Kamis, Mei 2, 2024

Hapus White Standar Kecantikan

Nadia Ahla
Nadia Ahla
Manusia yang berusaha untuk terus belajar selama dia tidak malas. Kadang jadi tukang foto, kadang menulis.

Perempuan Asia ingin menjadi cantik seperti perempuan Western. Padahal setiap perempuan memiliki definisi kecantikan masing-masing. Ketika orang berfikir tentang kecantikan, hal yang sering difikirkan tentang perempuan cantik adalah berkulit putih, tinggi, kurus, hidung mancung, rambut lurus.

Ciri-ciri fisik tersebut begitu di idam-idamkan oleh setiap perempuan. Sayangnya standar kecantikan white atau western telah mengubah dunia tentang definisi kecantikan dan pandangannya terhadap perempuan. Di dalam pikiran mereka juga sudah terdoktrin bahwa perempuan cantik harus seperti perempuan caucasian.

Setiap orang dari seluruh dunia termasuk perempuan mengetahui bahwa ras caucasian adalah ras yang identik dengan orang berkulit putih. Selain itu, orang dari ras caucasian pada umumnya memiliki fisik yang tinggi, hidung mancung, freckles dan berbagai macam warna rambut seperti blonde, coklat gelap, coklat, merah, brunette.

Pengaruh White Supremacy dan kapitalisme yang begitu kuat telah menjadikan eurocentric atau white sebagai standar kecantikan. Menurut Teen Vogue, Standar kecantikan merupakan alat penekanan yang memperkuat sexism, racism, colorism, classism, ableism, ageism, and gender norms. Pengaruh White Supremacy bisa dilihat melalui media televisi, film, radio, brand, majalah, musik, sosial media hingga politik dan hukum. Media memiliki tanggung jawab dalam melanggengkan pandangan bahwa perempuan cantik itu harus berkulit putih.

Obsesi Menjadi Cantik Seperti Perempuan Western 

Di Indonesia sendiri agar mempunyai keturunan yang cantik maupun tampan, mereka mencari pasangan dari ras caucasian untuk memperbaiki keturunan. Selain ingin memperbaiki keturunan, mereka juga ingin memperbaiki status sosial. Pemikiran tentang perempuan berkulit putih itu cantik sudah tertanam di dalam pikiran.

Dari hasil survei ZAP Beauty Index (2020) yang dilansir dari Jurnal Sukisman dan Utami, 73.1 persen perempuan Indonesia menganggap definisi cantik adalah memiliki kulit yang putih bersih, dan glowing. Berdasarkan dari hasil survei tersebut masih banyak perempuan yang percaya stigma cantik adalah memiliki kulit putih, Perempuan umumnya merasa tidak percaya diri akan kulit mereka yang gelap dan memutuskan untuk melakukan treatment wajah seperti suntik vitamin C, laser, hingga menggunakan krim wajah dan obat-obatan yang abal-abal.

Kecantikan perempuan caucasian atau western menjadi superior. Semua perempuan ingin menjadi cantik seperti perempuan western. Kecantikan perempuan western menjadi kiblat perempuan di seluruh dunia. White atau western standar kecantikan telah menjadi standar kecantikan global.

Cantik seperti perempuan western telah menjadi obsesi. Apakah perempuan cantik dari ras lainnya tidak lebih cantik dari ras caucasian? Itu sama sekali tidak benar. White Supremacy memiliki hak istimewa dan power. Sehingga mereka bisa mempengaruhi di segala area termasuk menentukan standar kecantikan.

Kecantikan adalah kultural. Kecantikan setiap perempuan sesuai dengan ras atau etnis. Setiap perempuan memiliki definisi kecantikan masing – masing. Fisik setiap perempuan tentu tidaklah sama. Fisik merupakan bagian dari identitas. Biasanya digunakan sebagai tanda untuk menentukan asal ras dan etnis.

Perempuan Dituntut Menjadi Cantik 

Fisik selalu menjadi acuan pertama manusia dalam menilai orang. Sehingga orang sering berkata “kalo kamu good looking, kamu lebih mudah mendapatkan apa yang kamu inginkan”. Keinginan untuk menjadi cantik dan menarik agar mereka lebih diterima, dilihat, didengar, disukai, disambut, diinginkan dan merasa bernilai. Perempuan juga dinilai menarik untuk kepentingan marketing dan periklanan. Intinya menjadi cantik dan menarik juga mempermudah jalan hidup mereka.

