Peradaban Mesir kuno dan Yunani kuno tak pernah lepas kaitannya dengan mitologi yang berkembang di masyarakat sejak zaman dulu. Menurut KBBI, Mitologi adalah sekumpulan mitos dan legenda yang berisi kisah-kisah para dewa yang dipercayai dan menjadi dasar kebudayaan. Penggambaran tingkah laku para dewa dalam mitologi mesir kuno seringkali dijadikan sarana oleh masyarakat mesir untuk memahami dunia. Bahkan, mitologi ini merupakan bagian yang penting dalam kepercayaan yang dianut masyarakat mesir kuno pada zaman itu.
Setiap aspek kehidupan di Mesir kuno diinformasikan oleh kisah-kisah yang berkaitan dengan penciptaan dunia dan pemeliharaan dunia tersebut oleh para dewa. Keberadaan manusia dipahami oleh orang Mesir sebagai bagian kecil dari perjalanan abadi yang dipimpin dan daitur oleh kekuatan supranatural dalam bentuk banyak dewa yang termasuk dalam jajaran dewa Mesir.
Peradaban Mesir kuno dibangun oleh wanita dan pria oleh sebab itu, para ahli mengatakan jika peradaban Mesir kuno begitu hebat (AnisaSeptianingrum, 2017: 24). Pada peradaban Mesir kuno, wanita memiliki peran penting, seperti menjadi pejuang, penguasa,dan diplomat yang hebat, tidak hanya bertanggung jawab dalam mengasuh anak dan keluarga.
Salah satu pemimpin wanita yang menjadi panutan dan dicintai oleh orang-orang pada peradaban dahulu ialah Dewi Isis (Professor Bob Brier, 1999: 19). Bahkan oleh masyarakat, Dewi isis diberi sepuluh ribu nama diantaranya adalah Hesat, Urethekau, Aust, dan Esu. Ia seringkali digambarkan sebagai wanita cantik dengan tanduk sapi terjulur di kepalanya, mengenakan hiasan kepala dengan piringan matahari di antara tanduknya.
Selain itu, ia juga memiliki sayap yang terbentang di kanan dan kiri badannya. Sebagai dewi, ia juga memegang simbol,yakni ankh sebagai simbol kehidupan dan tongkat kerajaan sebagai simbol kekuasaannya.
Dia sangat dihormati dan memiliki peranan yang penting dalam jajaran dewa Mesir kuno. Disebutkan bahwa ia memiliki sihir yang mampu membangkitkan orang mati. Ia seringkali berbagi kemampuannya dalam mengatasi kematian dengan rakyat mesir biasa. Biasanya ia berduka dalam wujud seekor layang-layang, seekor burung yang tangisannya nyaring bagaikan jeritan seorang ibu yang sedang berduka. Lalu,secara ajaib ia akan membangkitkan orang mati dengan nyanyiannya (Wallbank,1949: 64). Selain itu, ia juga membantu mempertahankan sistem politik. Dalam mitologi Mesir kuno, dewi isis dipuja sebagai dewi ibu.
Sebutan tersebut tersemat kepada Dewi Isis karena kemampuannya melahirkan anak. Dewi Isis berhasil melahirkan putranya, Horus. Sejak kelahiran putranya, Horus, sosok keibuan Dewi Isis muncul secara alamiah. Setelah tragedi kematian suaminya, Dewi Isis sangat melindungi putranya sendiri hingga dewasa. Hubungan Isis dengan Horus sangatlah erat bahkan Isis berhasil mendidik Horus hingga menjadi dewa dewasa yang penuh kasih dan manusiawi (Clayton Matt,2017: 91).
Selain berhasil mendidik putranya, Dewi Isis dikenal dengan kebaikannya sebab seringkali menyelamatkan anak-anak kecil dari marabahaya, seperti yang dilakukannya pada Sett (Clayton Matt, 2017: 91). Bahkan diceritakan bahwa ia berhasil menyelamatkan seorang anak yang digigit ular mematikan, seperti saat dia menyelamatkan Horus saat masa kecilnya. Dia melawan gigitan ular tersebut dengan sebuah mantra. Oleh karena itu, warga Mesir kuno menjadikan Dewi Isis sebagai sumber inspirasi dan orang yang sangat dihormati karena sifat keibuannya dan sikapnya yang selalu tanggap dalam melindungi para anak kecil.
Kisah Isis memanglah sebuah kisah lama, namun masih sangat relevan bagi kita hingga saatini dalam menjalani hidup. Wawasan yang diberikan serta adanya pesan moral untuk menjadi manusia yang dipaksa tangguh meskipun ada masalah yang dihadapi. Sebagai wanita kita perlu menyoroti perannya yang bisa berperan sebagai ibu, memiliki pengaruh besar dalam perkembangan negaranya, serta sebagai navigasi menuju jalan yang benar dalam menjalani kehidupan pada saat itu.