Jumat, Maret 29, 2024

Mengulik Uniknya Tradisi Rasulan di Gunung Kidul

Fathin Faridah
Fathin Faridah
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.

Yogyakarta dari nama provinsinya saja sudah mendeskripsikan bahwa daerah ini memang beda dari yang lain. Daerah Istimewa Yogyakarta, daerah yang menyimpan ribuan keistimewaan di dalamnya.

Keistimewaan yang disuguhkan meliputi beragam kebudayaan yang masih melekat hingga saat ini. Mulai dari perayaan hari-hari besar, gotong-royong, dan lain sebagainya. Salah satu daerah yang berada di Yogyakarta dan masih kental dengan kebudayaannya yaitu Kabupaten Gunung Kidul.

Kebudayaan daerah dari Gunung Kidul yang masih ada hingga saat ini salah satunya adalah tradisi rasulan. Dua tahun terdampak pandemi, warga Gunung Kidul tidak melaksanakan tradisi rasulan seperti biasanya.

Baru mulai tahun ini kembali merayakan dengan ramai-ramai. Rasulan atau membersikan dusun ini dilakukan oleh para petani sesudah musim panen. Waktu pelaksanaan tergantung kesepakatan bersama dari warga setiap dusun, tetapi biasanya dilakukan sekitar bulan Juni atau Juli.

Rasulan biasanya berlangsung selama beberapa hari. Rangkaian acara diawali dengan kerja bakti atau membersihkan lingkungan sekitar dusun. Warga bergotong-royong memperbaiki jalan, menciptakan atau mengecat pagar pekarangan, serta membersihkan makam. Selanjutnya, tradisi rasulan juga disemarakkan dengan aneka macam rangkaian acara olahraga dan pertunjukan seni budaya.

Puncak keramaian acara rasulan terjadi dikala diselenggarakannya acara kirab. Kirab ialah semacam karnaval atau arak-arakan mengelilingi desa. Dalam program kirab itu dibawa pula gunungan yang berisi hasil panen mirip pisang, jagung, padi, sayur-mayur, dan hasil panen lainnya.

Setelah kirab selesai, kemudian dilakukan doa bersama satu dusun untuk meminta ketentraman dan keselamatan seluruh warga, terdapat juga kegiatan untuk ziarah ke makam pendahulu yang berada di sekitar dusun masing-masing warga.

Tradisi rasulan merupakan potret kebudayaan yang perlu dilestarikan. Karena dari tradisi ini terdapat nilai-nilai yang dapat diambil. Warga masyarakat Gunung Kidul sadar akan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa kaena telah memberi nikmat, kerukunan antar warga masih tejalin sangat erat karena melakukan gotong-royong untuk membersihkan dusun, melalui beberapa pertunjukan yang ada merupakan bentuk melestarikan kebudayaan yang sudah mulai terdesak oleh perkembangan zaman dan teknologi.

Fathin Faridah
Fathin Faridah
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.