Sabtu, April 20, 2024

Kapasitas Belajar Sebuah Bangsa

Hanvitra Abdul Muis
Hanvitra Abdul Muis
Saya seorang penulis yang suka menulis banyak hal. Banyak tulisan yang sudah saya tulis. Saya ingin mengutarakan opini melalui media ini.

Sebuah bangsa akan maju jika ia memiliki kapasitas untuk belajar. Sebuah bangsa pun harus memiliki kemampuan untuk memperbaharui dirinya untuk menyesuaikan diri dalam lingkungan yang berubah. Kondisi dunia terus berubah dari waktu ke waktu. Sebuah bangsa harus memperhatikan kondisi rakyatnya maupun kondisi dunia internasional.

Perkembangan sains dan teknologi amat pesat. Perubahan ini bahkan dari detik ke detik. Sebuah bangsa yang tidak mampu beradaptasi akan tertinggal dari bangsa-bangsa lain. Menurut almarhum cendekiawan Soedjatmoko, kapasitas belajar sebuah bangsa ditentukan oleh institusi-institusi pendidikannya, dari sekolah dasar hingga universitas. Universitas memegang peranan penting dalam pembelajaran sebuah bangsa. Keberadaan universitas diharapkan akan menyebarluaskan pengetahuan di tengah-tengah masyarakat.

Hampir semua negara maju di dunia ini adalah bangsa pembelajar.  Jepang, Korea Selatan, China, Malaysia, dan Singapura bahkan negeri kita sekalipun merupakan bangsa-bangsa pembelajar. Para elit politik mereka terbuka alam pikirannya. Mereka mencoba memahami situasi dunia dan mengambil manfaat daripadanya. Elit-elit politik, ekonomi, dan budaya yang suka belajar merupakan salah-kunci suksesnya pembangunan di negara-negara berkembang.

Keberadaan elit yang merupakan bagian terkecil suatu bangsa mempunyai peran menentukan karena kelebihan yang mereka miliki sangat penting bagi kemajuan  bangsa tersebut.

Pada negara-negara demokratis, sirkulasi elit terjadi secara rutin melalui proses pemilu. Elit politik pada negara-negara demokratis terbuka untuk siapa saja dan tidak dibatasi. Elit-elit politik pada umumnya adalah kaum terpelajar yang dimiliki oleh sebuah negeri. Kaum terpelajar memiliki peran yang signifikan bagi masa depan sebuah bangsa. Ilmu pengetahuan yang mereka miliki berada di atas rata-rata rakyat kebanyakan.

Masa depan suatu bangsa tergantung pada generasi mudanya. Makin terdidik generasi mudanya, makin besar kemampuan bangsa tersebut menjadi negara maju di masa mendatang. Generasi muda mempunyai kemampuan belajar dengan cepat dibandingkan generasi tuanya yang konservatif.

Generasi muda mempunyai kemampuan untuk memperbarui diri dan masyarakatnya.  Terlebih lagi di era serba digital ini, generasi muda lebih mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dibanding generasi tuanya.

Generasi millenials yang hidup di era kecanggihan teknologi masih membutuhkan peranan generasi tua dalam kehidupan mereka. Mereka hidup di era demokratisasi, tidak seperti orang-tuanya pernah hidup di beberapa masa. Mereka perlu dididik dengan nilai-nilai kebangsaan, agama, perjuangan, dan keprihatinan dalam hidup agar mereka tidak galau dalam menghadapi perkembangan zaman.

Bangsa Indonesia perlu belajar kepada bangsa-bangsa lain yang terlebih dahulu independen. Independen di sini bukan berarti mereka tidak membutuhkan bangsa-bangsa lain,  tetapi mereka bebas dalam menjalankan kebijakannya. Mereka bekerjasama secara wajar dengan negara-negara asing dengan tetap mempertahankan kemerdekaannya dalam berpikir dan bertindak.

Sayangnya, bangsa Indonesia dalam beberapa hal masih tergantung secara finasial, ekonomi, bisnis, teknologi, bahkan kebudayaan pada negara-negara maju. Indonesia belum bebas dari pengaruh asing yang mencoba mendikte pemerintah Indonesia.

