Sabtu, April 20, 2024

Menjadi Guru di Era Digital

muhammad ridha
muhammad ridha
Dosen Teknologi Pendidikan UIN Antasari Banjarmasin; Alumni Program Magister Teknologi Pembelajaran Universitas Negeri Malang; Ketua Yayasan Titik Fokus Karya. Penulis dapat dihubungi via email ridha@uin-antasari.ac.id

Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi yang semakin cepat dewasa ini secara langsung maupun tidak langsung memberikan pengaruh yang signifikan terhadap dunia pembelajaran, baik pada peserta didik  maupun pada guru.

Perubahan yang terjadi pada peserta didik meliputi cara berfikir (the ways of thinking), cara belajar (the ways of learning) dan cara bersikap (the ways of behave). Sejak terjadi pergeseran paradigm dalam dunia pendidikan dari yang semula berorientasi pada guru  menjadi berorientasi pada siswa.

Fokus perhatian pun diarahkan bukan lagi pada pertanyaan bagaimana seorang guru mengajar, tapi lebih difokuskan pada pertanyaan bagaimana peserta didik agar bisa belajar dan menikmati proses pembelajaran. Dengan kata lain, perubahan pada diri peserta didik sebagaimana tersebut di atas menghendaki penyesuaian oleh guru dalam membelajarkannya.

Membelajarkan Generasi Digital

Peserta didik hari ini dapat diklasifikasikan sebagai generasi digital asli, yaitu mereka yang lahir dan berkembang di era digital sedangkan para guru mayoritas merupakan generasi digital imigran, yaitu generasi yang lahir sebelum era digital.

Namun dalam perkembangannya diusianya hari ini mereka juga ikut serta menikmati era digital (Prensky, 2001). Perbedaan klasifikasi secara sosiologis tersebut mengisyaratkan bahwa  antara guru dan peserta didik memiliki pengalaman sosial yang berbeda, sebagai pengaruh dari perbedaan beragam fenomena sosial yang menyertai masa hidup dan perkembangannya, sehingga menyebabkan perbedaan cara berfikir, cara belajar dan cara bersikap antara keduanya.

Pembelajaran merupakan suatu usaha sadar dan terencana dalam rangka membelajarkan peserta didik untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Semua langkah dalam pembelajaran mulai dari perencanaan pembelajaran, proses pembelajaran dan evaluasi pembelajaran diarahkan pada bagaimana agar peserta didik belajar.

Sehingga, dalam hal ini guru sebagai seorang pendidik, fasilitator pembelajaran dan patner belajar bagi peserta didik, dituntut untuk memahami dengan baik cara berfikir, cara belajar dan cara bersikap peserta didik dalam rangka memberikan penanganan dan pendampingan yang tepat dalam proses belajarnya.

Ibarat seorang ibu dan anak dalam hal memberi makan, maka tujuan yang dingin dicapai adalah agar si anak bisa makan (dengan lahap). Ketika anak di suguhkan menu hidangan yang telah diolah sang Ibu, namun tidak tertarik bahkan menolak untuk makan, maka yang harus dirubah adalah menu makanan atau bentuk penyajiannya, bukan anaknya yang dipaksa agar tetap mau makan.

Begitu pun dalam pembelajaran. Hal tersebut merupakan sebuah keharusan untuk dilakukan, mengingat bahwa peserta didik lahir dan berkembang di zamannya (digital) dan disiapkan untuk hidup dan berkembang di zamannya sekarang dan di masa yang akan datang.

Pengintegrasian beragam teknologi informasi dan komunikasi dalam proses pembelajaran merupakan salah satu bentuk penyesuaian pembelajaran dengan karakteristik peserta didik. Penyesuaian tersebut meliputi pengembangan media-media pembelajaran elektronik atau berbantuan komputer, pemanfaatan situs media-media sosial untuk aktivitas pembelajaran dan pengembangan strategi-strategi pembelajaran online dan perpaduan antara online dan tatap muka (blended learning).

Penanganan dan pendampingan yang tepat dalam arti sesuai dengan keunikan karaktersitik peserta didik serta situasi dan kondisi lingkungan proses pembelajaran, baik dalam bentuk pemilihan beragam strategi pembelajaran maupun bentuk interaksi antara guru dan peserta didik merupakan hal yang sangat penting bagi kesuksesan usaha pencapaian tujuan pembelajaran.

