Jumat, Maret 29, 2024

Generasi Media Sosial, Handphone, dan Tertawa Sendiri

Aulia Marta Lestari
Aulia Marta Lestari
Freelance writer

Seperti yang kita tahu sebelumnya, bahwa kita sekarang telah berada pada era di mana segalanya sudah semakin canggih dan segala kebutuhan manusia semakin mudah didapatkan.

Salah satu bentuk teknologi canggih yang paling diprioritaskan oleh masyarakat Indonesia adalah handphone. Mengapa? Karena hanya dengan benda berdimensi layar satu arah itu, kita dapat dengan mudah berkomunikasi dengan siapa saja dan dapat menelusuri setiap sudut dunia.

Dahulu, hanya orang-orang tertentu saja yang dapat memiliki handphone dan itu pun hanya dapat digunakan sebagai sarana komunikasi jarak jauh. Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, kini pengguna handphone semakin membeludak.

Diiringi dengan harga yang kian lama kian merosot, aplikasi yang dapat memenuhi segala kebutuhan, dan faktor lingkup sosial masyarakat modern yang menuntut untuk mengikuti segala perkembangan zaman. Kini handphone berhasil mengambil alih segala orientasi dunia yang sebenarnya dan membuatnya terasa benar-benar hidup di dunia maya.

Seringkali kita mendengar kalimat “Kita harus pandai memanfaatkan teknologi”, namun bukankah kita yang sebenarnya dimanfaatkan oleh teknologi ? Pada realitanya, waktu kita banyak dihabiskan untuk mengoperasikan benda kecil berlayar itu dan kita akan cenderung masuk pada dunia maya dan mengabaikan dunia kita yang sebenarnya.

Faktanya, di mana-mana semua orang cenderung berkutat dan sibuk mengoperasikan ponselnya. Benar adanya bahwa dunia media telah menjadi kebutuhan primer masyarakat modern yang rasa-rasanya sangat sulit untuk ditinggalkan.

Mari kita tengok realita dinamika sosial yang terjadi pada kebanyakan masyarakat. Dimulai dari selepas bangun tidur, 80% masyarakat Indonesia akan mengoperasikan ponselnya, entah untuk melihat pemberitahuan dari media sosialnya maupun untuk sarana komunikasi dengan orang-orang terdekatnya.

Bahkan, banyak pula orang yang kepribadian dan visualitas hidupnya berbeda antara ia yang di dunia ponselnya maupun di dunia nyata. Faktanya terdapat orang-orang yang memang sangat ramai, ramah, dan terlihat melebihi dirinya yang sebenarnya di dunia maya, namun pada realitanya? Ia sama sekali tidak seperti itu, begitu pula sebaliknya.

Fenomena lain yang terjadi adalah pada saat di media sosial ingin sekali bertemu atau berkumpul dengan teman-teman lamanya, saudara, dan orang-orang yang sangat jarang mereka temui; namun pada  kenyataannya pada saat mereka dipertemukan, mereka malah berkutat dengan ponsel mereka masing-masing berinteraksi maya dengan orang-orang yang jelas-jelas jauh dan mengabaikan orang-orang disekitarnya.

Seringkali para pelajar menghabiskan wakunya berjam-jam dengan berkutat pada ponselnya, mengabaikan perintah sederhana orang tuanya, meninggalkan kewajibannya, lebih mengutamakan ponselnya daripada tugas utamanya sebagai seorang pelajar. Bukankah benda kecil berlayar itu telah mengambil alih segala dimensi nyata kehidupan kita?

Bahkan dengan menatap ponsel, seringkali membuat kita tertawa-tertawa sendiri, merasa sebal, sedih, tersinggung, dan lain sebagainya. Secara langsung, kita memang sedang dimanfaatkan oleh teknologi.

Bukankah pada realitanya kita menjadi sangat mudah mengenal seseorang bahkan di luar batasan yang kita miliki melalui media sosial? Bukankah sering kita lihat beberapa orang atau suatu kelompok saling sindir-menyindir bahkan melakukan bullying lewat media sosial?

Bukankah sering kita lihat, banyak sekali orang-orang yang sibuk memajang fotonya di media sosial, menantikan  like, menyertakan caption ataupun status yang menarik orang lain untuk mengomentari dan membagikannya. Bukankah seluruh kegiatan kita menjadi tidak afdol rasanya bila tidak dsertai dokumentasi berfoto dan meyebarknnya di media sosial agar semua orang tahu? Bukankah seringkali kita lihat berita hoax berlalu lalang dimedia sosial sehingga menimbulkan berbagai kepercayaan stigmatis masyarakat dan menimbulkan banyak tindak kriminalitas?

Coba bayangkan bila satu hari saja kita tidak mengoperasikan ponsel? Mungkin ada beberapa masyarakat yang memang bisa melakukannya, namun bagi sebagian besar masyarakat pasti sulit untuk tidak mengoperasikan ponselnya walaupun sehari saja. Untuk itu ponsel bisa disebut sebagai penimbul efek kecanduan yang sudah melekat pada diri manusia.

Memang, ponsel memiliki banyak sekali dampak positif bagi masyarakat, namun disamping itu banyak pula dampak negatif yang ditimbulkan. Lantas bagaimana cara menangkal dampak negatif ponsel? Sebenarnya bukan hal yang sulit untuk menjadi generasi yang cerdas dalam bermedia sosial.

Cukup dengan tidak terlalu sering mengoperasikan ponsel maka lama-kelamaan akan semakin luntur rasa keinginan untuk bermain ponsel tersebut. Sehingga tidak mengabaikan orang-orang disekitarnya dengan bermain ponsel.

Mari menyibukkan diri dengan melakukan hal yang positif di dunia kita yang sebenarnya. Sigap dan cerdas menyaring berita-berita yang masuk melalui media sosial dan jangan membagikannya tanpa disertai rasa tanggung jawab. Dan, menjadi pengguna yang berkualitas dengan tidak berkoar-koar, sindir-menyindir, dan mencari bacaan berkualitas dari opini publik di media sosial.

Aulia Marta Lestari
Aulia Marta Lestari
Freelance writer
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.