Minggu, Mei 5, 2024

Desa Urban

Iis Indrawati
Iis Indrawati
Lahir di Lamonggi 26 februari 2001

Setelah sekian lama meninggalkan kampung halaman, saya akhirnya bisa kembali ke kampung dan bertemu kembali dengan keluarga dan teman-teman disana. Saya tiba dengan perasaan yang baru sebab perubahan nampaknya sudah banyak terjadi di desa ku.

Beberapa perubahan pun nampak sangat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Hal yang paling kontras adalah munculnya gawai di genggaman tiap-tiap orang. Dari yang muda-mudi hingga para lansia. Gawai bukan lagi menjadi barang “mewah” sebab semua orang sudah memilikinya. Baik yang ekonominya rendah hingga menengah keatas.

Memori masa lalu saya kembali terngiang ketika masih kanak-kanak. Dahulu, peralatan elektronik dianggap barang mewah yang sulit dimiliki setiap rumah tangga. Saking sulitnya alat elektronik, dulu kegiatan menonton tv hanya bisa dilakukan di malam hari dengan mengunjungi salah satu rumah yang memiliki televisi.

Keakraban pun terjalin begitu erat diantara orang-orang di kampung. Anak-anak bertemu dan bermain bersama tanpa teralihkan oleh gawai. Para orang tua pun saling berbincang satu sama lain, membicarakan banyak hal tentang kebun, ternak dan gula aren mereka. “serunya” pikirku mengingat kembali masa itu.

Kedekatan orang kampung dahulu juga menunjukan bagaimana nilai-nilai gotong royong yang selalu dipegang tiap orang. Apabila ada pembukaan lahan untuk berkebun maka orang akan beramai-ramai mengunjungi salah satu rumah di malam hari untuk membuat bekal keesokan harinya. Begitu tiba hari pembukaan lahan maka orang-orang kampung akan bersama-sama ke hutan melakukan pembakaran lalu makan bersama. Tidak ada kata upah dahulu, semuanya secara suka rela membantu.

Kini, gotong royong hanya akan diliat di acara nikahan, kematian dan pembangunan rumah panggung. Gotong royong untuk pembukaan lahan kebun tidak pernah ada lagi. Sebab orang kampung sudah menggantungkan hampir kehidupan mereka dari kota. Bahan-bahan pokok seperti beras dan sayur bahkan didatangkan dari kota lain dan orang kampung hanya sisa membeli. Tidak ada lagi aktivitas berkebun yang terlihat. Sangat jarang dan hampir sudah tidak ada.

Fenomena seperti ini tampaknya tidak hanya terjadi di desaku. Ada sebuah tulisan yang kutemukan bahwa kegiatan gotong royong sudah jarang ditemukan di desa-desa. Hal ini kemudian membuat arah baru dalam kehidupan masyarakat desa.

Semakin hari orang-orang di desa telah bertranformasi kearah kehidupan kota yang individual. Kegiatan bersama sangat jarang ditemukan, bahkan untuk saling mengetahui kabar dan berita yang ada di kampung dilakukan melalui gawai.

Saat ini orang desa sedang dimanja dengan kemudahan bertukar informasi dengan ditunjang jaringan internet. Teknologi modern telah memudahkan segala kegiatan kelompok menjadi individu, dan orang-orang kampung terbuai dengan itu.

Transformasi dari desa ke kota perlahan sudah mulai nampak di desaku. Mulai dari segi perilaku hingga pemikiran. Lalu saya kembali bertanya-tanya, apakah perubahan ini akan membawa dampak yang lebih baik kedepannya?.

Pertama, saya melihat bahwa perubahan ini terutama pada penggunaan gawai dengan akses internet yang sudah terjangkau membuat orang desa (baik anak-anak maupun orang tua) hidup dalam dunia maya. Mengapa demikian?, sebab kehidupan di dunia nyata mereka dilupakan.

Orang-orang asik dengan memposting gambar dan berkomunikasi melalu sosial media, lalu kehidupan bersosialisasi di dunia nyata, mengurus rumah tangga dan pekerjaan terlupakan begitu saja.  Paling parahnya apabila termakan oleh berita hoax yang sumbernya tidak dapat dipercaya. Mirisnya lagi berita tersebut disebarkan begitu saja melalui grup whatsapp, facebook, dll.

Kedua, perubahan ini nampaknya memaksa masyarakat untuk berperilaku konsumtif. Bagiamana tidak, orang-orang dengan mudah melihat berbagai iklan yang ditawarkan di berbagai platform, kemudian mereka tertarik dan berakhir dengan membelinya. Sangat disayangkan apabila melihat kehidupan orang-orang desa yang dahulunya selalu tercukupi dari alam.

Orang-orang desa adalah mereka yang paling arif, sebab mereka menggunakan hasil-hasil alam tanpa mengeksploitasi. Namun saat ini, orang-orang desa telah bertransformasi kearah yang sebaliknya. Membeli berbagai barang yang sumbernya dari alam dan diambil secara eksploitasi. Mungkin kearifan itu sendiri perlahan telah menghilang. Sungguh sangat disayangkan.

Ketiga, dan menjadi perhatian utama saya adalah adiksi yang diberikan sosial media kepada anak-anak, bahkan balita sekalipun. Apabila berkunjung ke rumah-rumah dan melihat anak-anak yang menangis, orang tua hanya perlu memberikan mereka gawai. Anak-anak akan berhenti begitu saja dan dengan senang hati memainkan gawai tersebut.

Permainan-permainan masa kecil saya dulu mungkin hanyalah lelucon untuk anak-anak sekang.  Mereka sangat terlena dengan gawai dan sosial media yang menawarkan banyak sekali pilihan hanya dalam satu genggaman. Namun, sangat disayangkan mereka menjadi sangat mudah dikendalikan oleh sosial media. Kenakalan pun banyak dilakukan karena melihat dari sosial media. Awalnya mungkin coba-coba namun berakhir dengan penyesalan.

Saya melihat bahwa kehidupan orang-orang desa perlahan berubah kerarah masyarakat urban. Pada akhirnya saya penasaran apakah kedepannya desa masih tetap eksis?. Sebab marka antara kota dan desa perlahan sudah menghilang.

Tidak ada yang salah dengan perubahan. Namun perubahan yang baik adalah perubahan yang mendatangkan manfaat sebaik-baiknya.

Iis Indrawati
Iis Indrawati
Lahir di Lamonggi 26 februari 2001
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.