Rabu, April 24, 2024

Inner Child: Sosok Kecil dalam Diri Kita

S. Huliyah Khairani
S. Huliyah Khairani
Mahasiswi Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2022

“Wahai sosok kecilku yang pernah terluka, aku di sini siap mendengarkanmu. Mari kita berdamai dan bahagia bersama, peluk hangat untukmu”

Di dalam diri kita, terdapat “sosok anak kecil” yang jika belum didamaikan, maka sosok itu akan terus bergejolak. Kita semua memiliki aspek kekanak-kanakan dalam pikiran alam bawah sadar (subconscious mind). Setiap dari kita memiliki sosok anak yang terluka di dalam yang membutuhkan perhatian dan cinta kita. Mari kita mengenal lebih dekat dengan Inner Child.

Apa itu Inner Child?

Menurut John Bradshaw (1992), Inner Child merupakan hasil dari pengalaman atau kejadian di masa lalu yang belum terselesaikan dengan baik. Pengalaman baik dan menyenangkan di masa kecil akan sangat berdampak positif pada kehidupan dewasa, dan pengalaman negatif tentu akan memberikan luka batin (inner wound) yang jika tidak disembuhkan, ia akan selalu ada dalam diri kita dan memengaruhi setiap tingkah laku atau kondisi emosional yang tidak disadari (unconscious).

Berbagai macam emosi dan reaksi kita terhadap suatu hal, seperti marah, sedih, senang, bahagia, kecewa, takut, cemas, malu, dan lain-lain dipengaruhi oleh Inner Child kita yang merasakan kembali emosi yang dahulu kita rasakan melalui stimulus yang datang.

Masih banyak orang yang belum tahu dan sadar bahwa sosok kecil dalam diri mereka sedang terluka. Padahal, sosok kecil dari diri kita juga butuh didengar, dimengerti, dirangkul, dan diperhatikan. Inner Child penting dipahami agar kita tidak mudah menjadi orang yang rapuh dan sensitif. Maka dari itu, belajarlah mengenali, menerima, memaafkan, mengolah, dan mencintai Inner Child supaya hidup menjadi lebih damai dan pengaturan emosi menjadi lebih baik.

Pada dasarnya, Inner Child adalah tentang menjadi “orang tua” bagi diri kita sendiri. Ini tentang bagaimana kita memperlakukan sosok kecil dalam diri dengan lembut dan penuh kasih, memahami perilaku, menyadari pikiran, pemicu, perasaan, kebutuhan, keinginan, harapan, impian, dan menyembuhkan rasa sakit yang kita alami sebagai seorang anak. Inner Child membentuk kita menjadi diri kita saat ini.

Inner Child yang Terluka

Inner Child dapat terluka karena adanya faktor-faktor seperti pola asuh yang salah, pengabaian (neglect), kekerasan (fisik, psikis/emosional, seksual), perundungan (bullying), trauma, rasa sakit, perpecahan dalam keluarga, kehilangan orang tua dan keluarga dekat, dan masih banyak faktor lainnya.

Dr. Diana Raab, penulis dan psikolog penelitian mengatakan bahwa terhubung dengan kegembiraan masa kecil bisa menjadi cara terbaik untuk menghadapi masa-masa sulit. Namun, tidak semua orang menghabiskan masa kanak-kanak dengan kesenangan dan kebahagiaan. Jika kita mengalami pengabaian, trauma, dan rasa sakit emosional lainnya, Inner Child kita akan tampak kecil, rentan, dan membutuhkan perlindungan.

Inner Child yang terluka adalah bagian dari diri kita yang sering menanggapi perasaan sulit atau tidak nyaman di masa dewasa. Jika terus dibiarkan, maka itu akan mengarah pada perilaku sabotase diri yang tentu saja membuat kita sengsara.

Tanda-tanda Inner Child yang terluka:

  1. Selalu merasa ada sesuatu yang salah pada diri sendiri
  2. Mengalami kecemasan berlebih setiap kali ingin melakukan sesuatu yang baru
  3. Sulit mengungkapkan emosi yang kuat seperti kemarahan atau kesedihan (takut untuk mengekspresikan dan mengelola emosi)
  4. Sulit untuk percaya pada orang lain, termasuk pada diri sendiri
  5. Selalu mengkritik diri sendiri dan merasa tidak layak
  6. Selalu merasa takut ditinggalkan dan melakukan segala cara untuk mempertahankannya
  7. Sulit untuk menjalin hubungan dengan orang lain karena tidak percaya diri

Kita mungkin telah mengubur dan menyembunyikan rasa sakit ini dalam-dalam. Tapi menyembunyikan rasa sakit tidak akan menyembuhkannya, justru itu akan muncul dalam kehidupan dewasa kita dan terus bergejolak.

