Jumat, April 26, 2024

Meneladani dan Mengambil Pelajaran Isa Al-Masih

Iip Rifai
Iip Rifai
Penulis Buku "Persoalan Kita Belum Selesai, 2021"| Alumnus : ICAS Paramadina University, SPK VI CRCS UGM Yogyakarta, Pascasarjana UIN SMH Banten, Sekolah Demokrasi Serang 2014.

Sesungguhnya aku ini hamba Allah. Dia memberiku Al-Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi. Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati  di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku untuk mendirikan shalat dan menunaikan zakat selama aku hidup, dan berbakti kepada ibuku. Dia tidak menjadikanku seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali (QS. 19 : 30-33)

Tanggal 10 Mei 2018, umat kristen di seluruh dunia (akan) memperingati kenaikan Isa Al-Masih. Secara teologi, akidah umat Islam sangat berbeda dengan umat Kristen. Pun, mengenai kedudukan seorang Al-Masih. Tetapi ajaran moral yang beliau sampaikan kepada umatnya sangat sejalan dengan yang Nabi Muhammad s.a.w. ajarkan kepada kaum muslimin sebagai umatnya. Ada titik temu yang bisa dijadikan sebagai pemersatu pandangan bahwa Isa Al-Masih a.s. dan Nabi Muhammad saw. adalah sama-sama utusan Allah swt. sebagaimana nabi-nabi yang lainnya.

Syekh Muhammad Abduh pernah menulis : “Seorang Muslim tidak menjadi Muslim sebelum ia menjadi “Masehi”. Artinya, seorang muslim wajib mengakui bahwa Al-Masih adalah seorang Nabi yang Suci sebagaimana nabi-nabi, utusan Allah yang lain. Pernyataan Abduh di atas didukung kuat oleh sabda Nabi Muhammad saw. yang mengatakan bahwa para Nabi itu bersaudara, hanya ibunya yang berbeda.

Mengenai kisah Isa Al-Masih yang dimulai dari kelahirannya hingga ia menjadi besar dan dewasa termaktub dalam Kitab Perjanjian Lama, pula terdapat dalam Al-Quran Surat Maryam (19) Ayat 23-33. Al-Masih Isa a.s. adalah manusia pilihan Tuhan yang sangat menarik dan penuh perhatian manusia terhadapnya. Ia dilahirkan dari rahim seorang ibu yang sangat suci dan mulia (Maryam) yang tak berayah, sebagaimana bayi-bayi lahir lainnya yang komplit kedua-duanya, ayah dan ibunya. Tak berhenti di sana. Ketika dewasa pun ia menjadi tokoh menarik dengan segala tantangan dan cobaan hidup yang ia pikul.

Ada satu riwayat yang disampaikan oleh Abbas Al-Aqqad dalam Hayah Al-Masih . Beliau menyampaikan satu riwayat berupa laporan kepada Senat Imperium Romawi yang menggambarkan bahwa Al-Masih adalah orang yang berpenampilan sangat terhormat, badannya tidak terlalu besar juga tidak terlalu kecil, wajahnya cerah dan berwibawa. Sehingga jika ada yang melihatnya langsung bersimpati sekaligus kagum. Adapun gambaran rambutnya rapi dan lurus, namun sedikit berbeda di bagian telinganya sedikit terlihat keriting dan mengkilat. Tak terlihat sama sekali di wajahnya raut muka yang kusam, wajahnya selalu terlihat berseri-seri sepanjang hari (Quraish Shihab, Secercah Cahaya Ilahi, 1999 : 26).

Ajaran Moral yang Dibawa

Kata Al-Masih yang termaktub dalam Al-Quran ada sebelas kata. Kesebelas kata tersebut semuanya menunjuk kepada Nabi Isa a.s. Para Mufassir menafsirkan kata tersebut dengan dua penjelasan. Pertama, jika ia diambil dari kata “masaha” yang bermakna, yang diurapi (diusap dengan minyak). Hal tersebut terlihat ketika ada seorang perempuan berdosa yang berdiri dekat kaki Nabi Isa tersebut sambil menangis dan membasahi kaki Nabi dengan air matanya dan mengurapinya dengan minyak wangi (Perjanjian Baru, Lukas VII-36).

