Jumat, Maret 29, 2024

Merayakan GIS Day

Aulia Akbar
Aulia Akbar
Pemerhati kebijakan publik. Aktif bekerja di Bappedalitbang Kab. Deli Serdang

Tahun ini hari Sistem Informasi Geografis (SIG) atau lebih populer dengan sebutan Geographic Information Systems Day (GIS Day) jatuh pada tanggal 16 November 2022.

GIS Day merupakan kegiatan internasional tahunan yang pertama kali diadakan pada tanggal 19 November 1999. Indonesia pernah menjadi tuan rumah perayaan GIS Day yang dipusatkan di Universitas Indonesia pada tahun 2017 yang lalu. Berbagai kegiatan diadakan untuk menyemarakkan kegiatan tahunan ini, seperti: seminar, diskusi panel, pameran dan pertunjukan teknologi SIG, pelatihan, peluncuran aplikasi pemetaan baru, perlombaan antar pelajar/mahasiswa, dan beragam kegiatan lain yang memanfaatkan teknologi SIG dalam pelaksanaannya.

Sejarah Perkembangan SIG

Burrough di dalam buku Principles of Geographic Information Systems for Land Resources Assessment mendefinisikan SIG sebagai kumpulan alat (tools) yang digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan, memanggil, mentransformasi, dan menampilkan data-data spasial permukaan bumi (Burrough, 1986).

Sejarah pengembangan teknologi SIG berawal dari kebutuhan umat manusia untuk menyelesaikan masalah yang mereka hadapi dengan melakukan analisis terhadap lingkungan di sekitarnya.

Perkembangan era revolusi industri kemudian menuntut manusia untuk berpikir dan bertindak lebih kreatif, termasuk melakukan terobosan agar produksi peta dapat dilakukan secara lebih cepat dan masif, dan tidak lagi dilakukan secara manual. Hal inilah yang kemudian mendorong para ilmuwan untuk mengembangkan teknologi pemetaan dengan memanfaatkan komputer di awal tahun 1960-an.

Dikutip dari situs ESRI (www.esri.com), awalnya teknologi SIG dikembangkan secara terbatas oleh komunitas akademisi perguruan tinggi. Dalam perkembangannya, National Center for Geographic Information and Analysis (NCGIA), yang dipimpin oleh Michael Goodchild, kemudian memulai riset pengembangan ilmu informasi geografis yang fokus pada analisis spasial dan visualisasi data spasial. Hasil-hasil riset dari lembaga ini menjadi dasar yang cukup berarti dalam pengembangan SIG di tahap-tahap selanjutnya.

Pada tahun 1963, Roger Tomlinson, seorang ahli geografi dari Kanada, membangun aplikasi SIG berbasis komputer untuk pertama kalinya. Sistem yang dia bangun kemudian dinamakan GIS atau SIG dan Roger Tomlinson diberi julukan “the father of GIS (Bapak SIG)”.

Di tahun 1965, seorang ilmuwan dari Northwestern University bernama Howard Fisher mendirikan Harvard Laboratory for Computer Graphics yang di kemudian hari menjadi pusat riset terkemuka di bidang analisis spasial dan visualisasi data spasial. Pusat riset ini berjasa besar melahirkan konsep dan prinsip-prinsip dasar aplikasi SIG yang masih relevan untuk digunakan hingga saat ini.

Kedigdayaan SIG makin berkibar pasca salah seorang anggota laboratorium tersebut, Jack Dangermond dan istrinya Laura Dangermond mendirikan ESRI pada tahun 1969.

Pada awalnya perusahaan ini bergerak di bidang pemetaan berbasis komputer dan analisis spasial untuk membantu perencana tata ruang dan pemilik/pengelola lahan dalam proses pengambilan keputusan. Di tahun-tahun berikutnya, ESRI semakin fokus untuk terus mengembangkan aplikasi pemetaan berbasis SIG sebagai bisnis utamanya.

Pada tahun 1981, ESRI meluncurkan perangkat lunak ARC/INFO sebagai produk komersial SIG yang pertama. ARC/INFO ini kemudian terus dikembangkan dan disempurnakan hingga menjadi ArcGIS, yang saat ini menjadi aplikasi yang paling laris bahkan menjadi tolok ukur standar aplikasi SIG yang berlaku secara internasional.

