Minggu, Desember 22, 2024

Nasib Ribuan Anak Yatim Piatu Akibat Covid

Panggih P. Subagyo
Panggih P. Subagyo
Pegiat Literasi, pemerhati isu sosial dan hukum
- Advertisement -

Pandemi covid-19 tidak hanya  berdampak pada aspek kesehatan dan ekonomi saja, namun juga pada aset terbesar bangsa, yaitu anak. Selama pandemi ribuan anak  menjadi yatim piatu karena kehilangan orangtua. Anak-anak yatim piatu tersebut menjadi kelompok paling rentan ditengah pandemi yang masih berlangsung.

Anak merupakan aset terbesar bangsa. Kini puluhan ribu aset tersebut sedang terancam masa depannya. Tentu hal ini mengkhawatirkan bagi perkembangan bangsa kedepan.

Data Kementerian Sosial per Juli 2021 menunjukan ada sebanyak 11.045 anak yang kehilangan orangtua akibat covid-19. Sedangkan data Save the Children terdapat sebanyak 17.257 anak menjadi yatim piatu karena orangtua meninggal akibat covid-19.

Khusus di wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah saja, KPAI mencatat terdapat 7.000 dan 7.756 anak yang kehilangan orangtua. Tidak menutup kemungkinan bahwa jumlah sebenarnya jauh lebih banyak daripada yang tercatat oleh Kemensos, Save the Children ataupun KPAI. Tentu jumlah ini sangat mengkhawatirkan mengingat kasus ini terjadi secara bersama-sama dan masih terus berlangsung.

Bagi saya sulit membayangkan bagaimana anak-anak tumbuh tanpa orangtua. Kehilangan orangtua akan sangat berpengaruh terhadap kondisi psikologis dan perkembangan anak. Seperti yang kita ketahui bahwa usia anak-anak merupakan tahap perkembangan yang sangat penting dan menentukan masa depan.

Pada usia anak mereka mebutuhkan pengasuhan dari sosok orangtua, baik ibu ataupun ayah. Kedua sosok tersebut sebenarnya tidak bisa tergantikan oleh siapapun. Ayah dan ibu mempunyai faktor keintiman dengan anak yang tidak dimiliki oleh oranglain.

Upaya Perlindungan

Vino seorang bocah sepuluh tahun di kalimantan Timur terpaksa menjalani isolasi mandiri sendiri di rumah. Kini dia benar-benar sebatangkara, setelah ayah dan ibunya meninggal dunia akibat terpapar covid-19. Saya tidak bisa membayangkan betapa nestapanya harus hidup seorang diri pada usia sepuluh tahun.

Vino hanya satu dari puluhan ribu anak yang kehilangan orangtua. Anak-anak yang kehilangan orangtua akibat covid-19 harus mendapatkan perlindungan khusus. Negara harus hadir dalam menjalankan fungsinya untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka. Sesuai dengan yang diamanahkan UUD 1945 pasal 34 ayat 1 bahwa fakir miskin dan anak-anak terlantar  dipelihara oleh negara.

Di kehidupan sehari-hari orangtua mempunyai tanggungjawab penuh terhadap  anak, mulai dari pemenuhan kebutuhan dasar, tumbuh kembang, pendidikan dan pengasuhan. Saat kedua orangtua meninggal tentu anak akan menjadi sangat rentan. Anak-anak belum mampu untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, mereka butuh bantuan dari orang lain.

Upaya perlindungan yang dilakukan negara harus benar-benar terencana dan memberikan dampak signifikan terhadap anak. Dibutuhkan sinergi antar lembaga untuk memberikan perlindungan terhadap anak. Seperti Kemnsos, KPAI, Kemendikbud dan Kemenkeu harus bersinergi agar mempunyai kebijakan yang terintegrasi untuk memberikan perlindungan pada anak yatim piatu akibat covid-19.

- Advertisement -

Kebijakan bantuan yang diprogramkan pemerintah diharapkan berkesinambungan dalam jangka panjang yang bertujuan untuk kemandirian anak di masa depan. Bukan bantuan yang sekali putus dan bersifat konsumtif.

Selain perlindungan terhadap hak-hak dasar, anak-anak yatim piatu juga membutuhkan pendampingan psikologis. Kehilangan orangtua akan meninggalkan kesedihan dan luka yang mendalam bagi anak. Bagaimana tidak, mereka kehilangan orang yang selama ini memberikan kasih sayang dan rasa aman. Kebutuhan akan kasih sayang dan rasa aman sama penting dengan pemenuhan kebutuhan dasar.

Pendampingan psikologis akan membantu anak untuk menstabilkan emosi, mengurangi kesedihan dan mencegah trauma. Tentu pendampingan harus dilakukan oleh pihak yang memiliki kompetensi khusus. Pendampingan oleh psikolog harus disediakan oleh pemerintah di setiap wilayah. Seperti psikolog-psikolog yang berada di Puskesmas harus terlibat dalam pendampingan ini.

Pendampingan psikologis juga dapat menjadi proses asesmen terhadap anak, sebagai acuan untuk merumuskan kebijakan terhadap mereka.

Dukungan Sosial

Dalam memberikan penanganan terhadap anak yatim piatu akibat covid-19, tentu pemerintah tidak bisa bekerja sendiri. Pemerintah membutuhkan dukungan dari masyarakat dan lembaga sosial masyarakat untuk menyelesaikan permasalahan ini. Pemerintah berperan dalam membuat kebijakan, sedangkan masyarakat mempunyai peran untuk bahu membahu memberikan dukungan sosial. Masyarakat jelas mempunyai tanggungjawab moral untuk membantu anggota masyarakatnya yang mengalami kesulitan.

Kekuatan sosial masyarakat merupakan modal penting dalam memberikan dukungan terhadap anak yatim piatu akibat covid-19. Kita patut bersyukur bahwa masyarakat kita mempunyai modal tersebut.

Seperti gerakan kawalmasadepan.com yang digagas oleh anak-anak muda untuk mengumpulkan donasi kemudian memberikan santunan kepada anak yatim piatu akibat covid-19. Kalis Mardiasih salah satu penggagas gerakan mengatakan bahwa selain memberikan santunan, kedepan juga akan memberikan beasiswa pendidikan kepada anak yang kehilangan orangtua akibat pandemi.

Gerakan seperti ini yang harus kita apresiasi dan dukung bersama. Sehingga apa yang kita harapan bersama terhadap masa depan anak-anak dapat terwujud. Upaya penyelamatan masa depan anak membutuhkan semangat gotong royong dari pemerintah dan masyarakat.

Ribuan anak yang kehilangan orangtua akibat covid-19 bukan sekedar data statistik semata. Mereka adalah individu yang mempunyai hak untuk hidup dan masa depan yang cerah. Jangan biarkan mereka kehilangan kesempatan untuk menyonsong masa depan karena tiadanya perlindungan dan dukungan sosial.

Pandemi masih terus bergulir. Peristiwa kehilangan orangtua kemungkinan masih akan terjadi. Semua pihak harus bergandengan tangan dan mengambil peran masing-masing.

Anak-anak yatim piatu bukan hanya membutuhkan bantuan agar tetap hidup, tetapi supaya mereka masih mempunyai kesempatan untuk mewujudkan impian dan cita-cita di masa depan. Kehilangan orangtua adalah kehilangan terbesar bagi anak-anak. Sakit bisa diobati namun anak yang kehilangan orangtua akan kehilangan selamanya.

Panggih P. Subagyo
Panggih P. Subagyo
Pegiat Literasi, pemerhati isu sosial dan hukum
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.