Selasa, Mei 7, 2024

Masyarakat Perkotaan dalam Pemikiran Tokoh Sosiologi

Anisa zain
Anisa zain
Anisa Zain Azzahra Cilacap, Jawa Tengah Mahasiswi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Menurut pandangan Karl Marx, masyarakat pada umumnya terpaut dengan struktur sosial dan lebih condong terhadap sistem ekonomi. Seperti yang kita ketahui, Karl Marx bukanlah orang pertama yang merumuskan kelas sosial dalam masyarakat.

Marx mengatakan bahwa kelas-kelas akan timbul apabila hubungan produksi melibatkan suatu pembagian tenaga kerja yang bermacam-macam. Maka dapat disimpulkan faktor yang memunculkan kelas-kelas sosial ini adalah faktor ekonomi, terutama yaitu kepemilikan dan ketiadapemilikan alat produksi dan hubungan sosial ekonomi.

Beliau membagi dua bagian masyarakat, yaitu masyarakat Borjuis dan Proletar. Istilah Borjuis ini sering diartikan yaitu sebagai kelas yang memiliki alat produksi, bisa juga dikatakan sebagai termasuk kategori kaum yang kaya. Kelas Borjuis dapat dibedakan menjadi Borjuis dominan dan Borjuis kecil.

Adapun yang termasuk Borjuis dominan yaitu terdiri dari kapitalis-kapitalis besar dengan perusahaan raksasa yang mempekerjakan buruh dengan jumlah banyak. Sedangkan Borjuis kecil, yaitu terdiri dari pengusaha toko, pengrajin kecil dan sebagainya, yang kegiatan operasinya lebih kecil. Kemudian terdapat masyarakat Proletar, yaitu bisa dikatakan termasuk kategori masyarakat miskin.

Menurut Marx, Proletar hidup dalam kondisi kemiskinan alamiah yang diakibatkan oleh kekurangan sumber daya. Dapat disimpulkan bahwa masyarakat Proletar itu tidak memiliki alat produksi sendiri, sehingga mereka hanya bisa menjadi buruh bagi kaum prmilik modal atau alat produksi. Marx juga mengatakan bahwa kota adalah sebuah perserikatan yang dibentuk untuk melindungi hak milik dan memperbanyak alat produksi dalam mempertahankan diri. Pernyataan Marx tersebut juga berkaitan dengan dua aspek (pembagian masyarakat Borjuis dan Proletar) yang sudah dijelaskan.

Adapun menurut pandangan Max Weber, yaitu beliau mengaitkan masyarakat perkotaan dengan konsep yang telah dicetuskannya yaitu ” The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism”. Memandang masyarakat di zaman sekarang ini senada dengan konsep masyarakat perkotaan Weber.

Masyarakat perkotaan dibekali dengan semangat kapitalisme dalam bidang pekerjaan, guna mencari finansial dan keuntungan yang sebanyak-banyaknya. Weber berpendapat bahwa suatu wilayah baru bisa disebut kota apabila sebagian besar penghuninya telah mampu memenuhi kebutuhannya melalui pasar.

Hal tersebut berkaitan dengan konsep yang telah dicetuskan Weber yaitu mengenai Etika Protestan. Menurutnya, masyarakat dapat disebut Urban Society apabila dapat memenuhi kebutuhan hidupnya melalui pasar lokal. Maka dapat disimpulkan bahwa menurut Weber ciri kota yaitu adanya pasar, dan mempunyai sistem hukum yang bersifat kosmopolitan. Weber berpendapat bahwa sistem Kapitalisme menjadi menjadikan mekanisme pasar sebagai sistem utama. Sistem Kapitalisme ini merupakan sistem ekonomi yang menitikberatkan pada peran modal, yaitu kekayaan termasuk barang-barang yang digunakan dalam produksi tersebut.

Selanjutnya menurut Emile Durkheim, masyarakat perkotaan tertuju pada solidaritas, yaitu solidaritas masyarakat pedesaan atau gemeinschaft, dan solidaritas masyarakat perkotaan atau gesellschaft. Beliau mengatakan bahwa masyarakat kota dikatakan sebagai masyarakat yang memiliki solidaritas organik, dan termasuk dalam hukum yang menghendaki para pelanggar untuk meberikan ganti rugi yaitu hukum restuitif. Pengertian solidaritas organik disini yaitu bentuk solidaritas yang mengikat masyarakat kompleks dan telah mengenal pembagian kerja.

Terdapat banyak jenis pekerjaan dalam masyarakat perkotaan, diantaranya yaitu pengusaha, guru, dokter, karyawan swasta, pegawai negeri, buruh, dan sebagainya dimana mereka saling membutuhkan antara satu dengan yang lain sesuai dengan pemenuhan kebutuhan masing-masing.

Seperti halnya bagian-bagian suatu organisme yang merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan berhubungan antara satu sama lain. Apabila dipisahkan maka organisme tersebut akan rusak. Masyarakat perkotaan memiliki solidaritas yang relatif rendah, karena mereka masyarakat pendatang, yang berbeda dengan masyarakat desa yang sudah menetap dari mereka lahir.

Oleh karena itu, dari ketiga pernyataan para ahli yang telah dijelaskan diatas, dapat disimpulkan bahwa berbagai dimensi karakteristik masyarakat perkotaan diatas menunjukkan bahwa masyarakat perkotaan dan pedesaan itu sudah jelas berbeda.

Emile Durkheim telah mengartikan bahwa masyarakat kota melalui solidaritas organiknya, lalu Karl Marx berpendapat bahwa masyarakat perkotaan berkaitan dengan Sistem Kapitalisme antara masyarakat Borjuis dan Proletar, kemudian Weber mengaitkan masyarakat perkotaan dengan semangat kapitalismenya. Maka dari itu, masyarakat kota bisa disebut sebagai masyarakat pendatang atau Urban Society.

Daftar Pustaka

Jamaluddin, Adon Nasrullah. Sosiologi Perkotaan : Memahami Masyarakat Kota dan Problematikanya, Bandung CV Pustaka Setia 2017.

Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi Klasik dan Modern, Hal: 149

Selena, Gryselda Sheryl, Puji Aenun dan Lulu Lathifah. Masyarakat Perkotaan dan Pedesaan. Makalah Mahasiswa Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Universitas Darussalam Gontor Mantingan 2017.

Chairul Basrun Umanailo, M. Jurnal Pemikiran-pemikiran Karl Marx.

Anisa zain
Anisa zain
Anisa Zain Azzahra Cilacap, Jawa Tengah Mahasiswi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.