Sabtu, Oktober 12, 2024

Ocehan Andi Arief Strategi Selamatkan Elektoral Demokrat?

Raylis Sumitra
Raylis Sumitra
Presedium PENA 98 (Perhimpunan Nasional Aktivitis 98) Jawa Timur Mantan Jurnalis pengemar kopi

Masa depan Partai Demokrat diujung tanduk. Untuk selamatkan partai besutan Susilo Bambang Yudhoyono ini, tidak ada kata lain ikut berselancar dalam hiruk-pikuk Pilihan Presiden 2019 mendatang. Dipilihlah Andi Arief sebagai aktornya?

Tidak ada pilihan lain, cara itulah yang dilakukan Demokrat untuk mendongkrak elektoral mereka. Yang mendekati ambang batas 4 %. Sementara hasil survei Litbang Kompas yang dilakukan September-Oktober 2018, Partai Demokrat hanya memperoleh 4,8 %.

Angka 4,8 % ini sangat tidak aman bagi partai mantan penguasa ini. Kemungkinan akan turun terus hingga pelaksanaan coblosan. Pasalnya, praktis Demokrat tidak terdengar setelah gagal menempatkan putra mahkota Agus Harimurti Yudhoyono dalam helatan Pilpres 2019 mendatang.

Setelah itu, Demokrat seakan lenyap dari peredaraan Pilpres. Bahkan nyaris tidak dihitung dalam hiruk-pikuk Pilpres. Dalam koalisi partai pendukung pasangan nomor urut 2. Yang nampak Gerindra, PKS, PAN dan Partai Berkarya.

Kondisi ini sangat tidak menguntungkan Demokrat. Tidak ada kata lain. Demokrat menampilkan Wakil Sekretarisnya Andi Arief untuk berselancar. Mula-mula, kasus konteiner 7 juta kertas suara yang dihembuskan. Kabar yang ternyata hoaks tersebut, mampu menarik perhatian publik.

Apakah Permintaan PSI Dikabulkan SBY?

Selanjutnya, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang jadi sasaran berselancarnya Andi Arief. Kali ini dia menuduh partai anak muda ini, dalang dibalik penyebaraan Tabloid Indonesia Barokah.

Tuduhan tersebut dibantah Sekretaris Jenderal PSI Raja Juli Antoni. Menurutnya, tuduhan tersebut tidak benar. Karena PSI tidak pernah membicarakan soal Tabloid itu.

Raja Juli juga meminta kepada Susilo Bambang Yudhoyono Pendiri Partai Demokrat, menertibkan Andi Arief. Agar tidak serampangan. Lalu apakah permintaan PSI dikabulkan?

Apabila melihat rekam jejak Andi Arief selama pelaksanaan Pilpres ini. Permintaan tersebut sangat mustahil. Pertama, saat Prabowo memutuskan Sandiaga Uno sebagai Calon Wakil Presidennya. Padalah saat itu Demokrat menginginkan AHY yang mendampingi Prabowo.

Melihat putusan Prabowo tersebut,  Andi Arif mengeluarkan ocehan.  Isinya,  keputusan Prabowo memilih Sandi karena adanya mahar 500 Miliar untuk Partai pendukung.

Kubu Prabowo dan partai koalisipun kebakaran jengot. Mereka ramai-ramai membantah tuduhan Andi Arif. Tuduhan tersebut mengada-ada.

Lalu apa reaksi Partai Demokrat atau SBY dengan tindakan Andi Arief. Meskipun jelas-jelas Demokrat masuk dalam koalisi pendukung Prabowo ? Tidak ada teguran ataupun klarifikasi pengurus Demokrat dengan manuver Andi Arief tersebut.

Bercermin dengan kasus mahar 500 Miliar ini,  sangat mustahil permintaan PSI agar SBY menegur Andi Arief. Sebalinya terjadi pembiaraan apa yang dilakukan  Andi Arief.

Lalu pertanyaanya, apa yang dilakukan Andi Arief bagian dari strategi politik Partai Demokrat untuk menyelamatkan dari jurang degradasi pemilu 2019? Pertanyaan ini akan terjawab seiring dengan perjalanan kampanye. Apakah Andi Arief menjaga ocehannya. Atau bakal ada lagi ocehan yang dilemparkan Andi Arief.

Raylis Sumitra
Raylis Sumitra
Presedium PENA 98 (Perhimpunan Nasional Aktivitis 98) Jawa Timur Mantan Jurnalis pengemar kopi
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.