Namun ekspetasi orang terhadap perempuan cantik juga bisa menjadi beban. Lantaran dirinya harus selalu tampil cantik untuk memenuhi ekspetasi orang dan mendapatkan perlakuan baik yang diterima. Perempuan merasa dituntut dan ditekan untuk menjadi cantik sesuai standar kecantikan.

Akibatnya perempuan tidak mampu melihat kecantikan dalam diri mereka. Menurut National Geographic, jika setiap orang tidak melihat keindahan dalam diri orang lain, kita tidak bisa melihat sisi kemanusiaan orang. Itu menakutkan bagaimana pentingnya kecantikan bagi setiap perempuan. Perasaan itu berdampak pada mental mereka secara psikis. Itulah yang menyebabkan perempuan menjadi stress, cemas, depresi, kurang percaya diri dan eating disorder.

Hasil penelitian menurut Dove menunjukkan tekanan yang dialami perempuan untuk menjadi cantik sehingga kepercayaan diri menurun dan tidak mampu melihat real beauty mereka.

  • hanya 4% perempuan dari seluruh dunia yang menganggap dirinya sendirinya cantik (diatas 2% pada tahun 2004)
  • hanya 11% perempuan secara global nyaman mendeskripsikan dirinya sendiri cantik
  • 72% perempuan merasa benar – benar tertekan untuk menjadi cantik
  • 80% perempuan setuju bahwa setiap perempuan memiliki yang indah pada dirinya, tetapi tidak dapat melihat kecantikannya sendiri
  • 54% setuju ketika itu datang pada penampilan mereka, sebenarnya mereka adalah pengkritik kecantikan mereka sendiri

Sedikit perempuan yang percaya diri dengan penampilan dan kecantikan mereka. Perempuan yang tidak percaya diri akan membandingkan diri sendiri dengan perempuan lain yang mereka anggap jauh lebih cantik. Ketidakpercayaan diri perempuan juga bisa terjadi akibat komentar dari orang disekitarnya. Sebenarnya tidak masalah jika dinasehati agar penampilan menjadi lebih baik, tetapi hal yang sering kita dengar dari orang sekitar maupun baca di sosial media lebih menuju ke bodyshaming.

“mata kamu kok kecil ? kok sipit ? emang bisa lihat ?”

“hidungmu loh pesek. masih bisa bernafas ?”

“hidungmu kayak Lord Voldemort”

“kulitmu item kayak pantatnya panci”

Komentar seperti itu bagi sebagian orang dianggap candaan. Tetapi apakah candaan seperti itu bisa diterima? Nyatanya candaan fisik tidak selamanya bisa diterima. Banyak yang belum menyadari tentang bahayanya candaan fisik. Semua manusia pasti memiliki kekurangan dan itu normal. Setiap perempuan bukanlah sebuah pajangan atau boneka yang bisa diatur seenaknya.

Upaya Menghapus Standar Kecantikan

Untuk membantu agar semua perempuan percaya diri dan menerima fisik mereka apa adanya, maka dibentuklah gerakan self love. Banyak brand pakaian ternama seperti Calvin Klein, Victoria Secret, Fenty dan lain – lain memakai model plus size. Lambat laun dunia mulai merubah pandangannya tentang kecantikan perempuan. Perempuan menjadi cantik bukan untuk orang lain, melainkan sebagai bentuk penerimaan diri, merawat diri, bangga dan percaya diri.

Kecantikan itu tidak berdasarkan rambut, warna kulit, bentuk tubuh, ras dan etnis. Semua perempuan itu mengagumkan. Semua warna kulit itu cantik. Setiap perempuan memiliki definisi kecantikan masing – masing. Kecantikan dan harga diri adalah hal yang terikat dan tak terpisahkan. Jika standar kecantikan berubah, maka dunia akan berubah memandang perempuan.

Referensi :

Joanne Mareris Sukisman, Lusia Savitri Setyo Utami. 2017. Perlawanan Stigma Warna Kulit terhadap Standar Kecantikan Perempuan Melalui Iklan. Jurnal Ilmu Komunikasi. 68

Nadia Ahla
Nadia Ahla
Manusia yang berusaha untuk terus belajar selama dia tidak malas. Kadang jadi tukang foto, kadang menulis.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.