Kedua, diambil dari kata saha-yasihu, yang bermakna berwisata, bepergian. Hal tersebut dikarenakan karena Nabi Isa a.s. dikenal sebagai seorang yang sering berpindah-pindah tempat dalam rangka mengajak manusia ke jalan yang benar (dakwah). Dalam perjalanan panjangnya tersebut banyak sekali ucapan serta tindakan beliau yang menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan kebaikan yang bisa dijadikan tauladan bagi para kaum pengikutnya. Beliau sangat simpatik, bicaranya penuh percaya diri, selalu meyakinkan setiap pendengarnya. Ucapan-ucapannya penuh tamsil, memesona lawan bicara, menciptakan ketenangan batin dan sejenisnya.

Beliau adalah sosok yang sangat lembut dan penuh kasih sayang. Ucapan beliau yang sangat menguatkan pernyataan di atas adalah :’Siapa ibuku dan siapa saudara-saudaraku? Siapa yang melakukan kehendak Tuhan , dialah saudara lelakiku. Dan saudara perempuanmu, dialah ibuku” . Nabi Isa a.s. datang membawa kasih sayang, seperti ucapan beliau : kasihanilah musuhmu dan doakanlah yang menganiyamu. Adapun Nabi Muhammad saw. datang membawa rahmat. Sebagaimana sabda beliau : rahmatilah yang di bumi, niscaya yang di langit akan merahmatimu.

Ada kesamaan tanggungjawab yang dipikul kedua Nabi di atas; keduanya datang untuk membebaskan manusia dari kemiskinan ruhani, kebodohan dan perbudakan. Di depan banyak orang, Nabi Isa a.s. berdiri tegak, tanpa membawa senjata dan berkata: “Aku diutus untuk mengobati mereka yang patah hatinya menyerumereka yang tertawan agar dapat bebas bergerak, yang buta agar dapat melihat…” Di lain kesempatan Nabi Muhammad saw. mengingatkan orang-orang kaya dan terpandang untuk tidak bersikap sombong dan pelit terhadap kaum lemah. Sabdanya: “Kalian memperoleh rezeki dan kemenangan berkat orang-orang lemah di antara kalian”

Ajaran moral yang disampaikan Isa Al-Masih ketika masyarakat pada waktu itu ada yang bergelimang harta, sangat kaya raya, namun suka berfoya-foya dan bermuka dua. Para pemuka agama hanya sebatas melaksanakan bentuk formalitas acara ritual, namun jiwanya kering dan gersang. Masyarakat korban materalisme saat itu sudah banyak berjatuhan dan butuh penyelamatan secara cepat dan masif agar kembali kepada Allah dengan selamat.

Dalam situasi dan kondisi masyarat yang buruk tersebut, Nabi Isa Al-Masih datang membawa ajaran moral yang tinggi dan luhur. Beliau mengatakan : “Celakalah orang-orang yang kenyang yang tidak menyadari bahwa mereka pada hakikatnya lapar, yang kaya tetapi lupa bahwa mereka butuh. Cintailah musuhmu. Berbuat baiklah kepada yang membencimu. Berkatilah mereka yang mengutukmu. Siapa yang emenampar pipi kananmu, serahkan kepadanya pipi kirimu”.

Betapa mulia, agung dan luhur ajaran moral yang dibawa  Isa Al-Masih bagi umatnya. Beliau menyampaikan ajaran moral dengan tegas di tengah kondisi masyarakat yang keranjingan oleh penyakit materialisme. Sebuah penyakit yang mengerogoti masyarakat karena mereka menganggap hanya harta yang akan membuat mereka kekal dan hidup mulia. Mereka lupa, di lingkungan mereka ada orang-orang lemah dan miskin yang butuh uluran tangan mereka. Tolong menolong dalam kebaikan adalah obat penyakit di atas.

Kehidupan yang kita jalani sekarang tak jauh berbeda, bahkan lebih kompleks, dari persoalan sosial yang dihadapi jaman dulu oleh Isa Al-Masih sewaktu masih hidup; kebodohan, kemiskinan, kezaliman, kesewenang-wenangan, ketidakadilan dan sebagainya. Namun cara menghadapinya justru telah diajarkan oleh Isa Al-Masih jauh sebelumnya. Mari kita membaca, berkaca, dan mengambil pelajaran dari kisah Isa Al-Masih yang termaktub dalam Al-Quran agar kita terhindar dari penyakit di atas. Amiin.

Iip Rifai
Iip Rifai
Penulis Buku "Persoalan Kita Belum Selesai, 2021"| Alumnus : ICAS Paramadina University, SPK VI CRCS UGM Yogyakarta, Pascasarjana UIN SMH Banten, Sekolah Demokrasi Serang 2014.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.