ESRI saat ini menguasai sekitar 43 persen dari pangsa pasar yang ada serta menjadi perusahaan paling terkemuka di bidang aplikasi SIG, SIG berbasis web, dan berbagai aplikasi teknologi informasi berbasis data spasial.

Saat ini platform SIG yang bersifat terbuka dan gratis (open source) telah banyak pula dikembangkan dan digunakan oleh khalayak ramai. QuantumGIS atau biasa disingkat QGIS misalnya, telah berkembang cukup pesat bahkan menyaingi kepopuleran ArcGIS yang telah lebih dahulu ada. QGIS dikembangkan Gary Sherman seorang ahli program SIG pada awal tahun 2002. Karena bersifat terbuka, ada banyak komunitas dan ahli SIG yang turut serta membangun dan mengembangkan kemampuan QGIS untuk mengolah beraneka data spasial.

Berkembangnya QGIS semakin mengukuhkan posisi SIG sebagai aplikasi pemetaan yang paling banyak digunakan dalam pengelolaan data spasial.

Penggunaan SIG

Saat ini pengolahan data spasial dengan aplikasi SIG dapat dengan mudah ditemukan di kantor-kantor pemerintah, LSM, maupun swasta. Hampir semua aplikasi pemetaan yang beredar saat ini menggunakan konsep dan prinsip SIG dalam proses pembuatan dan pengembangannya.

Sebagian besar generasi milenial saat ini mungkin cukup akrab dengan platform Google Map ataupun Google Street View yang digunakan sebagai penunjuk lokasi atau alat untuk mencari rute perjalanan terdekat ke suatu tempat. Tapi mungkin belum banyak yang tahu bahwa kedua platform tersebut dibangun berdasarkan prinsip-prinsip dasar SIG.

Selain itu, berbagai platform sosial media juga telah menyediakan fitur penanda lokasi (geo-tagging) yang cukup sering dimanfaatkan para pengguna. Fitur ini pun dibangun dengan menerapkan konsep SIG. Aplikasi tempat berbelanja online dan jasa kurir juga membangun sistem antar jemput orang atau barang dengan aplikasi berbasis SIG.

SIG juga telah banyak digunakan untuk visualisasi data spasial ataupun informasi yang terkait dengan kebumian. Peta batas wilayah, rencana tata ruang, dan peta-peta tematik lainnya hampir seluruhnya dibuat dengan menggunakan aplikasi SIG. Satu atau dua dekade yang lalu mungkin kita tidak terbiasa dengan file berekstensi “*.shp”. Saat ini, file dengan ekstensi tersebut sudah jamak digunakan bahkan dibagikan lintas institusi.

SIG juga sangat bermanfaat untuk melakukan berbagai analisis spasial. Penentuan lokasi yang paling tepat untuk mendirikan fasilitas publik, pemodelan bencana, prediksi perubahan tata guna lahan, sampai dengan analisis sebaran wabah penyakit adalah beberapa contoh riil penggunaan SIG dalam proses pengambilan keputusan.

Beberapa waktu yang lalu, kita juga sering menemukan info dalam bentuk peta dan grafik yang mengilustrasikan perkembangan sebaran pandemi Covid-19. Kemudian kita bisa mengetahui informasi terakhir termasuk peta kawasan terdampak bencana melalui situs www.petabencana.id yang dikembangkan oleh Yayasan Peta Bencana. Berbagai contoh kasus ini menunjukkan hampir seluruh permasalahan kompleks yang ada di tengah-tengah masyarakat, dapat dituangkan secara visual ke dalam peta dengan memanfaatkan teknologi SIG.

Pengembangan SIG yang adaptif serta sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan zaman membuat penggunaan SIG menjadi semakin luas. Dengan demikian, masa depan SIG masih cukup cerah dan menjanjikan. Keahlian untuk membangun sistem berbasis SIG serta keterampilan menggunakan SIG dalam pengelolaan data spasial masih sangat relevan untuk saat ini. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan GIS Day bisa menjadi sarana untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang SIG sekaligus pintu masuk untuk menjadi pegiat SIG.

Selamat merayakan GIS Day!

Aulia Akbar
Aulia Akbar
Pemerhati kebijakan publik. Aktif bekerja di Bappedalitbang Kab. Deli Serdang
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.