasi perempuan yang di Pingik (tidak boleh keluar rumah), tidak boleh sekolah dan tidak boleh melebihi kercedasaan kaum laki-laki. Tidak ada pendidikan kepada kaum perempuan, perempuan pada akhirnya hanya menjadi “Urang rumah” yang identik dengan tukang masa, tinggal dirumah dan mengurusi suami dan anak-anaknya, dan tidak ada kelayakan pendidikan untuk perempuan akibat dari konstruksi budaya terhadapa pendidikan perempuan.

Sehingga tekatnya sangat kuat untuk mengeluarkan perempuan dari keterpinggiran pendidikan itu, akhirnya atas bantuan Ratna Puti, seorang istri dari Jaksa Kayu Tamam. Maka pada tahun 11 Februari 1911 berdirila Perkumpulan Kerajianan Amai Setia (KAS) sebagai tempat pendidikan bagi kaum perempuan dengan maksud agar derajat perempuan saat itu terangkat, dengan mengajari perempuan pertama menulis dan membaca, berhitung, urusan rumah tangga, agama, akhlak, kepandaian tangan, jahit menjahit dan lain-lain.

Kerajianan Amai Setia (KAS) yang didirikan rohana merupakan salah satu institusi pendidikan perempuan yang yang telah berhasil merubah pola pikir perempuan dan sekaligus merubah image masyarakat betapa pentingnya pendidikan untuk seorang perempuan.

Dari perjuangan yang dilakukan oleh Rohana Kudus inilah, penulis dapat menyimpulkan bahwa perjuangan perempuan kala itu sangat dihadapkan dengan konstruksi ketidak adilan terhadap perempuan, padahal pendidikan bagi seorang perempuan sangatlah penting, ketidakadilan dalam rana pendidikan hanya akan memperkuat konstruksi budaya, bahwa wilaya kehadiran perempuan hanya dalam hal domestik saja.

Ketidak adilan itulah menyebabkan emansipasi kaum perempuan terjadi, dan dengan tidak membiarkan perempuan terkubur dalam ninabobok dan rayuan-rayuan konstruksi budaya yang tidak adil.

Ahmad Basid
Ahmad Basid
Mahasiswa Universitas Nurul Jadid Paiton Probolinggo. CEO Kedai Jintu
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.