Jumat, April 19, 2024

China Berambisi Ciptakan Militer Kelas Dunia

Silvanah
Silvanah
Silvanah, a student of International Relations at the Islamic University of Indonesia and a researcher at the Center for Indonesia-China Studies (CICS)

Pada 2020, melalui sidang pleno Komite Sentral Partai Komunis China (PKC), Xi Jinping telah mengumumkan tujuannya untuk menjadikan militer China sebagai kekuatan militer modern dunia pada tahun 2027. Dilansir dari Global Times, seruan Xi ini dimanifestasikan dalam Rencana Lima Tahun China ke-14. Xi menilai langkah ini juga diperlukan untuk menyambut momen seratus tahun Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) di 2027 mendatang.

Xi menekankan perlunya modernisasi pertahanan dan angkatan bersenjata negara untuk menciptakan militer kelas dunia. “Biarkan dunia tahu bahwa ‘rakyat China sekarang terorganisir dan tidak boleh dianggap enteng’,” kata Xi, mengutip kata-kata Mao Zedong, bapak pendiri Republik Rakyat China,”

Pada 2021, China telah meningkatkan anggaran militernya, mencapai $209 miliar, hampir 7 persen dari tahun sebelumnya. Meskipun masih jauh dibawah anggaran pertahanan Amerika Serikat, tidak menutup kemungkinan kedepannya China bisa saja menggantikan posisi AS.

Saat ini, China salah satu negara yang memiliki kekuatan militer terbesar di dunia. Tentara Pembebasan Rakyat (People’s Liberation Army/PLA) dikenal sebagai salah satu militer modern paling cepat di dunia dengan kekuatan militer potensial serta memiliki anggaran pertahanan kedua terbesar di dunia setelah Amerika Serikat. Peningkatan tahunan dalam pengeluaran militer resmi China telah melampaui pertumbuhan PDB tahunannya, yang mencerminkan prioritas yang melekat pada Beijing untuk memperkuat angkatan bersenjatanya.

Pada Maret 2021, perwira tinggi militer Washington di Asia Pasifik, Laksamana Philip Davidson, mengatakan: “Saya khawatir mereka [China] mempercepat ambisi mereka untuk menggantikan Amerika Serikat dan peran kepemimpinan kami dalam tatanan internasional berbasis aturan pada tahun 2050. Taiwan jelas merupakan salah satu ambisi mereka sebelum itu. Dan saya pikir ancaman itu nyata selama dekade ini, pada kenyataannya, dalam enam tahun ke depan,” ucapnya.

Sekarang ini kekuatan ekonomi China begitu mengagumkan dan berbanding lurus dengan kekuatan militernya. Peningkatan anggaran militer China tersebut dipandang oleh Negara lain sebagai ancaman bagi keamanan dunia. Peningkatan kekuatan militer China akan mengancam kepentingan AS di Asia Timur.

China sangat mengecam hubungan AS dengan Taiwan, sebuah pulau otonom yang dianggap milik China, dan menegur upaya Washington untuk memperdalam aliansi dengan tetangganya, termasuk upaya baru-baru yaitu terbentuknya aliansi baru bernama AUKUS yang merupakan pakta pertahanan mengenai kerja sama Amerika Serikat, Inggris, dan Australia dalam bidang keamanan terutama membantu Australia dalam mengembangkan kapal selam nuklir di Adelaide, Australia.

Dikutip dari The Guardian, langkah tersebut merupakan salah satu inisiasi untuk menyudutkan China dalam konflik Laut China Selatan. Hal ini dipertegas oleh Perdana Menteri Australia, Scott Morrison, “This will include an intense examination of what we need to do to exercise our nuclear stewardship responsibilities here in Australia”.

Sikap tersebut tentu menjadi sorotan besar mengenai respon raising power seperti China yang terlibat besar dalam konfrontasi tersebut. Pemerintah China tidak mengakui bahwa The United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) merupakan basis utama melainkan melalui nine dashline.

Beijing menyebut pembentukan AUKUS merupakan tindakan tak bertanggung jawab yang dapat mengancam stabilitas regional. Sikap Beijing terhadap AUSKUS disampaikan melalui Juru Bicara Menteri Luar Negeri China, Zhao Lijian, “has seriously undermined regional peace and stability, intensified the arms race and undermined international nonproliferation efforts.”

Bisakah Militer China Menggantikan Militer Amerika?

Untuk sekarang, militer China memang belum mampu menyaingi militer AS, baik dari segi budget, kekuatan, bahkan dari niat sendiri China belum mau berfokus ke militer. Sejauh ini China mengkapitalisasi kekuatan ekonomi, kekuatan sosial dan politik dan pada kekuatan militernya. China menganggap power-nya bukan di militer, sampai sekarang pun China masih bergantung terkait keperluan militer ke AS, selain itu proyek BRI sendiri dananya belum banyak untuk militer. Sehingga ini menjadi pertanda bahwa China belum ada niat untuk berfokus ke militer. Tapi tidak bisa dipungkiri bahwa China adalah salah satu negara yang memiliki kekuatan militer terbesar di dunia. Dan tidak menutup kemungkinan kedepannya China bisa saja berniat akan menjadi negara militer terbesar di dunia. Namun untuk sekarang China memang masih berfokus terhadap masalah-masalah domestiknya.

Keambisiusan Xi Jinping hari ini tidak terlepas dari masalah-masalah domestik China, menurut Xi Jinping  posisi China di dunia yakni kedaulatan dan kekuatan merupakan hal yang penting untuk dipertahankan, sehingga China harus memodernisasi militernya untuk melawan intervensi AS di Taiwan dan LCS.

Fokus Militer China sekarang bertujuan untuk memantapkan posisinya sebagai kekuatan regional yang dominan di Indo-Pasifik. Meningkatkan kemampuan PLA, mulai dari angkatan laut yang sudah menjadi yang terbesar di dunia dalam hal jumlah kapal menjadi kekuatan maritim dan darat utama yang mendominasi perairan Indo-Pasifik dan lanskap Asia yang bertujuan membangun upaya Xi untuk menjadikan China negara “kekuatan yang hebat”.

Di bawah pemimpin nasionalis seperti Xi, ambisi semacam itu telah mengambil pen1dekatan keras kepala di mana perpindahan dari dominasi ekonomi ke supremasi militer dengan cepat terwujud.

Seorang analis militer Hong Kong, Song Zhongping mengatakan langkah modernisasi PLA dapat dilihat sebagai sesuatu yang bertujuan untuk mengubah militer China menjadi kekuatan modern terkemuka di dunia. Dengan demikian, China dapat menyejajarkan kekuatan dan kemampuan militernya dengan Amerika Serikat (AS).

Selain itu, kepercayaan Xi Jinping yang cukup tinggi terhadap Partai Komunis China (PKC), bahwa PKC harus menjadi pemerintahan yang kuat, dan hal ini yang menjadi latar belakang bahwa kebijakan-kebijakan yang cukup agresif dari Partai Komunis China (PKC) hari ini sebenarnya tujuan akhirnya adalah untuk memastikan bahwa PKC bisa bertahan.

Silvanah
Silvanah
Silvanah, a student of International Relations at the Islamic University of Indonesia and a researcher at the Center for Indonesia-China Studies (CICS)
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.