Sabtu, Oktober 12, 2024

Friedrich Schwally: Rekonstruksi Sejarah Al-Quran

Muhammad Abdul Ghaniy Morie
Muhammad Abdul Ghaniy Morie
Penulis di Sarangge Kahawa Institute, meminati kajian keagamaan dan humaniora

Mengkaji tentang orientalisme dalam studi Al-Qur’an akan selalu menarik. Beberapa orientalis ada yang lentur, tapi sebagian besar bersikap keras. Dari kenyataan tersebut kita akan melihat bagaimana pandangan Barat terhadap Al-Qur’an. Demikian pula menegaskan bahwa keunikan Al-Qur’an yang selalu terbuka untuk dikaji oleh siapa pun.

Setidaknya, kajian orientalis modern terhadap Al-Qur’an dapat diidentifikasi menjadi tiga; pertama, karya-karya yang berusaha mencari pengaruh Yahudi-Nasrani di dalam Al-Qur’an, kedua, karya-karya yang membahas rangkaian kronologis ayat-ayat Al-Qur’an, ketiga, karya-karya yang menjelaskan keseluruhan atau aspek-aspek tertentu dari Al-Qur’an (Fazlurrahman: 1996, xi).

Profil Friedrich Schwally

Friedrich Zacharias Schwally (w. 1919) merupakan seorang orientalis pakar Perjanjian Lama asal Hessen, Jerman, yang mengkaji Al-Qur’an dengan melakukan upaya pencarian pengaruh Yahudi-Nasrani dalam Al-Qur’an serta mencoba membahas rangkaian kronologis ayat-ayat Al-Qur’an. Singkatnya, Schwally menjadikan Perjanjian Lama sebagai alat untuk menilai keautentikan Al-Qur’an.

Schwally terkemuka melalui edisi ke-2 dari “Geschichte des Qorans” (The History of the Qur’an), diterbitkan tahun 1909 melanjutkan karya Theodor Noldeke (w. 1930). Pada tahun 1938 dipublikasi secara keseluruan setelah disempurnakan oleh Bergstrasser (w. 1933) dan Otto Pretzl (w. 1941). Karya ini kemudian diterjemahkan dan disebar ke berbagai negara. Pada tahun 1970 diterbitkan dalam bahasa Turkiye, dan tahun 2004 di Lebanon dalam bahasa Arab (Hilmy Pratomo: 2018, 3).

Pada kata pengantarnya, Schwally menyebutkan karya tersebut ia dedikasikan untuk gurunya; Theodor Noldeke seorang orientalis bidang sejarah Al-Qur’an asal Jerman, serta  teman-temannya yang pernah berkolaborasi dengannya; Ignaz Goldziher (w. 1921) asal Hungaria dan Christiaan Snouck Hurgronje (w. 1936) asal Belanda (Schwally: 2013, xx).

Studi Al-Qur’an yang Dilakukan Friedrich Schwally

Bagi sarjana Muslim, term “qur’an” dalam kaitannya sebagai kitab suci umat Islam pada prinsipnya berasal dari penggunaan Al-Qur’an sendiri dalam bahasa Arab yang didasarkan pada bentuk timbangan kata “fu‘lan” dari akar kata “qara’a” bermakna membaca. Dengan demikian “qur’an” bermakna bacaan.

Namun menurut Friedrich Schwally, kata “qur’an” merupakan derivasi dari bahasa Suryani ataupun Ibrani; “qeryana”, “qiryani” (bacaan atau yang dibaca), yang digunakan dalam liturgi Kristen. Dalam pisau analisisnya, Schwally menggunakan analisis filologis, yakni berdasarkan analisis pada teks, perbandingan berbagai teks atau varian teks, penerapan kritik teks, ataupun penyelidikan mengenai asal-usul teks itu.

Menurut Schwally, jauh sebelum hadirnya Al-Qur’an, telah terjalin kontak atau interaksi yang dilakukan orang-orang Arab dengan dunia di luarnya, khususnya rumpun bangsa Semit. Melalui hubungan tersebut berbagai kata non-Arab telah diadopsi ke dalam bahasa Arab atau “diarabkan” (Schwally: 2013, 26).

Studi Al-Qur’an yang dilakukan Schwally adalah melacak sumber dari dua agama besar sebelumnya, yakni Yahudi dan Nasrani, dan mengatakan bahwa banyak sejarah para Nabi dalam Al-Qur’an, juga dogma dan hukum yang berasal dari Yahudi (Schwally: 2013, 5).

Baginya, Nabi Muhammad Saw (w. 632) disebut “ummi”; bukan tidak bisa membaca dan menulis, melainkan tidak memiliki kitab atau kebalikan dari “ahlul kitab”, karena disebabkan sumber utama Nabi Muhammad Saw adalah berasal dari Yahudi.

Selain itu, perhatian Schwally berpusat pada kajian kronologi Al-Qur’an untuk merekonstruksi secara kronologis wahyu-wahyu Al-Qur’an. Melalui pemanfaatan rujukan tradisional dari kesarjanaan Islam dan memperhatikan bukti-bukti internal Al-Qur’an sendiri, yakni terkait gaya bahasa dan perbendaharaan katanya, serta rujukan-rujukan historis di dalamnya, terutama selama karir kenabian Muhammad Saw periode Madinah.

