Minggu, Oktober 6, 2024

Childfree, Wanita Karir atau Full Mother?

Musyfiq Rozi
Musyfiq Rozi
Alumnus Annuqayah Lubangsa Utara

Allah menciptakan mahluk berpasang-pasang, termasuk manusia. Allah menciptakan manusia berpasang agar turut merawat bumi sebagai khalifah. Allah juga menurunkan agama agar manusia tidak berbuat sesukanya di muka bumi. Dalam agama, manusia dianjurkan untuk menikah dan mempunyai keturunan untuk melanjutkan keberlangsungan hidup disana.

Allah juga memberi manusia keturunan sebagai titipan. Setiap orang tua mempunyai keharusan untuk mengajari, mendidik dan membimbing setiap buah hati. Maka, setiap orang tua mempunyai tanggung jawab besar dalam segala urusan anaknya, karena itu adalah sebuah titipan.

kedua, dalam al-qur’an disebutkan bahwa harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia. Anak hadir dalam keluarga memperindah di dalamnya. Bahkan, belum lengkap rasanya bila tidak mempunyai anak. Pun demikian, dengan urusan pahala. Hadirnya buah hati sebagai pelestari pahala orang tua. Anak yang shaleh dan budi pekerti yang baik, akan mejamin terkabulnya doauntuk kedua orang tua. Lain lagi dengan janji Allah bahwa segala yang bergerak diatas bumi akan dijamin rezekinya.

Namun, buah hati tidak datang dengan manisnya saja. Akan tetapi juga beban bagi orang tua. Selain menganugrahi nikmat dan kebahagiaan, hadirnya buah hati juga memberi ujian dan cobaan dalam keluarga. Maka, plus-minus oleh beberapa kalangan memilih cildfree.

Childfree adalah istilah baru yang sedang marak-maraknya. Istilah yang merujuk pada orang atau pasangan yang memilih untuk tidak mempunyai keturunan. Gampangnya, childfree merupakan pilihan dalam keluarga untuk tidak memiliki anak. Ini berbeda dengan istilah childless, sebuah istilah yang juga sama sama tidak punya kerununan namun beda kondisi. Childless juga tidak punya anak namun sebab keguguran, kondisi fisik dan biologis lainnya.

Dalam teks agama tidak disebutkan keterangan mewajibkan setiap pasangan yang telah halal mempunyai keturunan. Namun, yang perlu digaris bawahi bahwa memiliki keturnunan adalah fitrah manusia. Meneruskan keturunan adalah bagian dari kehidupan rumah tangga. Namun, tampaknya, belakangan ingin digalakkan oleh sekelompok yang menjadikan hidup adalah prioritas utama dalam artian, hidup bahagia tanpa buah hati adalah puncak bahagia dari pernikahan.

Berbagai alasan membuat banyak orang memutuskan hidupnya untu tidak mempunyai anak. Mulai dari masalah keluarga, kesehatan, pertimbangan gaya hidup, finansial hingga alasan terkait emosional. Sebagai sebuah pilihan, chlidfree tentu memiliki dampak yang sangat besar, baik positif maupun negatif. Orang tua mempunyai tanggug jawab memberikan yang terbaik dalam pendidikan, pengashan, perawatan hingga perlindungan.

Istilah ini sangat menarik dan banyak dikaji oleh banyak kalangan. Terutama sarjana muslim, bagaimana mereka seharrusnya bersuara. Ada banyak alasan kenapa dalam keluarga menolak untuk memiliki anak. Pertama, kurangnya keinginan untuk menjadi orang tua. Merka matang dalam urusan rumah tangga, namun belum siap dengan hadirnya buah hati.

Kedua, ingin mengembangkan diri, karir atau pula jabatan. Artinya, dalam keluarga jika memiliki anak akan disibukkan dengan buah hati. Peran perempuan yang bertugas menyusui, mengasuh dan hamil adalah rentetan program yang akan menghambat proses melejitnya karir, akan menghambat pekerjaannya. Kesehariannya akan sibuk dengan buah hati.

Faktanya, dalam agama tidak terlalu menekankan untuk mempunyai anak. Namun, hasil dari pernikahan memang adalah buah hati. Sebagai penerus juang orang tua. Dalam keluarga, semua bertanggung jawab penuh dalam mengurusi anak. Tidak hanya berpangku pada perempuan. Sosok suami juga sangat penting dalam membimbing, mengajari buah hati.

Namun terlepas dari itu semua, childfree merupakan pilihan yang bebas dilakukan oleh siapapun, tanpa terkecuali, karena memilih childfree berkaitan dengan hak asasi dan hak memilih manusia. Setiap orang berhak untuk memutuskan tidak memiliki anak, baik untuk semantara waktu atau selamanya.

Memilih childfree adalah sebuah pilihan yang mungkin sudah terbaik. Tentunya juga sudah dibicarakan dengan pasangannya masing-masing. Namun, jika hanya memikirkan karir dan tidak mau mengemban amanah  buah hati adalah keputusan yang cukup rumit. Sebab, jika hanya berkutat pada dua perkara tadi, maka siapa yang akan meneruskan juang yang sudah kita bangun bertahun-tahun jika bukan buah hati. Paling tidak, jika dalam rumah tangga sama-sama sakit, setidaknya buah hati yang akan merawat dan mengurus segala kebutuhan kita.

Seorang perempuan boleh memilih untuk menjadi ibu rumah tangga atau mengedepankan karir selama tidak mengganggu keharmonisan dalam rumah tangga.

Musyfiq Rozi
Musyfiq Rozi
Alumnus Annuqayah Lubangsa Utara
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.