Senin, April 29, 2024

Memasang Anti Virus untuk Anak

Nur Khafi Udin
Nur Khafi Udin
Warga Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. Suka menghayal dan merenung, sesekali menulis di media, pernah Menulis buku Tafakkur Akademik (2022) dan buku Melihat Indonesia dari Mata Pemuda (2023).

Jika mendengar kata “anti virus” pikiran kita akan memvisualisasikan anti virus seperti yang ada pada komputer kita seperti SMADAV, Avira, Afast, dan lain-lain. Anti virus pada komputer bekerja sebagai sistem imun yang melindungi komputer kita dari virus-virus yang dapat merusak komputer. Anti virus memiliki alert atau peringatan jika ada virus masuk kemudian anti virus tersebut akan menghapus virus tadi.

Dalam ilmu kesehatan, tubuh kita juga memiliki anti virus atau sering disebut imun. Imun yaitu sistem kekebalan tubuh yang akan melindungi tubuh kita dari virus. Jika ada virus yang masuk ke tubuh manusia, sistem imun ini akan berusaha melawan, biasanya tubuh kita akan merespons hingga terjadi demam, pegal-pegal atau respons sejenis.

Mengingat fungsi anti virus sangat penting, sekarang kita harus mulai memasang anti virus untuk anak-anak kita. Hal ini sangat penting mengingat anak kita akan menghadapi tiga dunia sekaligus. Pertama dunia nyata, kedua dunia maya, ketiga dunia akhirat.

Kita tentu belum lupa dengan kejadian pembunuhan anak berusia 11 tahun di Makassar pada bulan Januari lalu. Dua pelaku pembunuhan itu masih remaja dengan usia 17 tahun dan 14 tahun. Motif pelaku melakukan pembunuhan karena ingin menjual organ manusia demi mendapatkan uang.

Pelaku mendapat informasi jual beli organ dari internet alias dunia maya. Nah, pengaruh dunia maya ini lah yang harus kita perhatikan bersama, terutama untuk anak-anak kita. Mengingat anak-anak kecil generasi sekarang sudah akrab dengan smartphone.

Sebagai contoh lain, Kominfo pernah menyebutkan jika pihak Kominfo mampu memblokir ratusan situs pornografi dan situs-situs negatif yang lain. Namun situs-situs seperti itu ibarat jamur, diblokir satu tumbuh dua, diblokir dua tumbuh empat begitu seterusnya.

Oleh sebab itu Kominfo berusaha membuat lawan tanding melalui situs-situs edukasi positif dengan harapan masyarakat akan sadar jika situs-situs negatif tersebut berbahaya. Meskipun kita bisa menilai langkah-langkah Kominfo masih belum efektif.

Anti virus bagi anak adalah pendidikan

Saya ingat Buya Syafii Maarif pernah berkata, kualitas manusia bisa dilihat dari kualitas pendidikan hari ini. Selain Buya, Ivan Pavlov melalui teori belajar Behavioristik yang dikembangkan menjadi teknik belajar classical conditioning juga mengungkapkan jika manusia bisa dikondisikan sedemikian rupa melalui metode yang benar.

Dari pendapat dua tokoh itu, kita bisa melakukan upaya untuk mencegah virus-virus negatif yang ada di sekitar anak-anak kita melalui pola pendidikan yang benar.

Seorang penceramah bernama Anwar Zahid pernah membagikan tiga kunci utama sebagai bekal untuk pendidikan anak. Boleh jadi tiga kunci ini bisa kita gunakan sebagai anti virus bagi anak. Pertama, ilmu agama. Kedua, ilmu profesi. Ketiga, ilmu kreasi.

Ilmu Agama

Albert Eistein pernah menulis tentang keyakinanya terhadap agama, ia berpendapat hanya agama yang dapat menjadi penopang ilmu pengetahuan untuk kemanusiaan dan peradaban. Perkataan Eistein membuktikan jika agama memang menjadi pilar penting bagi kehidupan.

Kita bisa memasang anti virus yang pertama ini melalui lembaga-lembaga pendidikan agama, misalnya pesantren. Tentu kita harus ingat! Kita wajib melakukan analisa terhadap lembaga pendidikan agama untuk memperoleh lembaga pendidikan agama yang memiliki kredibilitas. Hal ini penting supaya kita tidak terjebak di lembaga pendidikan agama “siluman”.

Ilmu Profesi

Di tengah persaingan global, kemampuan intelektual anak harus berkembang supaya siap ketika menghadapi perkembangan zaman. Kita harus melahirkan generasi pelopor.

Jangan sampai anak-anak kita menjadi generasi ekor yang hanya tunduk dibawa ke sana ke sini. Kita bisa memasang anti virus ini melalui lembaga pendidikan formal, seperti universitas atau tempat pelatihan pengembangan keterampilan.

Ilmu Kreasi

Ilmu kreasi di sini dalam arti ilmu kehidupan sosial. Tan Malaka pernah berkata, jika seseorang yang telah belajar di sekolah merasa lebih tinggi dan pintar ketimbang masyarakat yang bekerja dengan cangkul, maka lebih baik pendidikan itu tidak diberikan sama sekali.

Memiliki bekal agama dan bekal intelektual yang cukup akan menjadi sia-sia jika kita tidak bisa membaca dan adaptasi dengan masyarakat sekitar.

Oleh sebab itu, kita bisa memasang ilmu kreasi, melalui realitas kehidupan di lingkungan masyarakat. Jangan biarkan anak-anak kita berdiam diri di dalam rumah dengan smartphone mereka. Libatkan mereka dalam kegiatan masyarakat.

Sikap Optimis

Dengan memasang tiga anti virus di atas, kita berharap anak-anak kita akan siap menjalani tiga dunia sekaligus yaitu dunia nyata, dunia maya, dan dunia akhirat. Selain itu, harapan untuk ttidak tercemar virus negatif semakin besar.

Ilmu agama akan membuat anak cerdas dalam olah rasa, dalam dunia hati ilmu agama bisa melahirkan generasi ahli zikir. Dalam dunia kerja, ilmu agama bisa membentuk anak menjadi manusia dengan semangat kerja ikhlas. Kerja ikhlas bisa membuat anak terhindar dari perilaku korupsi.

Ilmu profesi akan membentuk anak yang cerdas dalam olah rasio, dalam dunia kognitif anak bisa menjadi ahli pikir. Dalam dunia kerja, ilmu profesi bisa membentuk anak menjadi manusia dengan semangat kerja cerdas.

Ilmu kreasi membentuk otot-otot produktif pada anak. Dalam menghadapi kehidupan anak akan menjadi ahli ikhtiar. Dalam dunia kerja, ilmu kreasi akan melahirkan manusia dengan semangat kerja keras.

Sebagai penutup, langkah-langkah memasang anti virus di atas memang belum tentu efektif 100 persen, namun manusia harus senantiasa berpikir, berusaha dan terus mencoba.

Seperti kata Mario Teguh, jika kita mencoba kita akan mendapat dua kemungkinan, pertama gagal atau kemungkinan kedua berhasil. Jika kita tidak mencoba, kemungkinan hanya satu yaitu kegagalan.

Saya yakin, jika tiga anti virus di atas mampu melindungi generasi-generasi Indonesia dari virus negatif, sehingga kita bisa menciptakan generasi emas pada tahun 2045.

Nur Khafi Udin
Nur Khafi Udin
Warga Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. Suka menghayal dan merenung, sesekali menulis di media, pernah Menulis buku Tafakkur Akademik (2022) dan buku Melihat Indonesia dari Mata Pemuda (2023).
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.