Jepang telah membuktikan dirinya sebagai bangsa pembelajar di masa lalu. Saat Reformasi Meiji digulirkan, pemerintah Jepang mengirimkan delegasi untuk mempelajari sistem pendidikan Barat.

Delegasi itu berkeliling Eropa dan Amerika. Akhirnya mereka meniru sistem pendidikan dan universitas-universitas di Barat. Selain itu, Jepang juga mengembangkan perekonomian dan militernya sendiri sehingga mampu mengejar negara-negara Barat. Meniru pada awalnya bukanlah hal yang salah.

Namun harus diikuti dengan improvisasi agar mampu mengembangkan model sendiri. Jepang telah membuktikan itu. Kini Jepang memimpin dalam pengembangan IPTEK di dunia. Mereka juga berjaya dalam ekonomi dan industri. Padahal Jepang tidak punya sumber daya alam, tapi mereka punya sumber daya manusia yang handal.

China dan Korsel adalah dua contoh lain. Keduanya pernah mengalami kehancuran yang parah akibat perang. Namun mereka sadar berlarut-larut dalam masa lalu yang pedih dan sedih tidak akan membawa keberuntungan. Mereka lalu membenahi diri dan menyongsong masa depan. Mereka membangun negerinya dari nol.

China mengalami Revolusi Kebudayaan yang menyedihkan dimana kelaparan terjadi di mana-mana. Banyak rakyat China yang menjadi kanibal dan mayat-mayat bergelimpangan di seantero negeri. Namun kemudian seorang pemimpin visioner bernama Deng Xiaoping yang membawa harapan pada China. Deng memulai gerakan reformasi politik dan ekonomi secara signifikan ke arah liberalisasi modernisasi. Hasil karya Deng dapat kita lihat kini di China. Kemajuan ekonomi secara pesat.

Ketika Deng memimpin, sejumlah perubahan radikal dilakukan, termasuk merevisi ideologi ekonomi Partai Komunis China (PKC). Deng belajar dari kegagalan dan kesalahan Partai Komunis Uni Soviet dalam menangani masalah perekonomian.  PKC berhasil menampilkan dirinya sebagai partai moderat dan modern. Pembangunan ekonomi China secara masif selama empat dekade membuktikan jati diri masyarakat China kepada dunia. Bangsa China adalah bangsa pengusaha dan pekerja yang cerdas dan kreatif.

Korea Selatan (Korsel) mengalami kehancuran yang parah dalam Perang Dunia (PD) II. Pendudukan Jepang menyebabkan banyak wanita Korea menjadi budak seks Jepang pada dekade tersebut. Hal ini disusul dengan Perang Korea hampir selama sepuluh tahun.

Korsel kini menjadi salah-satu negara dengan industri pertahanan yang maju di dunia. Korsel mampu memproduksi rudal, meriam howitzer, tank, jet tempur, kapal perang, kapal selam, dan lain sebagainya. Situasi permusuhan dengan Korut memaksa Korsel untuk mengembangkan industri pertahanannya. Negara-negara Asia Timur termasuk paling cepat perkembangannya di kawasan.

Mengembangkan kapasitas belajar bagi sebuah bangsa adalah suatu hal yang penting. Masyarakat suatu bangsa juga perlu belajar untuk mengembangkan dirinya. Di era knowledge-based economy ini, informasi atau pengetahuan adalah sesuatu yang penting. Penemuan internet menciptakan situasi yang tidak pernah ada sebelumnya. Internet mengubah cara pandang dan cara kerja manusia.

Pembangunan manusia haruslah mendapat penekanan dalam proses pembangunan. Isu-isu mengenai ketahanan pangan, demokratisasi, kesetaraan gender, pembangunan berkelanjutan, dan lain sebagainya akan menjadi semakin penting dalam beberapa dekade ke depan.

Hanvitra Abdul Muis
Hanvitra Abdul Muis
Saya seorang penulis yang suka menulis banyak hal. Banyak tulisan yang sudah saya tulis. Saya ingin mengutarakan opini melalui media ini.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.