Kamis, April 25, 2024

Mengucap Belasungkawa di Media Sosial: Narsis atau Tulus?

Via Rizqi Dwiyanti
Via Rizqi Dwiyanti
Mahasiswi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Belakangan, jagat entertainment sedang dihebohkan oleh kecelakaan tunggal yang menewaskan artis ternama Vanessa Angel dan suaminya Bibi. Yang kemudian menarik simpati banyak orang adalah anak mereka yang masih berusia di bawah tiga tahun selamat dari tragedi naas tersebut.

Kejadian itu membuat teman, kerabat, dan keluarga korban merasakan perasaan kehilangan yang hebat. Berbagai macam status, postingan, hingga komentar belasungkawa membanjiri akun sosial media korban. Pertanyaannya, apakah ucapan belasungkawa yang dipublikasikan merupakan cerminan rasa kehilangan yang tulus atau sekadar narsisme belaka?

Pergeseran pola interaksi juga berpengaruh dalam budaya narsisme yang kian meningkat. Interaksi adalah upaya yang dilakukan makhluk hidup yang satu dengan yang lainnya untuk berkomunikasi. Dahulu, satu-satunya cara berkomunikasi yang efektif adalah dengan bertatap muka secara langsung.

Kini, satu individu dapat berkomunikasi dan menyampaikan perasaannya dengan jutaan orang lain melalui media sosial sebagai perantaranya tanpa perlu bertemu secara langsung. Berubahnya tata cara berinteraksi di era digital inilah yang akhirnya menciptakan tendensi yang kuat dalam diri untuk terus melakukan kegiatan narsisme berulang kali tanpa disadari.

Saat ini media sosial adalah tempat bagi keterbukaan informasi yang bisa diakses masyarakat secara masif tanpa memandang status ekonomi dan sosialnya. Semua orang dapat mengakses dan memposting komentar mengenai berita terbaru dengan mudah.

Dengan segala kemudahan itu, tak dapat dipungkiri akan ada segelintir orang yang memanfaatkan situasi dan kondisi tertentu untuk mendapatkan hal yang ia inginkan. Berita tewasnya dua orang terkenal seperti Vanessa dan Bibi bisa jadi adalah lahan bagi mereka yang ingin memanen kepopuleran, mengingat jumlah populasi penggemar selebriti yang besar akan menghasilkan reaksi yang besar pula.

Tidak dapat dipungkiri, dengan meledaknya berita kecelakaan tunggal tersebut semua orang dari berbagai kalangan lantas berbondong-bondong menyuarakan dukanya dalam bentuk postingan dan komentar di sosial media. Hampir semua unggahan berisi kalimat belasungkawa yang bertemakan kesedihan dan rasa kaget luar biasa. Hal ini memunculkan peristiwa yang ganjil di tengah berita duka dalam dunia hiburan. Sebab semua kalangan, bahkan orang yang tidak pernah bersinggungan sama sekali dengan Vanessa dan Bibi sekalipun melontarkan perasaan kehilangan yang teramat dalam.

Apakah mereka sungguh-sungguh merasakan kesedihan luar biasa atau hanya memanfaatkan momen duka untuk melakukan aksi narsis demi meraup keuntungan semata?

Tentu saja hal tersebut kembali kepada cara individu berduka dan menunjukkan simpatinya. Luapan perasaan tiap individu terhadap rasa duka jelas berbeda. Bukan hak kita sebagai pengguna internet untuk menjustifikasi niat dari setiap pengguna yang mengucap belasungkawa di media sosial untuk para korban kecelakaan tunggal tersebut.

Saya bukan ahli agama atau tokoh terkemuka, tetapi saya lebih dari tahu; memanfaatkan situasi duka dan perasaan kehilangan demi kepopuleran adalah hal jahat yang nyata terpampang di depan mata. Tidak perlu menjadi agamis dan paham ilmu psikologi untuk menaruh rasa simpati dan toleransi terhadap mereka yang baru saja merasakan kehilangan.

Apakah yang memposting perasaan kehilangan di media sosial tidak tulus dibanding dengan orang-orang yang berduka dan berdoa dalam hening? Belum tentu. Kembali lagi, setiap pribadi memiliki cara berbelasungkawanya sendiri. Tugas kita adalah menghormati dan menghargai orang-orang yang meluapkan perasaan kehilangannya di media tanpa menjatuhkan martabat siapapun; yang telah pergi meninggalkan, dan yang bersedih karena ditinggalkan.

Via Rizqi Dwiyanti
Via Rizqi Dwiyanti
Mahasiswi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.