Kasus anjing masuk masjid Al Munawaroh, Sentul City, Bogor yang dibawa oleh SM, Minggu (30/6) menghebohkan jagat maya. Sejumlah netizen membabi-buta menghujat dan mencaci-maki SM dengan membawa-bawa Islam. Beberapa media mainstream dan media online juga turut andil membuat gaduh suasana dengan judul-judul berita yang bersifat provokatif.
Saat ditemukan oleh petugas sekuriti Sentul City (2/7), anjing yang diduga masuk masjid itu sudah mati di bawah tiang listrik sekitar 100 meter dari Masjid Al Munawaroh dengan luka berdarah pada mulut anjing itu.
SM telah ditetapkan sebagai tersangka oleh polisi dengan tuduhan penodaan agama dan dikenakan Pasal 156 KUHP, 156a KUHP. Di sisi lain, Kepala Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat I R Said Sukanto (RS Polri) Brigjen Musyafak menyatakan SM mengalami gangguan jiwa tipe skizofrenia tipe paranoid dan skizoafektif.
Terhadap kasus ini, lembaga MUI juga ikut nimbrung mengomentari dengan mengatakan bahwa kasus ini bisa mengganggu hubungan beragama di Tanah Air. Karena itu, MUI mengimbau agar kasus tersebut tidak digembar-gemborkan. “Kepada masyarakat, sudah selesai. Masjid menyatakan tidak ada masalah lagi,” kata Wakil Ketua MUI Yunahar Ilyas di kantor MUI, Jl Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (2/7).
Aroma Politisasi Agama
Dari sejumlah komentar dan pemberitaan di media massa, saya menduga ada unsur dramatisasi dan aroma politisasi dari kelompok tertentu terhadap kasus ini dengan mengaitkan Islam. Sesungguhnya, tak ada yang luar biasa dengan kasus ini alias biasa-biasa saja. Umat muslim tidak perlu emosional hingga hilang akal dalam meresponnya. Saya menduga kuat kasus ini memang sengaja diciptakan oleh segerombolan oknum yang ingin mengadudomba antarumat beragama.
Bahkan, saya baca di salah satu media online mantan orang nomor dua di Indonesia membuat pernyataan ‘bersayap’ terhadap kasus itu dengan menyebut jangan membalas kasus itu kepada rumah ibadah nonmuslim. Nampaknya, kalau saya tidak salah, ada sebuah skenario besar untuk menghancurkan toleransi antarumat beragama di Indonesia sekaligus mengacaukan situasi keamanan nasional sebelum pelantikan presiden terpilih Jokowi-Ma’ruf tanggal 20 Oktober mendatang.
Kalau sampai saat ini masih ada saja segerombolan oknum muslim yang terus-menerus mendramatisir kasus tersebut, maka patut diduga mereka hanyalah segerombolan oknum muslim yang tidak memahami ajaran Islam dengan baik dan benar dan berhasil dipolitisasi oleh pihak lain.
Sebelum saya menganalisis kasus ini lebih jauh, ada baiknya saya dan Anda memahami dan membaca firman Allah SWT dalam surat Al-An’am ayat 38 yang berbunyi, “Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan”. Dalam pandangan saya, ayat di atas sangat jelas bahwa semua mahkluk hidup di alam semesta merupakan umatNya seperti halnya manusia.
Untuk mengetahui lebih jauh kenapa kasus ini sampai terjadi, saya melihat ada tiga hal yaitu: Pertama, SM mungkin tidak memahami fungsi rumah ibadah sehingga dia tidak tahu atas apa yang dilakukannya. Kedua, seperti telah disebutkan di atas SM mengalami gangguan jiwa tipe skizofrenia tipe paranoid dan skizoafektif, sehingga nalarnya tidak berfungsi dengan baik. Ketiga, kemungkinan besar ada kelompok tertentu yang sengaja menyetting SM untuk masuk masjid membawa anjing dengan tujuan untuk memancing kemarahan umat muslim sehingga bisa memicu konflik antarumat beragama.
Saya percaya polisi akan menangani kasus ini dengan cepat dan tepat sasaran sehingga tidak menciptakan kegaduhan sosial yang berbau SARA. Biarkan polisi menyelesaikan secara profesional. Semua pihak wajib menahan diri untuk tidak berkomentar agar suasana tetap kondusif.
Allah SWT pasti punya alasan kuat ketika menciptakan alam semesta beserta isinya. Semua benda bernyawa maupun yang tak bernyawa hasil ciptaan Allah SWT, tentu mempunyai berkah bagi kehidupan makhluk hidup di jagat raya yang mungkin saja bisa mengantarkan manusia menerima rahmatNya.
Hewan dan Surat Al Baqarah
Saya teringat firman Allah SWT dalam surat Al Baqarah ayat 2:164 yang berbunyi, “Sesungguhnya dalam penciptaan langit & bumi, silih bergantinya malam & siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah SWT turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu, Dia hidupkan bumi sesudah mati (keringnya) dan Dia sebarkan di bumi segala jenis hewan dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit & bumi. Sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan & kebesaran Allah SWT) bagi kaum yang memikirkan”.
Dalam pandangan saya, makna Keesaan & Kebesaran Allah SWT dalam surat di atas merupakan peringatan bagi manusia untuk berpikir atas seluruh benda ciptaanNya. Manusia diwajibkan untuk menyayangi seluruh makhluk ciptaanNya. Allah SWT juga telah menunjukkan sifat kasih sayangNya dalam Surat Hud ayat 36-38 yang mengisahkan tentang hukumanNya terhadap umat Nabi Nuh dengan mendatangkan banjir. Allah SWT memerintahkan Nabi Nuh untuk membuat perahu dan membawa sejumlah satwa secara berpasang-pasangan.
Dalam sebuah riwayat, guru ngaji saya pernah bercerita yaitu ketika Nabi Muhammad SAW memasuki Kota Makkah setelah menaklukkan tentara Quraisy, beliau memerintahkan pengikutnya untuk tidak membunuh satwa apapun yang ada di kota suci itu. “Pada setiap yang mempunyai hati yang basah (hewan) itu terdapat pahala (dalam berbuat baik kepadaNya)” (HR Al-Bukhari:2363).
Lantas bagaimana dengan sikap dan perilaku manusia yang suka menganiaya hewan? Nabi Muhammad SAW bersabda, “Seorang perempuan masuk neraka karena tidak memberi makan dan minum seekor kucing yang berada dalam kurungannya” (HR Al-Bukhari:3482).
Kewajiban manusia menyayangi hewan juga terungkap dalam kajian ilmiah yang ditulis Bill Devall (Januari, 2001) dalam bukunya ‘Deep Ecology:Living as if Nature Mattered’. Devall menyatakan bahwa manusia harus melindungi hewan karena hewan merupakan mata rantai ekosistem kehidupan di muka bumi.
Jadi, apabila masih ada manusia yang suka melakukan penganiayaan terhadap hewan, mereka layak disebut Iblis. Bahkan, kekejian manusia dalam menganiaya hewan melebihi kekejaman Iblis ketika menggoda manusia.
Hal berbeda justru ditunjukkan sejumlah hewan peliharaan kepada manusia. Para hewan itu menjadi sahabat setia ‘lahir dan bathin’ manusia dalam keadaan apapun. Menurut Anda, mana yang lebih berperikemanusiaan, hewan atau manusia? Saya percaya, Allah SWT akan menunjukkan ‘kuasaNya’ kepada siapapun yang suka melakukan ‘penganiayaan’ terhadap semua makhluk hidup ciptaanNya di alam semesta. Salam seruput kopi paitnya bro…