Kedatangan Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman di Seoul dalam kunjungan resmi ke Korea Selatan telah menggarisbawahi kedalaman hubungan bilateral 60 tahun setelah kedua negara menjalin hubungan diplomatik. Putra Mahkota Arab Saudi tiba di Korea Selatan setelah menghadiri KTT G-20 di Bali, Indonesia.
Presiden Yoon Sul-yeol dan Mohammed bin Salman, sepakat tentang pentingnya kerja sama ekonomi bilateral untuk memajukan Visi 2030 Arab Saudi yang sangat ambisius. Kedua negara menandatangani 26 MOU di berbagai bidang termasuk infrastruktur, energi, dan lain sebagainya. Hal yang menarik adalah sebelum bertemu dengan Yoon, putra mahkota telah lebih dahulu mengadakan pertemuan dengan pemimpin-pemimpin bisnis di Korea, yang diikuti kesepakatan bisnis senilai 40 triliun won ($30 miliar).
Perlu diketahui bahwa Arab Saudi adalah mitra dagang terbesar Korea Selatan di antara negara-negara Timur Tengah, dengan perdagangan antara kedua negara mencapai $27,6 miliar tahun lalu. Arab Saudi juga merupakan pengekspor minyak terbesar ke Korea Selatan, menyumbang 29,3 persen dari minyak mentah yang diimpor Seoul tahun lalu.Pada 2017, kedua negara meluncurkan Saudi-Korean Vision 2030, membentuk komite bersama perwakilan dari lembaga pemerintah terkait untuk meninjau kemitraan, menyetujui proyek, dan mengimplementasikan rencana. Korea Selatan merupakan negara yang terpilih di antara delapan negara yang bekerja sama dengan Arab Saudi untuk membantu mencapai tujuan Visi 2030, mengerjakan 40 proyek dan inisiatif bersama.
Visi 2030 adalah agenda reformasi sosial dan diversifikasi ekonomi Arab Saudi, diluncurkan pada tahun 2016 untuk membantu menyapih ekonomi Arab Saudi dari hidrokarbon dan untuk mempromosikan partisipasi pemuda dan perempuan di sektor-sektor baru, dari rekreasi dan pariwisata hingga energi terbarukan.
Sebagai bagian dari Visi 2030, Arab Saudi mencari kemitraan dengan pemerintah dan perusahaan Korea Selatan untuk Neom, proyek senilai $500 miliar (657 triliun won) yang dimulai putra mahkota pada tahun 2017. Proyek ini bertujuan untuk mengembangkan kota-kota cerdas dan ramah lingkungan yang mencakup total 26.500 kilometer persegi di Provinsi Tabuk barat laut Arab Saudi dekat Laut Merah.
Arab Saudi sedang mencari pembangun untuk proyek pembangkit listrik tenaga nuklirnya yang melibatkan dua reaktor 1,4 gigawatt pada tahun 2030. Dengan Korea Selatan, Prancis, China, dan Rusia menunjukkan niat mereka untuk berpartisipasi dalam proyek 12 triliun won, kompetisi tersebut sekarang dipandang sebagai perlombaan dua arah antara Korea Electric Power Corp. Korea Selatan dan Rosatom Rusia.
Kontroversi dengan Amerika Serikat
Pada dasarnya, referensi putra mahkota ditafsirkan sebagai tanda positif untuk tawaran ke Korea Selatan dalam mengantongi kontrak tenaga nuklir dari Arab Saudi. Walaupun demikian, hubungan Arab Saudi dengan Amerika Serikat menimbulkan ketidakpastian. Hal ini karena reaktor nuklir andalan Korea Selatan, APR-1400, menggunakan teknologi kunci dari Westinghouse Electric Company.
Dengan demikian, ekspor reaktor harus disetujui oleh perusahaan dan Departemen Energi Amerika Serikat. Meskipun hal ini masih diperdebatkan, pejabat industri mengatakan hubungan Arab Saudi dengan Amerika Serikat dapat memengaruhi upaya Korea Selatan untuk memenangkan kontrak tenaga nuklir. Akan tetapi, tidak dapat dipungkiri bahwa kesepakatan Korea Selatan-Amerika Serikat tentang reaktor nuklir juga tetap sebagai kemunduran.
Tahun lalu, Korea Selatan dan Amerika Serikat setuju untuk menggabungkan kekuatan untuk mengekspor reaktor nuklir dan meminta negara pengimpor untuk menandatangani protokol tambahan dari pengaturan perlindungannya dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA), yang memungkinkan badan tersebut untuk meningkatkan kemampuan verifikasinya. di negara pengimpor.
Hubungan Korea Selatan dan Arab Saudi di Masa Depan
Perlu diketahui bahwa hubungan kedua negara telah berlangsung lama sejak 1962. Dalam bidang bisnis dan investasi, Korea Selatan telah menjalin berbagai kerja sama dengan Arab Saudi diantaranya tiga dari perusahaan Arab Saudi yang paling terkemuka telah melakukan investasi di Korea Selatan senilai $6,35 miliar. Salah satunya adalah Saudi Aramco, yang aktif di sektor batu bara, minyak dan gas, dengan investasi senilai $5,18 miliar. Lainnya termasuk SABIC, yang aktif di sektor bahan kimia, dengan investasi senilai $1 miliar, dan Advanced Petrochemical Company, yang bekerja di sektor plastik dan memiliki investasi sebesar $168 juta.
Warga Korea Selatan telah melakukan 132 investasi di Kerajaan dengan nilai total sekitar $3,66 miliar. Ini mencakup berbagai sektor seperti pertambangan dan penggalian, listrik, gas, AC, transportasi dan penyimpanan, manufaktur dan konstruksi. Perusahaan yang terlibat dalam investasi tersebut antara lain Samsung, International Maritime Industries, Rabigh Electricity Company, Alia Polymers Company, dan Saudi Steel Pipes Company. Samsung Engineering dan Hyundai Group memperoleh kontrak untuk mengimplementasikan pekerjaan di proyek lapangan gas Jafurah di Arab Saudi dengan nilai lebih dari $11 miliar.
Namun demikian, hubungan Korea Selatan dan Arab Saudi tidak hanya dalam bidang bisnis dan investasi. Kedua negara telah banyak menjalin hubungan yang signifikan dalam bidang hiburan, konser, dan perfilman dunia. Bintang K-pop Super Junior dan BTS serta film telah menghiasi layarnya, memicu minat yang semakin besar pada persembahan budaya Korea Selatan di kalangan anak muda Arab Saudi.
Selain itu, dalam bidang pendidikan juga terdapat sekitar 175 pelajar Saudi kini belajar di Korea Selatan, termasuk banyak yang mendapatkan beasiswa khusus.
Dengan demikian, penulis melihat bahwa dengan skala investasi yang besar dan jumlah pertukaran budaya yang sedang berlangsung, hubungan Arab Saudi-Korea Selatan kemungkinan akan semakin kuat dan Korea Selatan akan menjadi mitra kuat untuk tercapainya Visi 2030 Arab Saudi.