MENITIPKAN NKRI KEPADA SANTRI
Oleh: Rosidi Bahri, Santri Asli Sumenep
Kunjungan Presiden Joko Widodo ke berbagai Pondok Pesantren di Indonesia yang dikemas dengan beragam acara, membuktikan keinginan Jokowi untuk tetap tampil dan bersama dengan masyarakat akar rumput yang selama ini menjadi icon dari sosok presiden ke-6 ini. Silaturrahim yang dilakukan ini tentu berkaitan erat dengan keinginan beliau untuk tampil kembali di konstelasi Pilpres 2019 nanti. Mengingat sampai sejauh ini, hasil survey masih menjagokannya di atas tokoh-tokoh yang lain.
Tidak kalah penting dari hal itu, silaturrahim ini sudah pasti pasti akan mencounter isu-isu miring yang dialamatkan kepada Jokowi. Seperti issue keberpihakan Jokowi kepada asing, kriminalisasi ulama dan umat islam, bahkan tidak sedikit yang mengait-ngaitkan Jokowi dengan PKI.
Namun, tulisan ini tidak untuk mengkritisi lebih jauh apa sebenarnya misi silaturrahim Pak Presiden, penulis sebagai alumni pesantren, memegang teguh prinsip untuk mengedepankan husnuddzan terhadap apapun yang dilakukan orang lain. Lebih-lebih kepada tamu yang nyata-nyata hendak bersilaturrahim.
Hari ini (08/10/2017), Pak Jokowi melanjutkan agenda silaturrahimnya dengan mengunjungi tiga pondok pesantren sekaligus di Kabupaten Sumenep Madura. Yaitu Pondok Pesantren Annuqayah, Al Amin, dan Al Karimiyah. Seperti biasanya, grand tema yang beliau sampaikan adalah ajakan untuk sama-sama peduli dalam menjaga keutuhan, kesatuan dan kebhinekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan tema ini Presiden meyakini, bahwa kemajemukan ini akan tetap berlangsung aman dan damai hanya jika ada kepedulian yang tinggi dari masyarakat pesantren.
Keyakinan ini sangatlah berdasar, mengingat fakta sejarah bahwa berdirinya negara ini merupakan hasil perjuangan leluhur para santri. Bukanlah sesuatu yang sulit untuk membaca fakta sejarah perjuangan kaum santri dalam membela dan menjaga kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Seperti yang tertuang dalam buku Masterpice Islam Nusantara, karya Gus Zainul Milal, bahwa pondasi berdirinya NKRI adalah hasil jihad dan ijitihad para kiai yang kemudian menjadi kaidah perjuang hubbul wathan minal iman. Bahkan, tidak akan pernah terdengar pekikan takbir Bung Tomo, seandainya tidak ada seruan dari hadlaratul al syaikh Hasyim Asy’arie.
Disebutkan juga dalam buku ini, perjuangan para kiai melawan penjajah tidak semata-mata karena penindasan dan kekejaman yang dilakukan oleh penjajah. Lebih dari pada itu, kekuatan kiai dan para santri menjadi satu padu karena ikatan emosional yang sangat kuat, hal itu karena adanya kesinambungan sanad keilmuan diantara para kiai, yang sampai saat ini tetap terjaga dengan baik. Sehingga gerakan yang dilakukan santri akan lebih mudah dikendalikan. Apalagi dalam tradisi pesantren, ketaatan kepada guru dan kiai adalah harga mati.
langkah dan kebijakan politik yang diambil oleh Jokowi dengan menitipkan NKRI kepada santri adalah keputusan yang sangat tepat. Apalagi diwaktu yang bersamaan, sebagian umat Islam Indonesia sudah banyak yang mulai terbawa arus issue sempalan yang digembar-gemborkan oleh gerombolan islam transnasional. Maka menitipkan NKRI kepada santri, sama halnya dengan mengembalikan kepercayaan dan amanat para leluhur yang menjadi pelopor berdirinya negara Indonesia, yang selajutnya akan terus diperjuangkan, diajaga, oleh para santri.