Biarkan Inner Child keluar dari persembunyiannya dan berbagi tentang apa yang ia butuhkan. Kita harus belajar untuk mengidentifikasi, terhubung, mengasuh, dan terbuka dengan sosok kecil dalam diri dan dengarkanlah segala cerita tentang kehidupannya, ketakutannya, kesedihannya, kekhawatirannya, kecemasannya, serta rasa sakit yang ia alami dahulu.

Ketika kita memulai untuk melakukan proses penyembuhan Inner Child, maka kita bisa memberikan cinta diri tanpa syarat, belas kasih diri, dan dukungan diri.

Berdamai dengan Inner Child

  • Akui dan terima Inner Child kita

Untuk memulai penyembuhan, pertama-tama kita harus mengakui keberadaan Inner Child kita. Seperti yang dikatakan oleh Kim Egel, seorang terapis di Cardiff, California, siapapun dapat berhubungan dengan Inner Child mereka — jika mereka mencoba untuk terbuka dan mengeksplorasi hubungannya dengan Inner Child. Jika kita merasa ragu atau menolak untuk menjelajahi masa lalu, maka akan sulit memulai proses penyembuhan.

  • Bicaralah pada sosok kecil kita dengan penuh kasih

Luangkan waktu sejenak untuk membayangkan sosok kecil kita hadir di hadapan kita sekarang. Kemudian katakan dan yakinkan padanya, bahwa “Aku di sini untukmu”,  “Aku menyayangi dan mencintaimu”, “Kini kita sudah dewasa, tidak perlu takut lagi. Kamu aman bersamaku”. Lalu peluk sosok diri kecil kita seolah sedang merangkulnya. Kalimat seperti ini dapat memberi kenyamanan, kedamaian, dan ketenangan pada diri kita. Berdialog seperti ini, walaupun sederhana, sedang mengakses pikiran alam bawah sadar kita sehingga bisa membuat lebih tenang.

  • Tulis surat untuk Inner Child kita

Saat kita menulis surat, beri tahu sosok kecil kita betapa kita sangat mencintai mereka dan ingin menghabiskan waktu bersama mereka. Tulislah dengan cara yang membuat kita merasa aman, diperhatikan, dan dipahami.

Khai kecil tersayang, 

Aku sangat bahagia kamu lahir. Aku di sini hadir untuk melindungi, mencintai, menyayangi, dan merawatmu. Aku ingin membantumu merasa dicintai dan diterima apa adanya. Aku ingin kamu tahu bahwa kamu didengar dan diperhatikan. Aku ingin membantu dan membimbingmu di setiap langkah. Dahulu, aku meninggalkanmu dengan rasa sakit yang kamu rasakan sendirian. Aku sudah pergi begitu lama darimu. Maafkan aku, yang tidak memahami bahwa kamu terluka. Sekarang, aku kembali untuk mendengarkanmu, menjagamu, dan memelukmu. Aku tahu kamu sangat menderita, dan aku telah mengabaikanmu terlalu lama. Tetapi, sekarang aku telah belajar cara untuk merawatmu. Aku di sini sekarang, Khai kecilku.

Peluk hangat untukmu, diriku. 

  • Afirmasi Inner Child kita

Kita bisa menulis sendiri atau bahkan berbicara dengan sosok kecil kita dengan memvalidasi perasaannya.

“Perasaan dan pengalaman saya valid”

“Saya layak untuk didengar, dicintai dan dihormati”

“Saya aman dan dilindungi”

“Saya pantas mendapat cinta tanpa syarat”

“Saya sempurna apa adanya”

Saya harap, kita semua bisa segera pulih dan sembuh dari luka masa kecil yang dahulu kita alami serta menerima dan menyayangi diri kita secara sadar, utuh, dan penuh. Kabar baiknya adalah: Tidak ada kata terlambat untuk sembuh dari luka dan pengalaman menyakitkan yang dialami saat masa kanak-kanak. Pelan-pelan saja, kita berproses bersama ya. Salam hangat.

S. Huliyah Khairani
S. Huliyah Khairani
Mahasiswi Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2022
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.