Kasus penembakan sekolah terbanyak di dunia terjadi di Amerika Serikat dan sudah menjadi isu yang memprihatinkan. Negara ini bahkan telah mencatat sejumlah insiden penembakan massal di sekolah yang sangat tragis dan sering terjadi.
Penembakan sekolah di Amerika Serikat telah terjadi sejak tahun 1979, namun semenjak naiknya Donald Trump sebagai presiden ke-45 kasus penembakan di sekolah semakin naik dari tahun sebelumnya. Tercatat sebanyak 124 kasus di tahun 2019 menjadikan angka tersebut merupakan sejarah tertinggi selama era kepemimpinan Donald Trump.
Presiden Donald Trump cenderung memberikan respons yang lebih minim terhadap insiden penembakan di sekolah. Dimana Trump sendiri lebih berfokus pada perlindungan hak pemilik senjata ketimbang membatasi akses masyarakat.
Pada kampanye yang dilakukan oleh Trump di Harrisburg, Negara Bagian Pennsylvannia pada Februari 2024, Trump terus menjanjikan kelonggaran hak kepemilikan senjata api bagi masyarakat Amerika Serikat. Hal tersebut tidak berlangsung lama karena ia ditembak oleh pendukungnya sendiri pada waktu setempat, bahkan peluru tersebut berhasil melukai telinga kanan atas Trump.
Bagi para kelompok masyarakat yang pro terhadap kepemilikan senjata, hal tersebut tentulah menjadi salah satu alasan mereka untuk mendukung kembalinya Trump menjadi presiden di Amerika Serikat. Meskipun ada juga sebagian masyarakat yang ingin diberlakukan pembatasan ketat terhadap hak kepemilikan senjata api.
Trump juga meminta warga yang taat hukum untuk dipersenjatai termasuk para guru. Trump lantas mengusulkan agar para guru diizinkan membawa senjata api ke dalam kelas. Dimana sang guru tersebut akan mendapatkan pelatihan terlebih dahulu dari para ahli dan dibantu pembiayaan dalam memperoleh senjata api.
“Jika bahkan 5% guru, orang yang terampil dengan senjata, kami menginginkannya. 5% dipersenjatai secara sukarela dan dilatih untuk menghentikan para penembak. Pencegahan yang kita lakukan akan efektif dan maslah tidak akan ada lagi,” kata Trump pada National Rifle Association Convention April 2023 di Indianapolis, Indiana.
Sementara kebijakan pajak yang dikeluarkan oleh Joe Biden, dimana pajak bagi orang kaya dan korporasi meningkat untuk membiayai program-program sosial sehingga bisa mengurangi kesenjangan sosial ternyata tidak cukup berpengaruh dalam mengurangi angka penembakan di Sekolah. Inflasi yang meningkat pasca era pandemic COVID-19 mencapai puncaknya pada tahun 2022 sebesar 9,1% dan berdampak pada ekonomi masyarakat.
Ketidaksetaraan ekonomi menyebabkan banyak anak dari keluarga yang berekonomi rendah tidak mendapatkan kasih sayang serta perhatian yang cukup dari orang tuanya. Kapitalisme yang sadis di Amerika Serikat juga menjadi penyebab suatu anak terdorong untuk melakukan tindak kekerasan seperti bullying, sehingga menjadikan korban kekerasan menyimpan dendam dan menembak pelaku di sekolah.
Pada tahun 2023, Amerika Serikat mencatat angka tertinggi dalam jumlah insiden penembakan sekolah di negaranya. Dengan jumlah insiden yang tercatat sebanyak 349 kasus, lonjakan kasus tersebut menjadikan angka tertinggi di era kepemimpinan Biden selama menjabat menjadi presiden.
Joe Biden telah berusaha mengusulkan kebijakan untuk mengendalikan senjata, tetapi tantangan politik terus menghambat implementasi. Sedangkan untuk meloloskan suatu undang-undang diperlukan total 60 suara dari anggota Senat Amerika Serikat. Bahkan hampir seluruh pro-politisi senjata api berasal dari Partai Republikan.
Hal tersebut tidak terlepas dari Amandemen Kedua Konstitusi Amerika Serikat yang berbunyi, “Milisi yang diatur dengan baik, yang diperlukan untuk keamanan Negara yang bebas, hak rakyat untuk memiliki dan membawa senjata, tidak boleh dilanggar.” Dimana mayoritas anggota Partai Republikan mendukung kuat Amandemen tersebut termasuk Donald Trump sendiri.
Ditambah kekuatan lobi dari para kelompok pro senjata api membuat rencana tersebut semakin terhalang. Salah satunya yaitu National Rifle Association (NRA), merupakan organisasi yang mendukung peraturan senjata agar lebih longgar. NRA sudah berdiri sejak tahun 1871 dan memliki basis massa yang besar. Mereka aktif melobi para anggota Kongres dengan guyuran uang, sehingga keberadaan senjata api tak diatur secara ketat–terlebih lagi dihapuskan dari masyarakat.
Setelah terjadinya insiden penembakan yang besar di era Biden, data mencatat terjadinya peningkatan penjualan senjata yang signifikan. Industri senjata api sendiri telah menyumbang sekitar 90,6 milyar USD dalam aktivitas ekonomi di Amerika Serikat pada tahun 2024. Dan sudah termasuk pajak ke pemerintah yang sentuh angka 10,9 milyar USD–berasal dari para pegawai maupun perusahaan.
Donald Trump fokus melakukan upaya pada peningkatan keamanan fisik di sekolah, seperti penggunaan teknologi keamanan dimana gedung-gedung di sekolah dibuat anti peluru, serta penempatan polisi di sekolah. Juga menekankan pelatihan para guru dan staf dalam menghadapi situasi darurat.
Disisi lain, Joe Biden berupaya mendorong pendekatan holistik yang mencakup dukungan kesehatan mental serta program pencegehan kekerasan bagi anak-anak. Biden juga ikut melibatkan para orang tua dan guru untuk menciptakan lingkungan yang aman bagi para siswa.
Namun ternyata upaya yang telah dilakukan oleh kedua Presiden itu belum juga membuahkan hasil yang memuaskan. Para pelajar di Amerika Serikat terus mendesak pemerintah untuk mengeluarkan peraturan yang membatasi penggunaan senjata api, agar mereka bisa belajar dengan tenang dan aman di sekolah. Lantas dilantiknya Donald Trump sebagai presiden pada periode keduanya, apakah bisa menekan angka penembakan di sekolah dari tahun-tahun sebelumya?