Strategi pembelajaran yang tepat yang digunakan guru dalam membelajarkan peserta didik akan memicu meningkatkan daya tarik peserta didik untuk belajar. Begitu juga sebaliknya, jika strategi pembelajaran yang digunakan guru dianggap membosankan, maka akan memicu menurunkan daya tarik peserta didik untuk belajar.

Kolaborasi berbasis TIK

Tantangan guru berikutnya selain keunikan karakteristik generasi digital sebagaimana tersebut diatas adalah menyeimbangkan capaian pembelajaran antara akademik dan karakter. Jika hasil capaian akademik dapat dilihat dengan mudah berdasarkan pola jawaban atau skor yang diperoleh peserta didik, beda halnya dengan capaian pembelajaran dalam hal karakter. Hasil dari capaian pembelajaran karakter hanya akan dapat dilihat dari beragam tingkah laku yang ditampilkan peserta didik ketika berinteraksi dengan lingkungannya.

Pembentukan karakter bagi peserta didik memerlukan waktu yang lama dan dilakukan secara terus menerus. Proses pembentukan karakter bagi peserta didik  berhubungan sangat erat dengan situasi dan kondisi di sekitarnya, meliputi beragam kejadian atau informasi yang dilihat, didengar dan dirasakannya.

Dewasa ini, Kemudahan akses hampir tanpa batas terhadap beragam informasi tanpa ada filter yang memadai, disamping memberikan kemanfaatan, juga memberikan kemudaratan. Banjir informasi tanpa ada perbedaan jelas antara konten yang mendidik dan tidak mendidik, informasi yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan dengan hoaks hampir sudah tidak terbendung.

Oleh karena itu, dalam usaha pembentukan karakter peserta didik tidak cukup jika hanya mengandalkan peran guru di sekolah mengingat sebagian besar waktu yang dimililki peserta didik juga digunakan untuk aktivitas-aktivitas di luar lingkungan sekolah, terutama di rumah.

Pendidikan sejatinya adalah tugas orang tua terhadap anak-anaknya dan guru sejatinya adalah patner bagi orang tua untuk mendidik anak-anak mereka.  Belajar secara formal disekolah dengan didampingi oleh guru dan warga sekolah lainnya bukan berarti meniadakan peran orang tua untuk mendidik anak-anaknya.

Orang tua dan guru dalam konteks pendidikan bagi anak harus dibaca dengan satu tarikan nafas, yaitu pendidik. Kolaborasi antara keduanya merupakan faktor kunci keberhasilan pendidikan bagi  anak, baik dalam hal akademik maupun karakter.  Begitu juga sebaliknya, kurang dan bahkan tidak adanya kolaborasi diantara keduanya, maka akan sangat menghambat usaha pencapaian tujuan pendidikan sebagaimana diharapkan.

Oleh karena itu, antara pendidik dan orang tua perlu menjalin suatu kolaborasi apik berupa saling berbagi peran dan bertukar saran dan informasi tentang kondisi dan perkembangan peserta didik dalam rangka mensukseskan pencapaian tujuan pendidikan sebagaimana diharapkan.

Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dewasa ini merupakan suatu peluang besar yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan  kolaborasi apik antara guru dan orang tua. Beragam jejaring sosial dapat dimanfaatkan untuk membangun sistem informasi terpadu sederhana antara guru dan orang tua dalam rangka memudahkan orang tua untuk memantau proses belajar anak dan memudahkan guru untuk mendapatkan informasi atau masukan yang mendukung proses belajar.

Kolaborasi apik berbasis TIK antara guru dan orang tua sebagaimana tersebut di atas merupakan sebuah pilihan utama dalam rangka mengambil manfaat maksimal dari perkembangan TIK untuk mengoptimalkan usaha pencapaian pembelajaran bagi peserta didik, baik akademik maupun karakter. Wallahu a‘alamu bisshawab

 

muhammad ridha
muhammad ridha
Dosen Teknologi Pendidikan UIN Antasari Banjarmasin; Alumni Program Magister Teknologi Pembelajaran Universitas Negeri Malang; Ketua Yayasan Titik Fokus Karya. Penulis dapat dihubungi via email ridha@uin-antasari.ac.id
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.