Hasilnya, ada empat komposisi kronologi yang kemudian dijelaskan oleh Schwally dalam “The History of the Qur’an”. Yaitu susunan kronologis surat periode Makkah awal, tengah, akhir, dan susunan kronologis surat periode Madinah (Schwally: 2013, 63).

Surat-surat periode Makkah awal cenderung pendek-pendek. Ayat-ayatnya juga pendek-pendek serta berima. Surat-surat sering diawali dengan ungkapan-ungkapan sumpah, serta bahasanya penuh dengan tamsilan dan keindahan puitis. Terdapat 48 surat pada periode ini, surat al-‘Alaq salah satunya.

Setelah itu, surat-surat periode kedua atau periode Makkah tengah lebih panjang dan lebih berbentuk prosa, tetapi tetap dengan kualitas puitis yang indah. Gayanya membentuk suatu transisi antara surat-surat periode Makkah pertama dan ketiga. Tanda-tanda kemahakuasaan Tuhan dan sifat-sifat Ilahi seperti “Rahmah” ditekankan, sementara Tuhan sendiri sering disebut sebagai “al-Rahman”. Deskripsi mengenai kehidupan surga dan neraka diungkapkan, serta dalam periode inilah diungkap kisah-kisah umat sebelum Nabi Muhammad Saw yang diazab Tuhan. Surat al-Mulk salah satu dari 21 surat periode ini.

Kemudian, surat-surat periode Makkah ketiga (akhir) lebih panjang dan lebih berbentuk prosa. Pada periode ini ada 21 surat. “Kekuatan puitis” yang menjadi ciri surat-surat dua periode sebelumnya telah menghilang dalam periode ini. Schwally mengemukakan bahwa penggunaan “al-Rahman” sebagai nama dari Tuhan berakhir pada periode ketiga, tetapi karakteristik periode kedua lainnya semakin mengental. Kisah-kisah kenabian dan pengazaban umat terdahulu dituturkan kembali secara lebih rinci, misalnya dalam surat Saba’.

Terakhir, surat-surat periode keempat (Madinah) tidak memperlihatkan banyak perubahan gaya dari periode ketiga, hanya saja terdapat perubahan pokok bahasan.

Perubahan tersebut terjadi dengan semakin meningkatnya kekuasaan politik Nabi dan perkembangan umum peristiwa-peristiwa di Madinah setelah hijrah. Pengakuan terhadap Nabi sebagai pemimpin masyarakat, menyebabkan wahyu-wahyu berisi hukum dan aturan kemasyarakatan. Tema-tema dan istilah-istilah kunci baru turut membedakan surat-surat periode ini dari periode sebelumnya. Terdapat 24 surat termasuk al-Baqarah.

Jika diperhatikan, periodisasi yang diuraikan Schwally tidak terlepas dari penanggalan Makki-Madani kesarjanaan Islam. Hanya saja Schwally lebih mengelaborasi secara rinci dan variatif (Taufik Adnan Amal: 2013, 122).

Kesimpulan

Studi Al-Qur’an khususnya kajian analisis teks dan sejarah, merupakan khazanah intelektual dalam rangka memahami kitab suci yang hingga kini terus menjadi sumber inspirasi hukum dan moral umat Islam. Dalam konteks inilah semestinya kita merspon kajian orientalisme.

Pada dasarnya, umat Islamlah yang mesti mengkaji Al-Qur’an agar dapat menyingkap sisi-sisi tersembunyi di dalamnya. Namun di sinilah letak kemukjizatan Al-Qur’an, bahwa ia selalu memiliki magnet yang mampu menarik setiap orang untuk mendekatinya.

Kita tak bisa memungkiri bahwa sebagian besar kajian orientalis mengarah pada upaya menggugurkan sakralitas Al-Qur’an. Seperti dilakukan Friedrich Schwally ini dengan konklusi bahwa ajaran Nabi Muhammad Saw merupakan hasil adopsi dari kitab Taurat dan Injil serta wahyu yang disampaikan atas inspirasinya berdasarkan kondisi lingkungan dan kitab suci sebelumnya.

Tentu hal tersebut kontra produktif dengan keyakinan umat Islam. Melalui kajian para sarjana Muslim, baik klasik maupun kontemporer telah membuktikan bahwa Al-Qur’an dalam kapasitasnya sebagai kitab “samawi” terakhir, tentu memuat ajaran penting terkait kitab-kitab sebelumnya, ada yang diapresiasi, namun ada pula yang dikoreksi dan, Nabi Muhammad Saw tidak dalam posisi sebagai pengarang kitab, melainkan bertugas sebagai penyampai wahyu yang datang dari Allah Swt.

Muhammad Abdul Ghaniy Morie
Muhammad Abdul Ghaniy Morie
Penulis di Sarangge Kahawa Institute, meminati kajian keagamaan dan humaniora
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.